Konten dari Pengguna

Filosofi Kebahagiaan: Epikureanisme Epicurus

Atha Evani PH
Mahasiswi Psikologi, Universitas Brawijaya
16 Juni 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atha Evani PH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Tidak ada yang cukup bagi orang yang menganggap kecukupan terlalu sedikit.” (Epicurus)
Ilustrasi Epicurus (sumber:https://pixabay.com/id/vectors/epicurus-filsuf-menyergap-patung-5671846/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Epicurus (sumber:https://pixabay.com/id/vectors/epicurus-filsuf-menyergap-patung-5671846/)
Kalimat diatas merupakan ucapan yang berasal dari salah satu Filsuf Yunani bernama Epicurus. Epicurus, seorang materialis atomis yang mengikuti jejak Demokritos ini lahir di pulau Samos, Athena pada tahun 341 SM. Epicurus merupakan tokoh pendiri aliran Epikureanisme yang merupakan 1 dari 5 aliran filsafat dengan penganut terbanyak selain Platonisme, Stoikisme, Skeptisisme, dan Aristotelianisme. Epikureanisme sendiri merupakan aliran yang berfokus pada kebahagiaan dan ketenangan jiwa yang muncul pada tahun 370 SM. Tentunya sebagai makhluk, pasti memiliki tingkat kebahagiaan dan harapan ketenangan yang berbeda. Apa sebenarnya yang menjadi patokan atau tolak ukur dari kebahagiaan dan ketenangan yang ingin dimiliki atau didapatkan? Mari kita simak filosofi dalam menemukan kebahagiaan menurut Epicurus.
ADVERTISEMENT
Adapun prinsip-prinsip dasar Epikureanisme, yaitu:
Tetrapharmakos: Empat obat untuk jiwa
1. Tidak takut pada para dewa. Dalam konteks pemikiran Helenistik, saat itu Epicurus menentang pandangan kaum Stoa tentang intervensi Ilahi dalam alam semesta dan pengaruhnya terhadap nasib manusia. Dengan menekankan sifat mekanis alam semesta dan kebebasan individu untuk menentukan nasib mereka sendiri. Ia mengemukakan bahwa dewa-dewa merupakan sekumpulan atom yang tidak tertarik dan tak akan mencampuri apapun urusan manusia yang di mana manusia dapat memutuskan nasib mereka sendiri.
2. Tidak khawatir pada kematian. Pada dasarnya, kita semua tidak tahu dan tidak akan pernah siap jika kematian itu datang. Menurut Epicurus, takut akan kematian merupakan suatu hal yang keliru walaupun itu merupakan hal yang pasti dipikirkan oleh manusia. Kehidupan dan kematian saling bertolak belakang. Keberadaan kita meniadakan kematian, dan saat kematian datang, keberadaan kita pun berakhir. Jiwa manusia sama seperti benda-benda lainnya di alam semesta, tersusun dari atom-atom material. Ketika seseorang meninggal, jiwanya pun ikut musnah, meskipun atom-atom penyusunnya tetap ada. Namun, atom-atom tersebut tidak lagi mampu merasakan sensasi karena tidak lagi terhubung dengan tubuh.
ADVERTISEMENT
3. Kebaikan mudah didapat dan 4.Keburukan mudah dihindari. Epicurus menafsirkan “kebaikan” sebagai kenikmatan yang mendorong manusia untuk hidup sedangkan “keburukan” merupakan sesuatu yang menghalangi manusia untuk mencapai kebahagiaan. Sebuah kesenangan merupakan hal baik yang hendaknya diusahakan, begitu juga sebaliknya. Di mana kesedihan dan kecemasan merupakan hal buruk yang harus dihindari.
Hedonisme
Mencari kesenangan, tetapi bukan kesenangan sembarangan. Dimana kita bisa membedakan antara kesenangan sejati dan kesenangan yang semu. Kesenangan sejati menurut Epicurus merupakan kesenangan berkelanjutan yang tidak menimbulkan efek samping negatif. Seperti memenuhi kebutuhan dasar layaknya lapar, haus, belajar, dan membantu orang lain. Sedangkan kesenangan semu merupakan kesenangan sesaat yang berasal dari keinginan yang berlebih dan seringkali menimbulkan efek negatif. Seperti kekayaan, kekuasaan, dan status sosial. Epicurus menekankan kesenangan dalam jumlah yang wajar dan menghindari kesenangan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Ataraxia
Ataraxia adalah konsep inti dalam filsafat Yunani Kuno, terutama dalam aliran Skeptisisme dan Epikureanisme. Ataraxia merupakan ketenangan jiwa yang bebas dari rasa khawatir dan takut. Dalam Epikureanisme, ataraxia dicapai dengan mengejar kesenangan sederhana dan menghindari rasa sakit serta keinginan berlebihan, yang dianggap sebagai jalan menuju kehidupan yang bahagia dan seimbang. Inti dari ataraxia adalah mencapai kondisi ketenangan mental yang stabil dan tidak tergoyahkan oleh peristiwa eksternal atau internal. Hal ini dapat dilakukan dengan fokus pada apa yang dapat dikendalikan, hidup sesuai dengan alam, dan melepaskan diri dari prasangka dan keyakinan yang salah.
Ilustrasi bahagia (sumber:https://pixabay.com/id/photos/melompat-langit-pria-awan-tinggi-2731641/)
Bisakah kita menerapkan konsep Epikureanisme dalam kehidupan sehari-hari?
Tentu saja, ada beberapa contoh kecil untuk menerapkan konsep Epikureanisme dalam kehidupan sehari-hari kita. Mari simak beberapa contohnya.
ADVERTISEMENT
1. Mensyukuri Hal-Hal Kecil
Jangan terpaku pada pencapaian besar, luangkan waktu untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup daripada mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang besar dan kompleks. Temukan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana yang sering kali diabaikan, seperti percakapan yang menyenangkan dengan teman dan keluarga, atau menikmati keindahan alam.
2. Mengelola Keinginan
Belajar mengelola keinginan-keinginan yang berlebihan dengan menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari pemenuhan semua keinginan, tetapi dari kemampuan untuk menikmati apa yang sudah dimiliki. Hindari membeli barang-barang secara impulsif hanya untuk mengikuti tren atau mencari kebahagiaan sesaat. Fokuslah pada membangun pengalaman dan hubungan yang bermakna daripada mengumpulkan harta benda.
3. Memilih Makanan Sehat dan Mengolahnya dengan Baik
Nikmati makanan segar dan bergizi daripada makanan olahan yang tinggi kalori dan gula. Luangkan waktu untuk memasak dan menikmati makanan dengan penuh kesadaran.
ADVERTISEMENT
4. Menjalin Hubungan yang Positif
Habiskan waktu bersama orang-orang yang positif dan suportif. Bangun hubungan yang didasari rasa saling menghormati, pengertian, dan kasih sayang.
5. Melakukan Aktivitas Fisik dan Menjaga Kesehatan Mental
Luangkan waktu untuk berolahraga secara teratur, baik itu berjalan kaki, berenang, atau yoga. Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk menenangkan pikiran dan tubuh. Dapatkan bantuan profesional jika mengalami stres, kecemasan, atau depresi.
Menuju Kebahagiaan Sejati dengan Epikureanisme
Epikureanisme, aliran filsafat yang berfokus pada pencapaian kebahagiaan melalui kenikmatan sederhana dan penghindaran rasa sakit, menawarkan pandangan hidup yang relevan dan menenangkan dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan stres dan tekanan. Dengan menekankan pentingnya kebahagiaan batin dan ketenangan pikiran, aliran ini mengajarkan kita untuk menghargai momen-momen kecil, mengelola keinginan, dan mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang mudah dijangkau dan tidak tergantung pada faktor eksternal yang berubah-ubah. Meskipun kadang disalahpahami sebagai ajaran yang mendorong hedonisme berlebihan, Epikureanisme sebenarnya menganjurkan keseimbangan, kesederhanaan, dan refleksi mendalam atas apa yang benar-benar penting dalam hidup. Meskipun penerapan Epikureanisme bersifat individual, prinsip-prinsipnya dapat diadaptasi dengan kebutuhan dan nilai-nilai setiap orang. Memilih untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran Epikureanisme adalah sebuah perjalanan yang berkelanjutan. Diperlukan dedikasi dan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dengan komitmen dan kegigihan, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dan menjalani hidup yang lebih damai dan bermakna.
ADVERTISEMENT
Ingatlah, kebahagiaan sejati terletak dalam kesederhanaan dan ketenangan jiwa.
Atha Evani Putri H., Mahasiswi Psikologi, Universitas Brawijaya.
Referensi
Carrissa, C., Crysanthe, J. Y., & Pratama, M. A. (2024). Kajian Surat Epicurus kepada Menoeceus. Praxis: Jurnal Filsafat Terapan, 1(02).
Gunawan, B. (2023). Hidup Bahagia?—Etika Epikuros. Dekonstruksi, 9(03), 61-68.
Theo, Y. (2023). Tentang Kematian Menurut Kaum Epikurean. Sapientia Humana: Jurnal Sosial Humaniora, 3(01), 47-56.
(Epicurus: hidup tanpa penderitaan, mati tanpa ketakutan | Philosophy Angkringan, 2013)