Konten dari Pengguna

Ibuku adalah Ibu Terbaik

Astrid Melanonia
Mahasiswi Aktif Prodi Jurnalistik
11 Mei 2020 14:53 WIB
clock
Diperbarui 28 Agustus 2021 5:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Astrid Melanonia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: pngtree
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: pngtree
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ibuku adalah Ibu terbaik. Meski lelah sangat terlihat di wajahnya, ia tak kenal lelah dan letih untuk membesarkan anak-anakmu. Rambut yang tak lagi menghitam sudah mulai menghiasi mahkota indahmu. Mata sayu yang menemani, namun senyum indah yang tak pernah pudar dari bibir manismu. Usia yang tak lagi muda membuatmu menjadi sosok yang kuat.
ADVERTISEMENT
Dia adalah ibuku. Kau adalah istri terbaik untuk ayahku, Ibu terbaik untuk anak-anakmu, malaikat terbaik anak-anakmu, penyemangat untuk anak-anakmu, dan pelita untuk seluruh anak-anakmu. Penuh pengorbanan besar kau melahirkan keempat anakmu, susah payah kau mendidik dan membesarkan keempat anakmu.
Kaulah sosok kuat yang hadir dihidupku. Dengan segala pengorbananmu, seringkali aku tidak mengindahkan. Nasihat baikmu seringkali aku lupakan. Ocehanmu seringkali tidak aku dengar. Bahkan seringkali aku mengelak dengan segala teguranmu.
Ibu, aku tahu, semua itu kau lakukan untuk kebaikanku. Kau tidak ingin anakmu susah di kemudian kelak, anakmu gagal di kehidupannya kelak, anakmu menjadi tidak berguna di hidupnya kelak.
Ibu, banyak rintangan dan cobaan datang menghadang merebut kebahagiaanmu. Dengan tabah kau tidak peduli dengan rintangan itu, kaupun tidak memikirkan rintangan itu. Aku teringat ketika masalah datang, kau selalu bilang, “tidak perlu takut dengan masalah, masalah ada untuk kau hadapi, bukan kau takuti.”
ADVERTISEMENT

Keajaiban doa Ibu

Ketika ada orang jahat yang menyakitimu, bahkan kau bilang kepadaku, “kalau ada yang jahat, jangan dibalas jahat. Doakan dan maafkan, Allah mencintai hambanya yang selalu bersabar. Kau tidak perlu membalas kejahatan itu, kelak Allah yang akan membalasnya dengan cara terbaik menurut-Nya.”
Dengan mudah bibir manismu mengeluarkan kata-kata itu. Dengan mudah hati baikmu memaafkan. Aku ingin bertanya, hatimu ini terbuat dari apa, Bu? Aku ingin sepertimu, selalu bersabar dan berdoa ketika ada rintangan datang menghadang.
Kau pernah bercerita, bahwa hidupmu semasa kecil susah, dengan susah itu menjadikan kau sosok yang rajin. Aku malu, Ibu. Ketika kau begitu kerasnya berjuang menghadapi kehidupanmu, bahkan dengan santainya aku menjalani hidupku. Tidak sepertimu dulu.
ADVERTISEMENT
Ibu, telah banyak luka yang aku goreskan di hatimu, baik dengan perkataan maupun perbuatanku. Harapku, doakanlah aku selalu agar menjadi sosok sepertimu, agar aku kelak menjadi Ibu terbaik bagi anak-anakku.
Tak lupa juga aku selalu mendoakan kesehatanmu dan kebahagiaanmu, selalu. Ibu, aku juga meminta semoga kau diberikan umur panjang agar bisa melihatku menjadi orang sukses kelak.
Aku sangat berterima kasih atas segala pengorbanan dan perjuanganmu. Maaf aku belum bisa menjadi anak yang membanggakanmu, belum bisa membalas semua perbuatan baikmu, belum bisa menjadi contoh baik untuk kedua adikku. Maafkanlah sikapku yang selalu membangkang, menyakitimu, dan membuatmu sedih.
Ibu, aku sangat menyayangimu. Tetaplah bersamaku, menemani di setiap perjalananku, baik susah maupun senang. Aku ingin agar selalu ada masakan lezatmu di meja makan yang berhasil membuatku tak tahan ingin melahap masakanmu dan menjadikan perutku kenyang. Tak lupa juga semoga selalu ada doamu yang mengiringi di setiap perjalanan hidupku.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, terima kasih Ibu. Aku menyayangimu. (Astrid Melanonia/Politeknik Negeri Jakarta)