Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Korean Wave: Masyarakat Informasi dalam Dinamika Budaya Massa
11 April 2024 10:40 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Asyani Rahayu Simatupang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(STUDI KASUS KOREAN WAVE)
ADVERTISEMENT
Aliran informasi yang luas telah memunculkan teknologi sebagai sarana bagi masyarakat untuk memenuhi haknya akan akses komunikasi tanpa terikat oleh keterbatasan ruang dan waktu. Salah satu bentuk kemajuan teknologi yang memainkan peran penting dalam hal ini adalah internet, yang mampu menghilangkan hambatan-hambatan tradisional dalam akses informasi dan komunikasi masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan peran media telah memicu timbulnya fenomena budaya yang meraih popularitas di seluruh dunia. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena ini adalah budaya populer, budaya pop, atau budaya massa. Ini merujuk pada budaya yang menarik minat dan penerimaan luas dari berbagai lapisan masyarakat. (Astrid Faidlatul Habibah, 2021)
ADVERTISEMENT
Karena informasi ada di masyarakat, masyarakat harus mengelolanya. Bagaimana anggota masyarakat memperlakukan informasi, bagaimana mereka menghargai informasi, bagaimana mereka mencari informasi, dan bagaimana mereka membutuhkannya. (Damanik, 2012) Popularitas Korean Wave atau Hallyu semakin meluas secara global, terutama karena industri hiburan Korea yang berhasil mencuri perhatian publik. Korean Wave merujuk pada fenomena di mana budaya Korea, termasuk musik K-pop, drama televisi, film, fashion, dan makanan, populer di luar negeri. Pengaruhnya terasa dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari gaya berpakaian, perawatan kulit, hingga gaya hidup, terutama di kalangan generasi milenial. Di Indonesia, dampak Korean Wave terutama dirasakan oleh anak muda, yang banyak menjadi penggemar K-pop, menonton drama Korea, dan belajar bahasa Korea. Fenomena ini juga mengakibatkan pertumbuhan industri terkait seperti konser musik, kafe, dan toko-toko yang menjual barang-barang terkait K-pop. (Sabilla Tri Astuti, 2022) Fenomena Korean Wave telah merambah luas di Indonesia, termasuk di kota Tangerang, selain Jakarta dan Bandung. Tingginya minat terhadap budaya Korea terlihat dari banyaknya tempat wisata, restoran, kafe, dan toko yang menawarkan produk-produk terkait Korean Wave. Keberagaman atribut dan restoran bertema Korea telah mendorong remaja untuk aktif mengonsumsi dan memenuhi minat mereka dalam hobinya tersebut.
ADVERTISEMENT
PEMBAHASAN
A. Cara Korean Wave Mempengaruhi Persepsi dan Preferensi Budaya Massa Di Negara Indonesia
Penyebaran yang luas dari K-Pop bersama dengan semangat tinggi para penggemar telah mengubah perilaku konsumsi mereka secara signifikan. Sebelumnya, banyak penggemar yang hanya menjadi konsumen pasif, namun kini mereka telah beralih menjadi konsumen aktif. Remaja penggemar Korean Wave yang sebelumnya hanya menggunakan produk-produk Korean Wave sebagai hiburan, kini mulai tertarik pada produk-produk lain yang ditawarkan oleh Korea. Selain mengikuti aktivitas atau berita terbaru dari idola mereka, mereka juga bersedia untuk membeli berbagai barang yang terkait dengan idola mereka, seperti album musik, pakaian, photocard, tiket konser, dan berbagai merchandise lainnya. Jumlah uang yang dihabiskan untuk membeli barang-barang terkait idola mereka juga cukup besar. (Dewi Ayu Hidayati, 2023)
ADVERTISEMENT
Internet dan media sosial memungkinkan pengguna untuk mengakses konten budaya Korea seperti musik pop, drama, dan variety shows melalui platform-platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Ini mempermudah pengguna untuk mengikuti konten budaya Korea dan mempercepat penyebaran budaya tersebut ke seluruh dunia. Internet dan media sosial memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan masyarakat dan individu lainnya di seluruh dunia. Ini memungkinkan pengguna untuk membagikan konten budaya Korea, berdiskusi tentang budaya Korea, dan mempercepat proses penyebaran budaya tersebut. Platform Netflix, dan platform streaming lainnya, konten Korean Wave dapat diakses oleh pengguna di seluruh dunia secara cepat dan mudah. Ini memungkinkan penyebaran yang luas dari drama Korea, musik K-pop, dan konten hiburan lainnya ke berbagai negara dan budaya.
ADVERTISEMENT
B. Dampak Negatif
Korean Wave cenderung memperkuat budaya konsumtif di antara masyarakat yang terpengaruh. Dengan popularitas drama, musik, dan film Korea yang terus meningkat, ada kecenderungan bagi masyarakat untuk menjadi terlalu terpaku pada konsumsi media Korea tanpa mempertimbangkan variasi budaya lainnya. Hal ini dapat mengarah pada hilangnya keragaman budaya dalam dinamika massa antara lain:
• Boros: Korean Wave dapat membuat masyarakat, khususnya mahasiswa, berlebihan dalam pembelanjaan, seperti membeli merchandise, musik, dan lain-lain.
• Fans “war”: Korean Wave dapat membawa kepada adanya konflik antar penggemar. Persaingan antar fans ini bisa mencapai tingkat yang merugikan, mulai dari perdebatan di media sosial hingga intimidasi dan pelecehan verbal. Konflik semacam ini tidak hanya mengganggu ketertiban umum, tetapi juga bisa menyebabkan stres dan ketegangan di antara penggemar serta merusak citra Korean Wave secara keseluruhan. (Lyan, 2023)
ADVERTISEMENT
• Pornografi dan pornoaksi: Penelitian menunjukkan bahwa Korean Wave dapat membawa kepada adanya konten pornografis dan pornoaksi. Terkadang, adegan atau konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral masyarakat dapat ditemukan dalam beberapa drama atau film Korea. Hal ini dapat memberikan dampak negatif terutama pada pemirsa yang rentan apalagi jika anak-anak yang menontonnya.
• Mencintai budaya Korea lebih dari budaya sendiri: Adopsi Korean Wave bisa menyebabkan beberapa individu, khususnya remaja, lebih tertarik dan mencintai budaya Korea daripada budaya mereka sendiri. Ini bisa mengarah pada hilangnya identitas budaya dan kehilangan minat terhadap warisan budaya lokal mereka sendiri. Akibatnya, keragaman budaya dalam masyarakat bisa terancam karena dominasi budaya Korea yang lebih kuat dalam dinamika massa. (Ismadiah Wulandari, 2020)
ADVERTISEMENT
PENUTUP
Pada era globalisasi saat ini, kehadiran budaya asing di Indonesia menjadi hal yang biasa terlebih informasi media yang beredar, tergantung pada bagaimana kita menanggapinya. Namun, budaya asing yang masuk haruslah disesuaikan dengan identitas bangsa kita. Sayangnya, salah satu budaya asing yang saat ini sangat dominan adalah Korean Wave membuat budaya lokal perlahan terlupakan.
Namun, ini bukan hanya kesalahan budaya asing. Banyak orang lebih memilih menonton drama Korea, misalnya, karena ceritanya menarik dan sarat nilai kehidupan, berbeda dengan acara TV Indonesia yang sering kali penuh dengan gimmick dan sensasi. Oleh karena itu, menjadi tugas penting bagi Indonesia untuk memperbaiki konten program TV agar lebih bermanfaat dan mendidik, sehingga masyarakat, terutama generasi muda, lebih menyukai program lokal. Masalah lainnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya lokal bagi identitas budaya Indonesia. Untuk mengatasi dominasi Korean Wave dalam dinamika budaya massa, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
ADVERTISEMENT
• Meningkatkan Kesadaran Budaya Lokal: Edukasi mengenai pentingnya budaya lokal dan identitas budaya Indonesia perlu ditingkatkan. Ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan, kampanye publik, dan promosi budaya lokal melalui media massa.
• Membangun Industri Hiburan Lokal yang Berkualitas: Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus mendukung industri hiburan lokal untuk menghasilkan konten-konten yang berkualitas dan kompetitif. Dengan menyediakan alternatif yang menarik dan berkualitas, masyarakat akan lebih tertarik pada budaya lokal.
• Peningkatan Kualitas Konten Media: Televisi dan platform media lainnya harus berkonsentrasi pada penyediaan konten yang bermanfaat, mendidik, dan menginspirasi. Dengan meningkatkan kualitas konten media lokal, masyarakat akan memiliki pilihan yang lebih menarik.
• Kolaborasi Seimbang dengan Budaya Asing: Meskipun kita menghargai dan mengakui kontribusi budaya asing, penting untuk memastikan bahwa budaya lokal tetap mendapat perhatian dan dukungan. Kolaborasi antara budaya lokal dan asing dapat menghasilkan hasil yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:53 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini