Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Peneliti Ungkap Bahwa Air Rebusan Tidak Sepenuhnya Steril
15 Mei 2024 7:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari ATHA NASYWA ANANTA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Air adalah suatu zat kimia yang terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen yang saling berikatan membentuk H2O. Air juga merupakan suatu zat yang turut memainkan peran krusial dalam berbagai aspek kehidupan di Bumi, salah satunya adalah untuk konsumsi manusia.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui, konsumsi air merupakan salah satu hal yang wajib dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Pada orang dewasa, idealnya mengonsumsi air per harinya adalah sekitar delapan gelas atau sebanyak 2 liter. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus karena kekurangan cairan pada tubuh bisa mengakibatkan dehidrasi yang nantinya akan berujung pada gangguan metabolisme dalam tubuh.
Di Indonesia, konsumsi air untuk kehidupan sehari-hari tidak hanya berasal dari air kemasan atau air mineral. Sebagian orang terutama yang tinggal di daerah pedesaan masih mengandalkan air rebusan untuk dijadikan sebagai air minum karena berbagai alasan, seperti budaya turun temurun dan lebih ekonomis. Air rebusan yang digunakan biasanya bersumber dari air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), sumur air di lingkungan sekitar tempat tinggal, dan air isi ulang.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah air rebusan ini sudah sepenuhnya aman jika dikonsumsi bagi tubuh?
Ternyata tidak semua air rebusan memiliki kualitas konsumsi yang baik. Hal ini bergantung pada sumber air yang digunakan. Jika sumber air yang digunakan adalah sumur air dan lokasinya berdekatan dengan TPS (Tempat Pembuangan Sementara), maka kemungkinan besar sumur air akan tercemar oleh air lindi yang mengandung banyak bahan kimia, seperti kadmium (Cd).
Logam berat seperti kadmium dan atau partikel-partikel padat lainnya tentu sangat berbahaya bagi tubuh dan tidak bisa dengan mudah dihilangkan dengan cara direbus sampai mendidih.
Selain kadmium (Cd), kapur juga salah satu zat yang paling sering terkandung dalam air sumur. Air dengan kadar kapur (CaCO3) yang tinggi sangat merugikan bagi tubuh jika dikonsumsi. Hal yang biasa dilakukan orang-orang untuk mengatasi hal ini adalah dengan merebus air berkapur untuk mengendapkan zat kapurnya. Namun, hal ini masih memungkinkan adanya zat kapur yang masih tersisa dalam air.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan air isi ulang yang direbus?
Tidak semua depot air minum isi ulang memiliki sanitasi yang baik. Hal ini akan berhubungan dengan kelayakan air isi ulang untuk dikonsumsi. Air isi ulang memang tidak mengandung logam berat, tetapi mengandung bakteri coliform dan Eschericia coli. Kedua jenis bakteri ini banyak ditemukan di lingkungan, contohnya air.
Meskipun telah melalui proses filtrasi yang cukup panjang, tidak menutup fakta bahwa masih ditemukannya beberapa bakteri dalam air isi ulang, misalnya yaitu bakteri coliform dan Eschericia coli. Namun, bakteri coliform dan Eschericia coli adalah jenis bakteri yang akan mati ketika berada dalam suhu 100°C.
Akan tetapi, ada juga jenis bakteri yang tetap bertahan hidup dalam suhu diatas 100°C, seperti Clostridium botulinium. Artinya, merebus air hingga mendidih tidak cukup efektif untuk mematikan seluruh patogen dalam air.
ADVERTISEMENT
Apa dampak yang akan diakibatkan jika kita mengonsumsi air yang tidak layak minum?
1. Batu Ginjal
Konsumsi air yang memiliki kadar kapur yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya penyakit batu ginjal karena adanya pengendapan kapur pada ginjal.
2. Stunting
Konsumsi air yang tidak memenuhi standar layak minum pada ibu hamil akan menyebabkan kemungkinan terjadinya stunting pada janin yang ada di kandungan. Hal ini karena adanya kontaminasi patogen pada air yang dapat menyebabkan kerentanan anak terhadap penyakit infeksius.
3. Gangguan pada sistem pencernaan
Mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar kelayakan minum bisa menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan yang bermuara pada berbagai penyakit, seperti diare, disentri, dan kolera.
Dapat disimpulkan bahwa ternyata air rebusan tidak sepenuhnya steril dan aman dari berbagai patogen meskipun sudah direbus. Maka dari itu, tetap konsumsi air mineral galon yang memang sudah teruji kelayakannya agar tidak membahayakan tubuh.
ADVERTISEMENT
Sumber:
AnaMevia, I. L. ., Susanto, B. H. . and Cahyani, S. D. . (2023) “PENGARUH JARAK TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA (TPS) BOROBUDUR TERHADAP TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR”, Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(3), pp. 2695–2700. doi: 10.31004/jkt.v4i3.17523.
Pertiwi, Aisyah N. A. M., Indra Dwinata, Eny Qurniyawati, and Rismayanti Rismayanti. "Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Baduta Di Kabupaten Bone Dan Enrekang." Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 23, no. 1 (2024): 101-110. Accessed May 4, 2024. https://doi.org/10.14710/jkli.23.1.101-110
Widyastuti, R., Purwaningsih, N. V., Saputro, T. A., & Kartikorini, N. (2022). EDUKASI PENGARUH KONSUMSI AIR SUMUR TERHADAP FUNGSI GINJAL DI JEMBER. Humanism: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 173-183.
ADVERTISEMENT