Konten dari Pengguna

Ibu sang Penolongku

Gosyen Karawaheno
Penulis Biasa, Kuliah Semester Akhir.
28 Desember 2021 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gosyen Karawaheno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dimulai dari cerita dari Ibuku sang Bidan desa, ia dijemput untuk membantu salah satu pasien yang akan bersalin. Kebetulan pada saat itu Ayahku sedang berkuliah di kota yang jauh; cuma ada Aku dan Ibuku di rumah. Seketika ada orang datang menjemput Ibuku pada pukul 12 Tengah Malam. Sang penjemput ialah Suami dari Istri yang akan bersalin; Aku yang pada saat itu masih berumur 5 tahun digendong menggunakan kain bermotif batik; ikut serta dibawa dalam petualangan Ibuku.
Singkat cerita, Aku dan Ibuku dibonceng menggunakan sepeda motor Ingkal (L2G Honda) dengan menempuh perjalanan yang lumayan jauh pada masa itu; mengingat masih belum ada jalan aspal di Desaku. Perjalanan panjang menuju rumah pasien terhambat oleh genangan lumpur di jalan sehabis hujan, karena pada sore harinya hujan sangat lebat. Sampailah kami pada genangan lumpur berwarna kekuningan memanjang; sepanjang 1 Kilometer. Sang pengemudi yang membawa Aku dan Ibuku mencoba beberapa manuver dalam upaya melintasi genangan tersebut. Ban motor yang kecil pun seketika terhisap ke dalam lumpur padat dan memperlambat gerakan motor kami.
ADVERTISEMENT
Sialnya, tanpa disadari kain yang digunakan untuk menggendongku ujungnya terlilit jeruji dan tergulung di tengah antara Tromol (inti dari Velg). Efek dari itu semua, Aku pun yang pada saat itu masih kecil ikut tertarik ke bawah dan hampir jatuh ke dalam kubangan lumpur. Ibuku seketika menyadari bahwa ada yang aneh dengan kain yang dipakai untuk menggendongku; Ia merasakan tarikan dari arah bawah (ban motor) semakin kuat yang mencekik perutnya.
Di tengah gelapnya malam dan suara derik dari binatang hutan, ibuku dengan sigap melepaskan kain penggendongku dan berusaha untuk meraihku erat-erat sebelum benar-benar terjatuh ke lumpur. Ia menepuk pundak Sang pengemudi kami dengan keras dan panik; memerintahkannya untuk segera memberhentikan laju motor.
ADVERTISEMENT
Sang pengemudi pun berhenti di tengah-tengah kubangan lumpur
dan bertanya "Ada apa gerangan?" Ibuku menjawab dengan ter-engap "Coba lihat, kain yang aku gunakan untuk menggendong anakku terlilit di ban Motor, Itu hampir saja membunuh anakku!"
Sang pengemudi menjawab pula "Benarkah begitu? Aku tidak memperhatikannya karena aku si buk memikirkan istriku yang akan segera melahirkan di Rumah"
ibuku hanya diam dan berkata "Teruskan saja perjalanan, yang penting adalah keselamatan istrimu dulu" Kami pun melanjutkan perjalanan melewati hutan yang gelap gulita tanpa ada satupun cahaya yang menerangi jalan, hanya ada lampu dari motor saja di depan. Maklum saja karena memang keadaan pada saat itu sangat-sangat memprihatinkan; segalanya saja berkekurangan.
ADVERTISEMENT
Berkat kesigapan dan naluri Ibuku Aku pun dihindarkan dari marabahaya yang mungkin akan merenggut nyawaku. Singkatnya, setelah kami sampai pada tempat tujuan; yaitu rumah pasien ibuku. Ibuku langsung menidurkan Aku di salah satu tempat tidur dan bergegas membantu persalinan. Syukurlah, Bayi dan Ibunya itu lahir dengan keadaan selamat tanpa kekurangan apapun berkat kegigihan serta semangat kami melawan rintangan alam.
Pada saat ini, ketika mengenang kenangan pada saat itu kami pun tertawa bahagia karna telah melewatinya; Aku Ibu dan Sang pengemudi.
Ilustrasi Foto Kain Penggendong yang persis sekali dipakai Ibuku