Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Ayahku si Motivator Hebat dan Terbaik untuk Anaknya
11 Mei 2020 14:53 WIB
Diperbarui 28 Agustus 2021 5:29 WIB
Tulisan dari Astrid Melanonia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Aku selalu terkagum dengan kepiawaianmu itu. Kau pernah bilang dengan wajah sedihmu, kau pernah susah dahulu. Kau pernah di caci maki orang-orang ketika kau sekolah karena umurmu yang sudah tak lagi muda. Namun, kau terus giat meraih ilmu yang tinggi agar anak-anakmu kelak mewarisi kecerdasan dirimu, keluargamu kelak tidak susah seperti dirimu dahulu, anak dan istrimu bisa makan dan memiliki tempat tinggal layak, serta hidup bahagia dengan hasil jerih payahmu.
“Bagi Ayah yang penting anak-anaknya makan kenyang, senang, dan bahagia. Kalau Ayah urusan belakangan,” ucap Ayah yang mampu membuatku terenyuh.
ADVERTISEMENT
Aku bahagia Ayah. Aku bahagia ketika kau selalu ada untukku. Mendengarkanku bercerita tentang teman-temanku, menasihatiku ketika aku bingung memilih langkah yang benar. Aku bahagia walau kau tidak melakukan apapun juga. Aku bahagia memilikimu yang selalu tulus menyayangi anakmu.
Kau pernah mengomeliku, hal itu semata-mata untuk membuat aku mengerti. Hal itu semata-mata untuk menyadariku betapa sayangnya kau kepadaku dan ingin menyadarkanku, aku harus sukses melebihi dirimu.
Doaku untuk Ayah
Ayah, suatu saat nanti aku akan menunjukkan kepadamu. Aku akan sukses melebihimu, membuat lengkungan lebar menghiasi bibirmu. Kalau perlu aku akan membuatmu menangis haru saking bangganya kau kepadaku.
Tidak ada yang tidak mungkinkan Ayah? Kau pernah bilang, “Bermimpilah dulu, sembari bermimpi wujudkan impianmu satu persatu. Kelak Allah akan mengabulkan impianmu. Mimpi itu besar kau bisa menjelajah luas mimpimu lalu menggapainya.”
ADVERTISEMENT
Tahukah engkau Ayah? Aku selalu berdoa, kelak agar aku mendapatkan pasangan sepertimu. Pasangan yang bisa mengerti aku seperti dirimu, membantu aku mengurus rumah tangga bersama bukan hanya membangun rumah tangga.
Hanya kata maaf yang mampu kukatakan. Maaf jikalau aku belum bisa menjadi anak terbaikmu, belum menjadi anak membanggakan, selalu merepotkan, membangkang bahkan membuatmu kesal, marah, dan sering aku membuatmu menangis.
Kau berhasil menjadi motivator bagiku. Kesabaran, kegigihan, keramahan serta ketabahanmu mengajarkanku betapa indahnya kehidupan. Percayalah Ayah, aku menyayangimu melebihi apapun, tanpa kau sadari, ketahui, dan aku beritahu. Aku selalu berdoa di setiap sujudku, mengharapkan kesehatanmu agar kau berumur panjang.
Ayah, masih banyak hal yang ingin aku sampaikan, namun terasa sulit, terlalu kelu, itu karena terlalu banyak hal yang membuatku kagum kepadamu. (Astrid Melanonia/Politeknik Negeri Jakarta)
ADVERTISEMENT