Mengingat Chester Bennington

Asta purbagustia
Warga Depok
Konten dari Pengguna
21 Juli 2017 16:32 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asta purbagustia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Chester bersama rekan satu bandnya, Mike Shinoda (Foto: Instagram: @linkinpark)
Di era serba digital seperti sekarang ini ayah saya masih cukup setia mendengarkan radio. Hampir tiap malam Beliau mendengarkan radio. Entah apa stasiun radio favoritnya, tapi saya tau kalau Beliau suka dengan stasiun radio yang sering memutar lagu dari tahun 70-an atau 80-an.
ADVERTISEMENT
Setiap kali menemukan lagu kesukaannya, Beliau pasti langsung bercerita tentang masa lalunya. Saya yang didekatnya hanya bisa mendengarkannya, mencoba menjadi pendengar yang baik tanpa berpikir apa-apa.
--
Hari ini awan kelabu menaungi dunia musik internasional. Chester Bennington meninggal dunia. Vokalis Linkin Park itu dilaporkan tewas gantung diri.
Bagi saya Chester adalah Linkin Park. Pertama kali mendengar kabar duka itu ingatan saya langsung terlempar ke masa-masa sekolah dulu. Masa-masa di mana teriakan Chester lebih terdengar merdu di telinga ketimbang wejang guru di sekolah.
Album 'Hybrid Theory' dan 'Meteora' melakukan apa yang tidak bisa dilakukan buku pelajaran matematika atau IPA, yaitu memberi secuil kesenangan. Ada kalanya Linkin Park membuat anak-anak di sekolah terlibat perdebatan serius tentang siapa yang lebih keren di antara Chester dan Mike Shinoda.
ADVERTISEMENT
Sulit untuk menemukan generasi yang tumbuh di era 2000 yang tidak suka dengan Linkin Park. Hadir di awal-awal 2000-an, Linkin Park menawarkan musik yang membuat khalayak terkejut. Linkin Park memadukan rap dan rock yang kemudian disebut sebagai bagian dari nu-metal.
Dulu saya lebih sering mendengarkan Lagu-lagu Linkin Park justru dari televisi. Ketika itu MTV masih bisa ditemukan di stasiun televisi nasional. Popularitas Linkin Park saat itu membuat video klip mereka sering diputar di MTV. Saya tumbuh bersama lagu-lagu Linkin Park. Saya melewati masa-masa remaja ditemani scream dari Chester dan rap ala Mike Shinoda. Linkin Park adalah teman imajiner di kala melewati kesepian.
Saya tidak bisa membayangkan bakal seperti apa Linkin Park tanpa Chester. Seperti manusia dengan bayangannya, Linkin Park dan Chester adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Mungkin saja Linkin Park akan bubar. Atau mungkin tetap bertahan dengan vokalis pengganti. Tapi rasanya kita semua tau bahwa tidak ada yang benar-benar bisa menggantikan Chester.
ADVERTISEMENT
Ketika ilmuwan-ilmuwan sedang berusaha menciptakan mesin waktu, tanpa disadari para musisi telah menciptakan mesin waktunya lebih dulu. Musik adalah mesin waktu paling mutakhir. Dari satu lagu kita bisa kembali ke masa lalu, membuat pikiran melayang menebus ruang dan waktu. Mengingat kenangan indah maupun buruk.
Kematian Chester membuat saya kembali memutar kembali lagu-lagu lawas Linkin Park. Ada banyak lagu Linkin Park yang bagus. Tapi jika harus memilih satu saja, maka saya akan memilih 'Numb'.
--
Hari ini akhirnya saya tau apa yang ayah saya rasakan saat menemukan lagu kesukaannya di radio.
Mungkin 10 tahun dari sekarang penggemar One Direction akan merasakan hal yang sama saat kembali mendengarkan 'Story of My Life'
ADVERTISEMENT