Perbedaan Indah Komengsong

Komengsong sarapan di Sarinah. Foto: Dok. istimewa.

Catatan Asro Kamal Rokan

Sejak pukul 06.00 WIB, Ahad (21/8/22) pagi, sekitar 50 anggota Komunitas ngemeng (ngomong) kosong (Komengsong) berkumpul tangga di Sarinah, Thamrin Jakarta. Tentu bukan untuk unjuk rasa, melainkan persiapan jalan pagi, menikmati car free day (CFD). Dari Sarinah, kami bergerak ke Bundaran Hotel Indonesia, Kementerian Perhubungan, dan kembali ke Sarinah yang kini semakin cantik. Suasana menyenangkan dalam terpaan lembut sinar mata hari.

Selepas jalan pagi, anggota WhatsApp Group (WAG) Komengsong, kembali berkumpul di Sarinah, sarapan pagi. Menteri BUMN Erick Thohir dan pengkritiknya, Said Didu, terlihat bercanda dan melampar gurauan segar. Tidak lama, bergabung Rizal Rambi, pengamat ekonomi yang juga dikenal vokal, juga mantan Menko Perikanan. Tiga tokoh tersebut di antara 70 anggota WAG Komengsong. Suasana semakin meriah.

Jalan pagi ini inisiatif Menteri Perhubungan Budi Karya Samadi, yang difasilitasi wartawan senior Timbo Siahaan – penggagas dan Admin WAG Komengsong. Menparekraf Sandiaga Uno menyiapkan kostum Komengsong.

Juga hadir Ketua MPR Bambang Soesetyo, Menlu Retno Marsudi, Menteri Koperasi Teten Masduki, mantan menteri perindustrian Saleh Husain, mantan Menkominfo Rudiantara, mantan Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti, Yenny Wahid, Ipang Wahid, mantan Wali kota Tangsel Airin Rachmi Diany, Triawan Munaf, Intan Katoppo, artis dan politisi Nurul Arifin, dan musisi Dwiki Dharmawan.

Juga para pemimpin media dan wartawan senior, selain Timbo Siahaan, ada Ilham Bintang yang dikenal kritis, Arifin Asydhad, Arief Suditomo, Don Bosco Salamun, Husain Abdullah, Primus Dorimulu, Uni Lubis, Titin Rosmasari, Retno Pinasti, Ratna Susilowati, Maria Benyamin, Akhmad Kusaeni, Heddy Lukito, Ridwan Dalimunte, dan Encep Yasa. Sejumlah wartawan senior Malaysia, yang sedang di Jakarta, juga hadir.

Beberapa lain, berhalangan hadir karena kesibukannya, di antaranya Karni Ilyas, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Menperkraf Sandiaga Uno, Ketua DPR Puan Maharani, Wahyu Muryadi, Rosiana Silalahi, Rikard Bagun, Budiman Tanuredjo, Nasihin Masha, dan Najwa Sihab.

Suasana begitu segar, bersahabat. Inilah karakter Grup WA Komengsong, yang tidak pernah sepi, meski anggotanya dari berbagai latar belakang politik – bahkan berseberangan. Namun di sini, perbedaan itu mencair, tanpa sekat, dan saling menghormati.

Komengsong sarapan di Sarinah. Foto: Dok. istimewa.

Lihatlah nama-nama beken anggota WAG ini, selain beberapa nama yang tadi saya sebut di atas. Ada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel, Seskab Pramono Anung, Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan, Dubes Tommy Suryoprtamo, Dubes Rosan Roeslani, dan Dubes Fadjroel Rachman.

Juga mantan Menteri Agraria Ferry Mursyidan Baldan, Tantowi Yahya, pengusaha Anindya Bakrie, Erwin Aska, Putri Wardhani, Sutrisno Bachir, mantan Menaker Hanief Dhakiri, mantan Menparekraf Arief Yahya, Ali Mochtar Ngabalin, Christ Kanter, Rienald Kasali, Eko Sanjoyo, Elfien Goentoro, Rinaldi Syarif, TGB Zainul Mahdi, Asmawi Syam, Hendi Prio Santoso, dan Eka Sastra.

Terkadang muncul juga sedikit ketegangan pandangan dari tokoh-tokoh beragam itu, namun segera reda dalam canda segar dan celetukan. Timbo terampil mengelola WAG ini selama delapan tahun, tanpa satu anggota pun meninggalkan grup, kecuali karena alasan yang sangat pribadi, bukan karena perbedaan pandangan – suatu yang jarang ditemui di sejumlah WAG.

Perdebatan seru justru soal sepak bola. Said Didu, Bang Rizal Ramli, dan Ferry Mursydan, bisa saling ejek saat klub mereka kalah. Bang Karni Ilyas, Pak Saleh Husain, Bang Ilham Bintang, dan Arifin Asydhad, sering mengambil posisi sebagai pengumpan. Dan, dapat diduga, Tantowi Yahya, Ferry Mursydan Baldan, Tommy Suryopartomo, Ipang Wahid, dan Husain Abdullah (Uceng) menyambar umpan tersebut. Perdebatan bisa panjang dan jadi asyik.

Anggota Grup WA ini beragam pandangan politik. Ini justru menjadi kekayaan. Timbo Siahaan menyebutkan grup Komengsong wilayah yang paling demokratis. Setiap orang tentu bisa saja menjadi anggota, dengan syarat menghormati perbedaan.

Kami setuju. Grup Komengsong adalah wilayah paling demokratis. Perbedaan pandangan politik dan latar belakang, tidak menghalangi persahabatan, silaturahmi. Tidak ada sekat. Grup ini ruang dengan sirkulasi udara segar, di saat politik pengap -- saling hujat, seakan perbedaan adalah kejahatan.

Kami menikmati perbedaan di Komengsong ini, miniatur Indonesia yang nyaman dan indah. Ibarat taman, keindahannya justru karena berbagai warna dan ragam.

Jalan pagi anggota Komengsong ditutup lagu Indonesia Raya yang dipandu Dwiki Dharmawan. Kami bernyanyi bersama dalam perbedaan, dalam Indonesia. Kami menikmati suasana nyaman dan udara segar.

Jakarta, 21 Agustus 2022