Konten dari Pengguna

Menurunnya Fokus dalam Pemahaman Literasi di Era Digital

Athia Qonita Farhati
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
17 Oktober 2024 18:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Athia Qonita Farhati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Source: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Zaman modern. Kita semua hidup di zaman ini, zaman yang hampir sepenuhnya bergantung pada teknologi. Keilmuan yang terus berkembang melahirkan inovasi-inovasi baru, dengan harapan menciptakan teknologi-teknologi mutakhir yang tak tergantikan. Inovasi-inovasi ini kian hari makin membantu peradaban umat manusia dalam menyelesaikan tantangan kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang paling mencolok dalam inovasi tersebut adalah alat komunikasi. Mengapa alat komunikasi sebagai hal yang mencolok? Bayangkan saja, hal utama yang menyatukan kita dalam kesepahaman adalah komunikasi. Tanpa komunikasi, tidak akan terciptanya kesepahaman. Alat komunikasi kian hari semakin canggih, dimulai awalnya dengan terciptanya telegraf pada zaman revolusi industri hingga sampai saat ini dengan alat yang kita kenal dengan ponsel pintar.
Seperti yang kita ketahui, teknologi komunikasi seperti ponsel genggam sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia di era teknologi ini. Banyak sekali kecanggihan dari fitur-fitur benda yang sering kita sebut handphone ini. Kita bisa bermain game, menonton video atau film, mencari dan mengunggah informasi secepat kilat, bermain media sosial, serta yang terutama adalah mengirim pesan. Semua fitur-fitur itu seharusnya memudahkan bukannya malah menjatuhkan.
ADVERTISEMENT
Era yang semakin maju, katanya. Era yang lebih cerdas, katanya. Era yang orang-orangnya unggul, katanya. Tapi mengapa justru sebaliknya? Mengapa era teknologi yang ‘katanya’ dapat membantu manusia untuk menjadi lebih baik, malah membuat tingkat fokus dalam pemahaman literasi menurun? Pemahaman dalam literasi bukan hal yang sepele, bayangkan saja konflik atau masalah-masalah yang akan timbul karena hanya sekedar ‘salah paham’ dalam memahami bacaan atau teks.
Menurut studi, menurunnya kemampuan fokus literasi, dapat terjadi karena kebiasaan-kebiasaan dalam bermain handphone, seperti kecanduan bermain game dan bermain media sosial. Saat bermain game, kita mendapat kesenangan-kesenangan dari perolehan hadiah atau reward dalam pencapaian tertentu. Begitupun dengan bermain media sosial, kita merasa terhibur saat melihat video-video berdurasi pendek. Hormon dopamin berpengaruh terhadap rasa senang itu Costa & Schoenbaum, 2022 (as cited in Novianty, R., et al. 2023). Namun, justru kesenangan yang bersifat sementara itu dapat membuat fokus menjadi pendek.
ADVERTISEMENT
Tingkat fokus manusia telah berkurang dari 12 detik menjadi 8 detik dalam 9 tahun terakhir (Jakarta Pusat. Kementrian Keuangan Repulik Indonesia, 2022). Hal ini tentu mempengaruhi kinerja otak manusia dalam penerimaan informasi yang seharusnya tepat dan akurat. Menurunnya fokus sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman dalam membaca. Seringnya, kita sulit memahami apa yang ingin benar-benar disampaikan suatu bacaan. Kesulitan dalam memahami bacaan inilah yang juga bisa menjadi faktor dalam menurunnya minat literasi.
Kita perlu membatasi penggunaan ponsel genggam yang berlebihan dan melatih otak kita untuk fokus. Tentu kita tidak mau dikontrol oleh alat yang seharusnya kita kontrol, bukan? Biasakan diri kita untuk menerima hal-hal bosan yang ada di dunia nyata, seperti berhenti sejenak dan duduk sambil melihat pemandangan. Karena dengan begitu, otak akan bekerja untuk berpikir dan memahami dunia. Dengan menerima hal-hal bosan juga, akan membuat kita lebih bisa menerima hiburan dan kesenangan dua kali lipat.
ADVERTISEMENT
Kita juga dapat melatih otak kita untuk fokus dengan belajar dan banyak membaca. Walaupun mungkin belum bisa benar-benar fokus dalam melakukan keduanya, tapi jika kita konsisten dan mau berubah, maka kita dapat meningkatkan fokus untuk lebih bisa menerima dunia asli yang seharusnya kita beri fokus daripada dunia palsu dibalik layar.
Referensi:
Novianty, R., Elvyra, R., Amtarina, R., Seminar Kesehatan Mental dan Kaitannya terhadap Adiksi dan Dopamin. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN), 4 (4), 4503. http://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i4.2244
Jakarta Pusat. Kementrian Keuangan Republik Indonesia. (2022). Fokus, Aset Mental yang Langka di Era Bombardir Informasi. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/15281/FOKUS-ASET-MENTAL-YANG-LANGKA-DI-ERA-BOMBARDIR-INFORMASI.html