Konten dari Pengguna

Gangguan Psikosomatis, Pikiran dan Emosi menyebabkan Sakit Fisik

ASTRIA SENA
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
14 Desember 2021 22:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ASTRIA SENA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang wanita yang sedang duduk dan memikirkan hal buruk. Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita yang sedang duduk dan memikirkan hal buruk. Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sudah pernah dengar istilah psikosomatis? Mungkin memang beberapa orang masih belum pernah mendengar tentang psokosomatis. Jadi, apa sih psikosomatis itu?
Jadi, menurut Kellner (1994) psikosomatis adalah suatu hal yang selalu ditunjukkan oleh hubungan jiwa dan badan, sehingga proses psikologis memegang peran penting. Theory of somatic weakness juga menyatakan bahwa psikosomatis bisa terjadi karena organ secara biologis sudah peka atau lemah.
Lalu, kenapa ya pikiran bisa menyebabkan sakit fisik? Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu psikosomatis, dan kenapa pikiran bisa menyebabkan sakit fisik. Yuk, kita bahas bersama-sama!

Apa sih psikosomatis itu?

Psikosomatis itu berasal dari bahasa yunani (psyche yang berarti psikis, dan soma yang berarti badan). Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa psikis dan badan itu berhubungan erat. J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kombinasi dari faktor organis dan psikologis.
ADVERTISEMENT
Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal juga mendefinisikan psikosomatis adalah bentuk penyakit fisik yang ditimbulakan oleh konflik-konflik psikis atau psikologis, dan kecemasan-kecemasan kronis. Theory of somatic weakness juga menyatakan bahwa psikosomatis dapat terjadi karena organ secara biologis sudah peka atau lemah.
Dijelaskan oleh Kartono dan Gulo (1987), bahwa psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis, atau gangguan fisik yang terjadi akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi.
Saya berikan sedikit contoh: biasanya, seseorang yang merasa takut secara berlebih, detak jantungnya mejadi semakin cepat, dan ada rasa kelelahan ekstream dari reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. Keduanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis.
ADVERTISEMENT

Apa saja jenis-jenis psikosomatis?

Maramis (2004) dan McQuade & Aickman (1991), menyatakan terdapat 7 jenis psikosomatis. Lalu, apa saja sih 7 jenis psikosomatis itu? Berikut ini 7 jenis psikosomatis yang dikemukakan oleh Maramis dan McQuade & Aickman:
ADVERTISEMENT

Apa saja faktor-faktor psikosomatis?

Memang tidak ada penyebab tunggal, lho. Untuk gangguan psikosomatis ini, tidak seperti kebanyakan kondisi kejiwaan lainnya, gangguannya adalah hasil akhir dari interaksi antara faktor genetik dan berbagai peristiwa dalam sejarah kehidupan dari seseorang. Tetapi, Strecter dalam maramis (2006), menyatakan bahwa psikosomatis memiliki beberapa faktor, diantaranya yaitu:
ADVERTISEMENT
Jadi, psikosomatis dan penyakit-penyakit fisik serta kegagalan sistem syaraf akan terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada berkaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan atau emosi-emosi yang mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah.
Maka dari itu, teman-teman, solusi untuk mencegah atau menguranginya adalah dengan terus berusaha berpikir positif, penting bagi kita untuk selalu berpikir positif terhadap segala sesuatu yang kita alami, baik itu permasalahan hidup, ataupun segala keluhan fisik yang kita rasakan. Apabila kita selalu berpikir positif terhadap apa yang kita alami, maka kita akan merasa lebih tenang dalam menjalani dan menghadapi segala sesuatu. Stay positive.

Referensi:

Anisa Fitriani dan Ahmad Mutho M. Rois. STUDI KASUS KECENDERUNGAN PSIKOSOMATIS DAN KAITANNYA DENGAN SISTEM BUDAYA. Studi Kasus Kecenderungan Psikosomatis Dan Kaitannya Dengan Sistem Budaya Proyeksi, Vol.9 (2) 2014,38-48. http://dx.doi.org/10.30659/jp.9.2.38-48
ADVERTISEMENT
Apriyani, Ratih. Faktor-Faktor Penyebab Psikosomatis Pada Orang Dengan Kecenderungan Psikosomatis. Psikoborneo, Vol 6, No 3, 2018:425- 430 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674. http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v6i3.4659.
Sarnoto, Ahmad Zain. PSIKOSOMATIS DAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS BERBASIS AL-QUR’AN. STATEMENT Volume. 6 No. 2 Tahun 2016. Jurnal Statement 6, 111-117.
Yusfarani, Delia. Hubungan Kecemasan dengan Kecendrungan Psikosomatis Remaja Pada Pandemi Covid 19 Di Kota Palembang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), Februari 2021, 295-298. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat universitas Batanghari Jambi. ISSN 1411-8939 (Online), ISSN 2549-4236 (Print). DOI 10.33087/jiubj.v21i1.1328
Dewi Pratiwi, Siti Noor Fatmah Lailatushifah. KEMATANGAN EMOSI DAN PSIKOSOMATIS PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR. Jurnal Psikologi Universitas Wangsa, 2012