Konten dari Pengguna
Integrasi Nilai-nilai Dalam Industri Pariwisata Global
10 Agustus 2025 19:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
Kiriman Pengguna
Integrasi Nilai-nilai Dalam Industri Pariwisata Global
Keenampedomandiatassetidaknyamampumemberikaninovasibarusehingga Wisatahalaltidakstagnan.Perludinamisasiprogramkedepandalammewujudkan WisataHalalyangIslami.Namunperluditekankanbahwa janganadacelahwisatHASBI ASSIDDIQI NASUTION
Tulisan dari HASBI ASSIDDIQI NASUTION tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Bumi dan segala isinya merupakan anugerah terindah yang diberikan kepadaumat manusia.Keindahan ini memberikan kesejahteraan bagimanusia jika dikelola dengan aturan yang sistematis. Laut yang terhampar luas, pegunungan yang tersusunrapi, serta aliran yang meliuk menari di hamparan sungai. Semua itu menjadi sebuah kekuatan finansial jika dikelola dengan terarah dan baik. Manusia dijadikan sebagai penikmat keindahan alam mulai dari belahan timur hingga belahan Barat. Keindahan ini dijadikan manusia sebagai khazanah peningkatan finansial. Betapa tidak, manusia menjadikan hutan, gunung, laut, hingga sungai menjadi wahana wisata yang menguntungkan. Kemahiran dan professional dalam mengelola keindahan alam ini dijadikan sumber income yang sangat berharga.
ADVERTISEMENT
Air terjun Victoria Falls di Zimbabwe, jurang Grnad Canyon di Arizona, puncak gunung Mount Everest di Nepal,terumbu karang Aurora Borealis di Kutub Utara, pulau Batu Kapur Ha Long Bay di Vietnam, habitat komodo di Indonesia, air terjun Iguazu Falls di Argentina dan pegunungan granit Torres del Paine di Chilli merupakan beberapa diantar dinastiwisata yang terkenal di dunia. Pertanyaannya, mengapa ikon tersebut tersohor di seantero dunia saat ini? Ini dikarenakan pengelolaan yang unik dengan mekanisme tata kelola yang professional oleh negara. Sehingga semua ikon itu mampu mendongkrak nilai wisata sekaligus income ekonomi yang tinggi. Ini perlu dipelajari dan dijadikan acuan dalam mengelola alam bagi setiap daerah yang memiliki wisata alam yang natural.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga memiliki kekuatan alam yang tak kalah unik dan indahnya. Naturalis alamIndonesia pada dasarnya dihadirkan bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah nikmat kehidupan yang tiada tara. Aceh dengan wisata bahari dengan keindahan isi dasar lautnya mampu memukau wisatawan dalam dan luar negeri. Nias di hiasi dengan gelombang laut untuk berselancar beserta lompat batu. Danau Toba dengan hamparan danau beserta pulau Tomoknya. Itulah beberapa dari destinasi wisata Kesemuanya itu merupakan daya Tarik alami di Sumatera. Ditambah lagi dengan Pulau Dewata Bali,dan banyak lainnya ikon yang harus dikembangkan sehingga menjadi daya jual destinasi dunia internasional. Destinasi yang ada di Indonesia akan lebih mencapai kesempurnaan apabila dipoles dengan nuansa religi. Nuansa religi dalam destinasi wisata lebih dikenal dengan “Wisata Halal/HalalTeorism”.Global Muslim Travel Index(GMTI) memberikan beberapa indikator dari Wisata Halal, seperti Aksebilitas makanan halal, tempat ibadah, komunikasi (Bahasa/informasi), dan lingkungan yang ramah muslim. Menyikapi ini pemerintah melalui Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No. 11 Tahun 2016 memberikan regulasi tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Ramah Muslim (PRM). Ini diperkuat lagi dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) oleh Kementerian Agama RI. Dengan adanya regulasi ini menjadikan wisata halal menjadi program yang terus berkembang di lokasi destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
Kerja sama pengelola wisata dengan pemerintah menjadikan kolaborasi yang urgen dalam mengakomodasi terealisasinya Wisata Halal d iIndonesia. Bukan tidak beralasan, bahwasanya Wisata Halal ternyata sangat sesuai dengan naluri manusia dalam mengisi waktu berpiknik. Tidak bisa dibayangkan jika sebuah tempat wisata tidak dilengkapi dengan jaminan kehalalan makanan, tidak adanya tempat ibadah/musholla, penggunaan Bahasa yang tidak ramah, hingga iklim masyarakat yang jauh dari akhlaqul karimah. Hanya Islam yang bisa memberikan jawaban atas keterpenuhan wisata jiwa manusia. Karena Islam sangat menjunjung tinggi akan nilai-nilai dan makna hakikat berwisata. Bukankah ikon destinasi wisata merupakan “Tadabbur Alam” dalam menikmati dan mensyukuri nikmat Allah SwT?. Wajar saja bilamana wisata itu hakikatnya salah satu cara manusia mensyukuri nikmat Allah Swt. Semakin banyak menikmati dan menghayati nikmat alam yang diberikan, maka semakin dalam cinta dan keimanan seseorang kepada Sang Pencipta. Wisata Halal/Halal Tourism sebaiknya diterapkan melalui kajian yang mendalam dari aspek keilmuan. Ilmu tentang itu harus diciptakan sebagai sistematikabakudariaspekpendidikan.Menyikapikebutuhanilmuyang
ADVERTISEMENT
dibutuhkan untuk itu, pemerintah melalui dunia pendidikan merealisasikannya dalam lembaga pendidikan. Muncullah dunia perguruan tinggi menciptakan lembaga pendidikan sebagai tanggung jawab akademik bagi keberlangsungan Wisata halal. Setidaknya ada 5 (lima) perguruan Tinggi islam yang membuka program studi wisata halal,yakni: UIN Syekh Nurjati Cirebon, UIN Pare-Pare,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Mataram, dan Universitas Persatuan Islam (UNIPI) di Bandung. Ternyata program studi ini cukup banyak diminati oleh mahasiswa di Indonesia. Ini membuktikan bahwa pengembangan industry Wisata Halal harus bergandengan tangan dengan dunia akademis. Kajian akademik Wisata Halal tentu mengedepankan aspek religi, humanis, dan naturalis. Di program studi Wisata Halal akan mengkaji secara ilmiah dan psikologis bagaimana meningkatkan wisatawan yang berbasis religi. Meskipun demikian, sinerjitas dari berbagai pihak dalam meningkatkan wisata halal di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan aspek strategis, kolaboratif dan berkelanjutan. Tentunya diperlukan berbagai usaha dalam mewujudkan kea rah itu. Setidaknya ada 6 (enam) strategi ke depan guna menginternasionalisasikan Wisata Halal/Halal Tourism, yakni:
ADVERTISEMENT
1. Eksistensi dan penguatan regulasi dan standar halal. Penguatan ini dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, dunia akademik, dan masyarakat. Kolaborasi inidijadikan sebagai kunci utama dalam membuat pedoman standarisasi wisata halal.
2. Intensifikasi Fasilitas dan Infrastruktur Halal. Mewujudkan ini dilakukan dengan mencukupkan sarana dan prasarana serta akses yang diperlukan dalam mensukseskan wisata halal. Penyediaan restoran halal,tempat ibadah yang standar,sarana belanja, hotel syariah,dan jalan menuju lokasi destinasi wisata.
3. Intelektualisasi SDM Pendidikan Wisata Halal. Dengan cara membuka seluas-luasnya bagi generasi muda untuk mengikuti pendidikan resmi dari lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi.
4. Internasionalisasi Wisata. Memperkenalkan destinasi wisata ke dunia internasional melalui berbagai media yang ada baik digital maupuan media lainnya. Terlebih-lebih memperkenalkan ikon destinasi wisata ke negara-negara Islam di Timur Tengah. Pengenalan ini tentu dengan kabel Wisata Halal/Halal Tourism.
ADVERTISEMENT
5. Kolaborasi Berbagai Pihak. Perlu menjalin kolaborasi dan kerja sama baik dari pihak pemerintah pusat,daerah, bahkan negara lain.Selain itu menjalin kolaborasi dengan pihak jasa lainnnya seperti travel dalam dan luar negeri sangat diharapkan.Wisata Halal juga harus berkolabirasi dengan para tokoh dan orang ternama sebagai corong promosi.
6. Kajian Ilmiah Riset yang berbasis data sangat penting menjadi kajian utama dalam mensurvey pangsa pasar dari wisata halal. Survey-survey yang dilakukan ternyata mampu memberikan kebijakan baru dalam merencanakan, implementasi, evaluasi dan inivasi terbaru.Kajian riset berbasis data untuk kesempurnaan program Wisata Halal menjadi penting bilaman survey itu dilakukan melalui digital elektronik.
Keenam pedoman diatas setidaknya mampu memberikan inovasi baru sehingga Wisata halal tidak stagnan. Perlu dinamisasi program kedepan dalam mewujudkan Wisata Halal yang Islami. Namun perlu ditekankan bahwa jangan ada celah wisata itu dibumbui dengan kemaksiatan sehingga mengurangi nilai kepuasan spiritual yang Islami. Semoga tulisan ini bisa memberikan insprisasi. Amin.WallahuA’lam Bishshawab.
ADVERTISEMENT
by: Hasbi Assiddiqi Nasution

