Konten dari Pengguna

Legenda Tiga Saudari: Penerapan Konsep Agrikultur Modern Sejak Awal Peradaban

Muhammad Athallah Casillas
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Brawijaya
30 Mei 2024 8:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Athallah Casillas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo oleh Abby Kihano dari Pexels: https://www.pexels.com/photo/winter-squash-beside-corn-230127/
zoom-in-whitePerbesar
Photo oleh Abby Kihano dari Pexels: https://www.pexels.com/photo/winter-squash-beside-corn-230127/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Legenda ini menceritakan tiga saudari yang tinggal bersama di suatu ladang. Si bungsu yang berpakaian hijau, bertubuh mungil dan selalu merangkak. Si Anak Tengah yang energetik, berlarian ke sana kemari mengenakan gaun kuning. Si Sulung yang tinggi dan kuat, mengenakan selendang hijau pucat dan berambut emas. Ia elalu menjaga dan mengawasi adik-adiknya. Hanya ada satu kesamaan yang membuat ketiga saudariitu serupa. Mereka sangat mencintai satu sama lain, dan mereka tidak pernah terpisahkan. Mereka yakin bahwa mereka tidak akan bisa hidup terpisah.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, seorang pemuda mengunjungi ladang. Ketiga saudari terpesona olehnya. Di siang hari, para saudari melihatnya memasang anak panah di busurnya, melihatnya mengukir mangkuk dengan pisau batunya, dan bertanya-tanya ke mana Si Pemuda pergi pada malam hari. Saat musim panas berlangsung, Si Bungsu yang masih mengandalkan dukungan dua saudarinya, menghilang secara misterius. Saudari yang tersisa berduka untuknya. Menjelang akhir musim panas itu, Si Anak Tengah yang dikenal energetik juga menghilang. Si sulung berakhir ditinggal sendirian.
Namun suatu hari ketika sedang musim panen, Si Pemuda itu mendengar tangisan Si Bungsu yang ditinggalkan berkabung di ladang. Ia merasa kasihan padanya. Ia pun menggendong dan membawanya ke pondok tempat ayah dan ibunya tinggal. Si bungsu terkejut ketika melihat kedua saudarinya yang hilang ada di sana, di pondok pemuda itu dalam keadaan aman dan sangat senang melihatnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga saudari yang merasakan hangatnya pondok tempat tinggal Si Pemuda, akhirnya memutuskan untuk tinggal bersamanya karena musim dingin yang akan segera datang. Ketiga saudari berusaha untuk melakukan apapun yang bisa mereka lakukan sebagai bentuk balas budi karena diberikan tempat tinggal. Si bungsu berbaju hijau yang sekarang sudah dewasa, membantu memasak agar panci makan tetap penuh. Si Anak Tengah bergaun kuning duduk sambil mengeringkan badannya. Ia berencana memasak untuk makan malam nanti. Si sulung kemudian bergabung dengan mereka, siap untuk menumbuk bahan makanan untuk Si Pemuda. Akhirnya ketiga saudari tidak pernah terpisahkan lagi.
Cerita tadi merupakan legenda Tiga Saudari yang berasal dari bangsa Haudenosaunee, salah satu bangsa penduduk asli Amerika. Masing-masing saudari dalam legenda tersebut mewakili tanaman yang ditanam secara bersamaan dalam praktik agrikultur bangsa Haudenosaunee. Si Sulung berselendang hijau pucat dan rambut emas mewakili jagung yang tumbuh tinggi dan kuat. Si Anak Tengah yang energetik mewakili kacang-kacangan yang tumbuh merambat. Terakhir, Si Bungsu berpakaian hijau dan selalu merangkak mewakili labu yang tumbuh dekat dengan permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Praktik agrikultur yang telah dilakukan sejak berabad-abad oleh orang-orang bangsa Haudenosaunee dan penduduk asli Amerika ini memanfaatkan konsep yang sekarang dikenal sebagai companion planting dan regenerative agriculture. Companion planting yang juga dikenal sebagai penanaman pendamping didefinisikan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan sebagai, “pola tanam yang dilakukan dengan menanam lebih dari satu tanaman dalam satu bedeng dengan tanaman lain yang melengkapi kebutuhan fisik dan unsur hara”. Jika ditanam bersamaan, hubungan simbiosis ketiga tanaman ini (jagung, kacang, labu) akan saling mendukung pertumbuhan masing-masing tanaman. Jagung yang tumbuh ke atas dengan tangkai yang panjang dan kokoh menyediakan teralis alami bagi kacang. Kacang akan tumbuh ke atas sehingga dapat menangkap lebih banyak cahaya dan dapat memberikan dukungan struktural kepada jagung ketika terkena angin kencang. Kacang juga membantu kedua tanaman lainnya tumbuh dengan meningkatkan jumlah nitrogen yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan melepaskan zat kimia dari akarnya sehingga menarik rhizoba, sejenis bakteria pengikat nitrogen yang hidup di dalam tanah. Bakteri rhizoba kemudian mengubah nitrogen dari atmosfer menjadi bentuk nitrogen yang dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Terakhir, labu yang letaknya paling rendah menghasilkan daun lebar bagai payung yang menjaga tanah tetap lembab dan menaunginya dari sinar matahari. Beberapa varietas labu bahkan dilengkapi rambut berduri yang melindungi ketiga tanaman tesebut dari hewan pemakan tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Strategi penanaman berdampingan ini mendorong ekosistem yang sehat di tanah dan dapat memaksimalkan hasil yang dapat diperoleh. Hal ini sejalan dengan konsep regenerative agriculture atau pertanian regeneratif yang didefinisikan oleh Nestle Indonesia sebagai, “pertanian yang berprinsip meningkatkan kualitas lahan pertanian dengan rehabilitasi dan revitalisasi seluruh ekosistem, seperti tanah dan air. Praktik pertanian ini menitikberatkan kepada manajemen air, penggunaan pupuk, dan mempertahankan keragaman biologis untuk menciptakan lahan pertanian yang sehat”. Praktik penanaman tiga saudari ini tidak hanya mengurangi kebutuhan akan penggunaan pupuk berbasis nitrogen dan penggunaan air, tetapi juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati serta efisiensi penggunaan unsur hara dalam tanah karena tanaman yang ditanam dalam jarak berdekatan.
Dari legenda tiga saudari dan praktik agrikultur yang dilakukan oleh bangsa Haudenosaunee, kita dapat belajar bahwa solusi dari masalah modern dapat juga ditemukan dari praktik-praktik kuno yang telah dilakukan selama berabad-abad oleh masyarakat adat yang telah tinggal berdampingan lebih lama dengan alam di sekitar mereka. Ilmu-ilmu pengetahuan mengenai hidup berdampingan dengan alam yang saling menguntungkan kedua pihak, terutama di zaman modern ini, menjadi salah satu ilmu yang esensial untuk melestarikan lingkungan dan secara bersamaan menguntungkan manusia. Praktik-praktik yang dilakukan oleh masyarakat adat dalam upaya melestarikan lingkungan dapat diteliti lebih mendalam menggunakan ilmu pengetahuan modern. Sebagai gantinya, praktik-praktik tersebut juga dapat menambah wawasan yang lebih luas mengenai solusi-solusi yang dapat diaplikasikan untuk melestarikan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan. (2020). Jenis-jenis pola tanam polikultur yang sering digunakan. https://dkpp.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/jenis-jenis-pola-tanam-polikultur-yang-sering-digunakan-89#:~:text=Tanaman%20pendamping%20(companion%20planting),kebutuhan%20fisik%20dan%20unsur%20hara
Kruse-Peeples, M. (2016). How to grow A three sisters garden. Native Seeds. https://www.nativeseeds.org/blogs/blog-news/how-to-grow-a-three-sisters-garden
Mohawk Leader. (n.d.). Legend of the Three sisters. Ganondagan. https://www.ganondagan.org/legend-of-the-three-sisters
National Parks Service Toronto. (2023). The Three sisters. National Parks Service. https://www.nps.gov/tont/learn/nature/the-three-sisters.htm
Nestlé. (2022). Mengenal konsep pertanian regeneratif dan manfaatnya. https://www.nestle.co.id/kisah/konsep-pertanian-regeneratif-dan-manfaatnya
Webster, R. (2024). Lessons worth sharing. TED. https://ed.ted.com/lessons/the-mystery-of-the-lost-sisters-rebecca-webster/digdeeper