Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Art Therapy untuk Menyalurkan Emosi Anak, Apakah Benar?
13 Desember 2023 9:51 WIB
Tulisan dari Lulani Atha Khalishah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penerapan Art Therapy ternyata sering kita temukan saat ini. Anak-anak menggemari aktivitas seni sebagai sarana belajar ataupun mengisi waktu luang. Aktivitas seni seperti menggambar dan melukis sering dinilai sebagai salah satu cara untuk menyalurkan ekspresi. Selain itu aktivitas seni juga bisa untuk meluapkan emosi yang sedang dirasakan, seperti rasa marah, bahagia, sedih ataupun rasa takut. Bahkan, seni dapat dijadikan sebagai media terapi.
ADVERTISEMENT
Emosi didefinisikan sebagai perasaan yang muncul dalam diri seorang manusia sebagai respon dari situasi tertentu. Perasaan ini bisa mempengaruhi pikiran, persepsi dan perilaku seseorang. Selain itu, emosi juga dapat mempengaruhi pembentukan karakter pada anak. Karakter seorang anak dapat mulai dibentuk dan ditentukan sejak anak masih berusia dini. Perubahan karakter setiap anak akan berbeda, berdasarkan bagaimana anak dapat mengontrol emosinya.
Pengertian Art Therapy
Art therapy atau terapi seni merupakan bentuk psikoterapi yang dalam prosesnya memanfaatkan media seni sebagai wadah ekspresi dan komunikasi utama (Hussain, 2010). Terapi ini merupakan kombinasi antara proses kreatif dan teknik-teknik terapi psikologis guna meningkatkan kesehatan mental seseorang. Untuk dapat melakukan art therapy, seseorang tak harus mempunyai bakat atau kemampuan seni. Melalui art therapy ini, dipercaya dapat memahami diri sendiri lebih baik lagi.
Akan tetapi, terapi seni ini tidak sama dengan kelas seni pada umumnya, karena pada terapi seni mereka bebas berkreativitas untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dirasakan. Terapi ini bisa dilakukan oleh pasien dari segala usia, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Orang yang membutuhkan terapi ini biasanya memiliki beberapa kondisi seperti stress yang tidak dikelola dengan baik, mengalami peristiwa traumatis, atau anak-anak yang memiliki gangguan dalam kegiatan belajar.
ADVERTISEMENT
Art Therapy pada Anak
Usia anak-anak masih membutuhkan bimbingan untuk merespon permasalahan dan perasaan yang sedang dialami. Anak-anak sering menghadapi kesulitan dalam mengartikulasikan emosi atau perasaan mereka secara verbal. Mereka memerlukan perhatian lebih dalam pengontrolan emosi agar emosinya tetap stabil. Untuk itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam membantu anak agar tidak kebingungan dengan emosinya sendiri. Merasakan emosi seperti marah, senang, sedih, takut dan kecewa adalah hal yang wajar.
Anak juga harus dididik untuk mengontrol emosinya dan melepaskan emosinya ke dalam hal-hal yang positif, sehingga tidak didominasi oleh perilaku buruk. Untuk itu, penerapan art therapy pada anak ini sangat dibutuhkan, karena melalui art therapy anak bisa menyalurkan emosinya.
Art therapy juga dapat menjadi bentuk psikoterapi pada anak yang mengalami pengalaman trauma dengan memberikan kesempatan atau membantu mereka menemukan cara dalam mengekspresikan perasaan melalui aktivitas seni yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu kegiatan art therapy yang sering kita lakukan adalah menggambar, melukis dan kolase. Tetapi, masih banyak lagi yang dapat dilakukan seperti menyanyi dan membuat puisi. Art therapy ini dapat membuat anak lebih produktif untuk menghasilkan karya seperti lukisan, puisi, lagu, kerajinan, dan lainnya.
Terlebih lagi kegiatan ini merupakan metode yang paling aman untuk menyalurkan emosi apapun seperti kemarahan, kebencian, penolakan, frustasi, perasaan terluka karena penyiksaan, tantrum, rasa malu, mengasingkan diri agar membebaskan anak dari emosi tersebut (Djiwandono 2005).
Proses yang terjadi saat penyaluran emosi ini berbentuk pengalaman yang menjadi gambar atau lukisan atau aktivitas artistik lainnya yang dikembangkan oleh otak yang diaplikasikan oleh gerak tubuh. Sehingga tubuh akan memberikan sinyal yang sama di kehidupan nyata seperti pembuatan gambar yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi ketika itu atau emosi dan kondisi yang ada dalam pikiran ketika hal tersebut terjadi (Malchiodi 2001).
ADVERTISEMENT
Penelitian terdahulu juga mengatakan bahwa art therapy efektif dalam meningkatkan kinerja anak, kreativitas, kesadaran diri, dan hubungan dengan teman sebaya sebagai hasil keberhasilan dalam penyaluran emosi (Steinhardt, 1995). Terapi seni sering kali dilakukan dalam kelompok, yang memungkinkan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Ini membantu mengembangkan keterampilan sosial, seperti berbagi ide, bekerja sama, dan memberikan dukungan satu sama lain.
Lalu, apa saja manfaat dari Art Therapy? Yuk, simak poin-poin di bawah ini!
Manfaat Art Therapy
Art therapy bisa membuat anak menjadi lebih tenang dan rileks. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari art therapy yaitu :
• Meningkatkan rasa percaya diri pada anak.
Dalam proses pembuatan sebuah karya, bisa membuat anak merasakan pencapaian diri yang tinggi, sehingga kepercayaan dirinya akan meningkat.
ADVERTISEMENT
• Membantu anak dalam mengidentifikasi emosinya.
Dengan terapi seni, anak jadi lebih mudah mengekspresikan emosi yang sedang dirasakannya.
• Mengubah perasaan negatif menjadi distraksi yang positif
Terapi seni ini bisa membantu anak dalam hal menghilangkan perasaan negatif di dalam pikirannya dengan membuat sebuah karya.
• Meningkatkan keterampilan sosial.
Dengan dilakukannya terapi seni dapat menunjukkan bakat atau kemampuan apa yang anak itu miliki.
• Meningkatkan kemandirian anak.
Melalui terapi seni, anak-anak diberi ruang untuk membuat keputusan kreatif sendiri.
Referensi
Djiwandono, S. E. W. 2005. “Konseling Dan Terapi Dengan Anak Dan Orangtua.” Jakarta: Gramedia.
Hussain, Sadia. 2010. “Art Therapy for Children Who Have Survived Disaster.” Virtual Mentor
12(9):750–53.
Mahardika, Bagus. 2017. “Implementasi Metode Art Therapy.” Jurnal Kependidikan 114–25.
ADVERTISEMENT
Malchiodi, C. A. 2001. “Using Drawing as Intervention with Traumatized Children.” Trauma and Loss: Research and Intervention 1(1)
STEINHARDT, L. 1995. “Long-Term Creative Therapy With a Borderline Psychotic Boy.” American Journal of Art Therapy 34(2):43–49.