Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Theo Walcott yang Serba Terlalu Cepat
30 Januari 2018 12:54 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Asta purbagustia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap kali ada pemain Arsenal yang memilih pindah, kita akan dengan mudah bisa menebak motivasi yang melatar belakangi keputusan tersebut. Bertahun-tahun terjerembab di lembah mediokritas membuat beberapa pemain ogah berlama-lama tinggal di Arsenal. Apalagi harus berada di bawah kendali pelatih yang statusnya mirip Soeharto di orde baru.
ADVERTISEMENT
Beberapa musim lalu Robin Van Persie angkat kaki dari Arsenal. Mudah ditebak bahwa keputusan ini lantaran Van Persie yang berstatus pemain papan atas itu menginginkan lemari trofinya diisi dengan piala yang lebih bergengsi dari sekadar piala liga. Maka bisa dimaklumi jika kemudian Van Persie membelot ke Manchester United. Hasilnya bisa kita lihat sama-sama betapa bahagianya Van Persie saat menggenggam trofi Liga Inggris. Sesuatu yang tak pernah ia rasakan andai bertahan lebih lama di Arsenal.
Begitu pun dengan Cesc Fabregas. Pemain asal Spanyol ini hijrah ke Barcelona bukan tanpa alasan. Fabregas hanya ingin punya sesuatu yang bisa dibanggakan di depan anak cucunya kelak.
Lalu bagaimana dengan Theo Walcott?
Anda tahu apa persamaan antara Joshua Suherman dengan Walcott? Ya, keduanya sama-sama melejit di usia belia tapi meredup saat menginjak dewasa.
ADVERTISEMENT
Walcott memulai semuanya dengan cepat, bahkan terlalu cepat. Pada tahun 2006 nama Walcott muncul ke permukaan saat dirinya baru menginjak usia 17. Kala itu nama Walcott muncul dalam daftar pemain timnas Inggris yang akan berlaga di piala dunia 2006. Ini mengejutkan karena Walcott adalah satu-satunya pemain dalam skuat Inggris yang sama sekali belum mengecap satu kali pun bermain di Liga Primer Inggris.
Disaat yang hampir bersamaan ia juga menjadi rebutan tim-tim top Liga Inggris yang tergoda dengan potensi yang diperlihatkan selama membela Southampton.
Dari sekian banyak tim yang mengincar Walcott, Arsenal-lah yang berhasil mendapatkan tanda tangannya. Arsenal menebus Walcott dengan harga yang lumayan.
Pada awal kemunculannya, Walcott sempat digadang-gadang sebagai harapan bagi Arsenal dan timnas Inggris. Walcott memiliki kemampuan berlari di atas rata-rata. Kelihaiannya menyisir sisi lapangan adalah fitur utama dalam diri Walcott. Suatu waktu Harry Redknapp pernah memberikan testimoninya soal betapa cepatnya Walcott berlari. "Ia bisa berlari melewati genangan air tanpa meninggalkan percikan sedikit pun. Ia adalah kilat. Ia punya masa depan cerah," ungkap Redknapp.
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun setelah pernyataan itu keluar dari mulut Redknap, sekarang kita semua tahu bahwa tidak semua orang punya bakat meramal masa depan.
Kini Walcott terlempar dari Arsenal dan hanya terdampar di Everton yang notabene medioker. Padahal usianya baru menginjak 28 tahun, usia yang dianggap usia emas seorang pesepakbola. Seperti kemampuan berlarinya, performa Walcott terlalu cepat memudar. Faktor cedera mungkin jadi biang kerok mengapa performa Walcott cepat anjlok. Hal itu membuatnya lebih sering berjibaku di atas meja perawatan daripada di atas lapangan. Kemunculan pemain-pemain lain yang lebih bugar pun memaksa Walcott untuk merelakan posisinya diambil alih.
Maka transfer Walcott ke Everton merupakan sebuah keniscayaan. Usut punya usut ternyata Rooney-lah yang menjadi aktor intelektual dari transfer Walcott ke Everton. Namun apakah semata-mata karena Rooney? Jelas tidak.
ADVERTISEMENT
Everton menawarkan sesuatu yang tidak ditawarkan Arsenal kepada Walcott. Bukan, tentu bukan soal prestasi karena Everton dan Arsenal sebetulnya hanya beda tipis. Everton menawarkan kesempatan bermain.
Mendapat menit bermain adalah hal penting untuk Walcott mengingat sebentar lagi piala dunia akan digelar. Tentu Walcott tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut membela "The Three Lions" di Rusia nanti.
Jika menit bermain sudah didapat, maka selanjutnya adalah tentang kerja keras. Masih ada waktu bagi Walcott untuk menemukan performa terbaiknya kembali.
Live Update