Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Kita Bisa Takut? Sensasi dan Persepsi dalam Mengelola Ketakutan
1 Desember 2024 15:44 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Assyifa Keisha Andini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketakutan, adalah satu kata mewakili suatu emosi yang sering dirasakan manusia secara universal. Ketakutan muncul sebagai respons alami terhadap suatu ancaman, baik yang nyata maupun yang dibayangkan, yang dianggap berpotensi membahayakan diri. Hal ini biasanya dipicu dari kejadian yang tidak diinginkan tetapi terjadi, contohnya seperti bertemu binatang yang menyeramkan, suasana mencekam, atau bahkan menonton film horor yang menakutkan. Namun, apakah kalian pernah terpikirkan bagaimana sih ketakutan tersebut bisa muncul dan membawa pengaruh yang cukup besar bagi tubuh kita? Apa mungkin ketakutan tersebut muncul akibat adanya rangsangan mendadak dari otak? Terus, gimana cara tubuh merespon rangsangan tersebut? Yuk, simak penjelasan mengenai sensasi dan persepsi terkait ketakutan.
ADVERTISEMENT
Apa itu sensasi dan persepsi? Sensasi merupakan suatu awalan proses ketika indra menerima stimulus dari luar tubuh. Sensasi ini berbentuk seperti sinyal yang akan dikirim ke otak untuk diproses menjadi persepsi. Biasanya, sensasi dirasakan oleh indra saat informasi yang diterima melewati batas minimal intensitas, contohnya seperti bisa mendengar suara, cahaya, atau tekanan dari jarak tertentu. Informasi ini kemudian mengubah diri menjadi sinyal, yang selanjutnya dikirimkan melalui jalur saraf menuju otak. Tanpa adanya proses sensasi, otak tidak akan mendapatkan informasi dari lingkungan sekitar, sehingga tidak dapat memproses atau memahami rangsangan apa pun yang ada di luar tubuh. Maka, proses sensasi ini diperlukan sebagai langkah awal manusia berinteraksi serta merespon lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, persepsi merupakan suatu proses terjadinya pengolahan informasi, sinyal stimulus yang tertangkap oleh otak akan diolah menjadi sebuah makna dari kejadian sensasi. Persepsi akan melibatkan interpretasi, pemahaman, dan penilaian yang akan memicu pengetahuan baru sehingga memberikan makna tersendiri dari sensasi yang telah dirasakan oleh indra tubuh. Persepsi memungkinan manusia untuk dapat merespon dan mengenali suatu rasa, bau, objek, atau bahkan kejadian dari pengalaman sebelumnya maupun dari pengetahuan baru. Dari persepsi inilah nantinya manusia akan dapat membuat keputusannya sendiri dalam merespon sesuatu di lingkungannya.
Jadi gimana tuh sensasi dan persepsi mengolah ketakutan kita? Manusia biasanya mengalami sensasi ketakutan ketika dihadapkan dengan suatu kejadian yang tidak diinginkan. Contohnya seperti bermain di wahana berhantu tapi tidak ingin bertemu dengan hantunya. Nah, ketika hantu yang tidak diinginkan tersebut muncul, tubuh manusia akan merespon dengan sensasi ketakutan itu. Informasi yang masuk melalui sensasi, akan mengirimkan sinyal stimulus ‘ada hantu’ tersebut melewati jalur saraf yang terhubung dengan otak, saat sinyal tersebut sampai di otak secara otomatis informasi akan diolah hingga akhirnya menjadi makna baru, dari makna yang muncul tersebut bisa diproses menjadi mekanisme fight or flight (melawan atau lari), perilaku manusia akan mengikuti makna tersebut yaitu bisa berteriak atau bahkan melarikan diri.
ADVERTISEMENT
Tetapi, selain adanya mekanisme fight or flight, tubuh manusia juga bisa merespon hal lain secara bersamaan loh! Saat kita merasakan ketakutan dan berteriak atau bahkan melarikan diri, sinyal yang dibentuk oleh otak melibatkan sistem saraf lain sehingga mengakibatkan detak jantung berpacu lebih cepat, nafas menjadi sesak, atau bahkan mengeluarkan keringat lebih banyak. Tentu, hal tersebut sering dirasakan oleh kebanyakan dari kita kan? Ketakutan yang muncul membawa beberapa respon secara bersamaan sehingga ada keinginan dari kita untuk berperilaku berlebihan saat merespon hal tersebut.
Jadi, sensasi dan persepsi ini bukan hanya membuat kita ingin menghindari ancaman ketakutan saja, namun juga memberikan respon lain saat kita sedang dihadapi oleh ketakutan tersebut. Respon yang dikeluarkan dari tiap individu juga berbeda, ada yang merasa takut sekali hingga berlari sekencang-kencangnya, atau bahkan ada yang tidak bisa bergerak sama sekali dan tubuhnya bergetar hebat. Mengapa respon yang dikeluarkan individu bisa berbeda? Karena setiap individu memiliki pengalamannya masing-masing dalam mengelola ketakutannya. Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa respon otak manusia terhadap ketakutan berbeda-beda mengikuti pengalaman atau lingkungan yang pernah atau belum dialami oleh individu tersebut.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi: