Konten dari Pengguna

Flexing: Pembohongan atau Branding Diri?

Athaya Safa Nabila
Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
15 Desember 2022 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Athaya Safa Nabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
flexing (sumber: freepik)
zoom-in-whitePerbesar
flexing (sumber: freepik)
ADVERTISEMENT
Flexing atau pamer merupakan sebuah fenomena baru yang muncul di masyarakat. Flexing biasanya dilakukan oleh OKB atau orang kaya baru. Contoh sikap flexing yaitu, menunjukkan sifat konsumtif terhadap barang-barang mewah, pencapaian yang telah didapatkan, dan layanan premium. Hal tersebut untuk menunjukkan status atau kemampuan finansial.
ADVERTISEMENT
fenomena flexing semakin berkembang dengan adanya peran media sosial sebagai wadah untuk membagikan hal yang berkaitan dengan pencapaian yang dimiliki. Banyak faktor yang mendasari seseorang melakukan flexing salah satunya faktor psikologis.
Martin Lindstrom dalam bukunya yang berjudul 'Brainwashed', menjelaskan bahwa orang-orang yang memiliki kepercayaan diri rendah akan memakai barang-barang mewah. Secara psikologis orang yang melakukan flexing biasanya karena rasa insecure. Menurut mereka dengan membagikan sesuatu atau hal yang dapat dibanggakan dapat menutupi rasa insecure tersebut. Seseorang melakukan flexing biasanya memiliki kepribadian narsistik, mereka akan mengharapkan pujian atau imbalan dari hal yang sudah dicapai. Namun pada kenyataannya hal tersebut jika dilakukan akan menimbulkan kesan negatif pada orang lain.
Seseorang yang melakukan flexing berpikir bawah hanya sedikit dari mereka yang menganggap hal tersebut negatif. Namun pada kenyataannya sedikit yang menganggap hal tersebut positif dan banyak yang berpikir bahwa hal tersebut negatif. Flexing dapat berhasil ketika para audien kurang atau tidak mengetahui objek yang digunakan dari apa yang dibagikan sehingga membuat audien mengevaluasi sesuatu hal yang dibagikan. sehingga hal tersebut membuat audiens tertarik untuk membaca atau mendengarkan.
ADVERTISEMENT
Banyak jenis atau tipe flexing salah satunya yaitu secara tidak langsung menarik perhatian pada sesuatu yang dilakukan atau dicapai. Seseorang yang melakukan flexing akan melalui dengan aksi bukan kualitas diri yang dimiliki. Jika hal tersebut dilakukan dapat menimbulkan rasa cemburu dari orang-orang sekitar. Karena mampu dianggap mampu untuk melakukan hal tersebut akibatnya, dari rasa tersebut banyak orang yang mencari tahu mengenai kebenaran apa yang dikatakan dan menimbulkan persaingan antar sesama. Perilaku flexing tersebut merupakan bentuk rendah hati yang palsu.
Perilaku flexing di atas biasanya dilakukan oleh seseorang yang ingin mendapatkan hal baru atau sesuatu yang baru. Seseorang biasanya akan membagikan pencapaian yang diraih pada media sosial akan tetapi, orang yang melakukan flexing akan membagikan hal tersebut kepada orang lain secara langsung.
ADVERTISEMENT
Selain itu seseorang yang melakukan flexing tersebut biasanya menggunakan kata "disclaimer" agar mengurangi argumen atau pendapat yang ingin disampaikan audiens. Karena dengan menunjukkan sebuah bukti tentang pencapaian yang dilakukan akan membuat audiens percaya dengan apa yang sudah dicapai atau dikatakan. Tetapi jika hal tersebut tetap dilakukan secara terus-menerus akan melanggar norma kesopanan dan orang-orang akan menanyakan kebenaran yang dikatakan atau dicapai.
Branding diri atau biasa yang disebut personal branding. Personal artinya sosok, seseorang atau pribadi sedangkan branding yaitu menunjukkan, memperkenalkan atau memperlihatkan. Personal branding yaitu kegiatan kita memperkenalkan citra diri baik kepribadian, kemampuan, profesi, keahlian dan nilai yang kita punya. Tujuannya untuk membangun kepercayaan orang-orang terhadap diri kita. Membuat mudah untuk mempromosikan bisnis, karir menjadi semakin naik dan peluang kesempatan yang tidak terpikirkan sebelumnya akan datang.
ADVERTISEMENT
Branding diri bisa dianggap sebuah kebohongan atau penipuan apabila tidak sesuai dengan kenyataan. Perkataan yang dikatakan harus sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Misalnya, jika ingin menjadi seorang pengusaha maka harus memiliki ketertarikan di bidang tersebut. Kemudian dalam sehari-hari memiliki perbuatan yang berkaitan di bidang usaha seperti, menciptakan suatu barang atau produk kemudian dijual. Selain itu penampilan juga perlu diterapkan agar yang dilakukan bukan pembohongan.
Perilaku flexing dapat meningkatkan branding diri apabila dilakukan dalam hal yang wajar dan sesuai dengan norma yang berlaku. Perilaku flexing perlu dikendalikan agar tidak berdampak buruk pada diri sendiri. Hal yang perlu dilakukan untuk mengendalikan perilaku flexing seperti tidak perlu memaksakan diri tentang sesuatu hal yang tidak sesuai realita dan kemampuan diri memikirkan dampak baik dan buruk sebelum melakukan flexing dan mengubah pemikiran dan fokus pada hal yang ingin dicapai dibandingkan dengan pamer atau flexing.
ADVERTISEMENT