Konten dari Pengguna

Alien di Alor: Sebuah Penampakan Makhluk Luar Bumi yang Terlalu Sempurna?

Atif Kasful Haq
Penulis dan Penerjemah Lepas - Alumnus Sekolah Vokasi, Universitas Sebelas Maret
5 Juli 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atif Kasful Haq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penampakan UFO di langit. Sumber foto: Albert Antony/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan UFO di langit. Sumber foto: Albert Antony/Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dewasa ini, perbincangan tentang alien dan objek terbang yang tak teridentifikasi tampak kering sekali. Jarang sekali ada diskursus soal kehadiran makhluk ekstra terestrial di media dan kita pun seolah berhenti membahasnya.
ADVERTISEMENT
Tebakan saya akan alasan fenomena ini mengerucut kepada dua hal, bahwa kita kini lebih suka membahas hal-hal yang terkesan anomali itu dengan mengaitkan akan hal gaib, kedua adalah bahwa kita memang sudah jarang sekali terpapar dengan fenomena yang mengarah ke temuan UFO.
Paling jauh, yang kita ingat mungkin hanya penampakan heboh crop circle pada kisaran tahun 2011, itu pun dikonfirmasi Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) sebagai buatan manusia.
Namun, ada satu kejadian penampakan alien yang tercatat dan tampak punya level kebenaran cukup tinggi. Kejadiannya pun terjadi di negara tempat kita bernaung selama ini, tepatnya di salah satu bagian timur di Nusa Tenggara.
Ini adalah kisah tentang alien di Alor, sebuah fenomena makhluk asing yang berinteraksi langsung dengan para penduduk di sana.
ADVERTISEMENT
Alor, 1959
Alor pada tahun ini barangkali adalah sebuah pulau yang hanya berisi kehidupan tenang para penduduknya, jauh dari hingar-bingar konflik politik nasional.
Hanya saja, 1959 mungkin jadi tahun yang dikenang sebagai masa yang berbeda. Kala itu, muncul kawanan orang asing dengan ciri-ciri aneh. Kulit mereka berwarna merah, berambut perak, mengenakan baju biru berlengan panjang, memiliki ikat pinggang, dan membawa sebuah senjata berbentuk tongkat tabung dari logam. Selain itu, bagian belakang kepala mereka tampak lebih tinggi.
Kedatangan mereka ke Alor diketahui oleh beberapa penduduk lokal. Namun, sebab aktivitas salah seorang dari orang asing itu tampak mencurigakan, sejumlah masyarakat Alor menanggapi hal itu secara negatif. Akibatnya, si orang asing itu dikepung dan diserang dengan anak panah.
ADVERTISEMENT
Anehnya, yang diserang justru bergeming, kebal. Belum sempat penduduk mencerna betul rasa herannya, orang asing itu tiba-tiba melompati mereka dengan setinggi kepala manusia dan menghilang setelahnya.
Para pendatang asing tak hanya datang sekali itu saja. Kali ini, di pulau sebelah, Pantar. Enam orang berpostur tinggi diceritakan berkeliling ke perkampungan penduduk pasca matahari terbenam. Bahkan, salah seorang dari mereka juga tak segan untuk membuka jendela rumah penduduk, sekadar mengamati kondisi di dalamnya. Kejadian ini lantas menimbulkan ketakutan dan penduduk tak berani keluar rumah.
Salah seorang penduduk pernah melaporkan bahwa dirinya pernah dikunjungi para orang asing itu kala dirinya turun setelah memanjat pohon enau. Tak awas dengan keadaan sekitar, dia sudah dalam kondisi terkepung dan diberikan sebuah alat yang mampu memberikan penglihatan menembus hutan dan bukit.
ADVERTISEMENT
Kejadian yang identik dengan kisah pertemuan dengan alien, yakni penculikan, juga terjadi di Alor. Korbannya adalah seorang anak berusia enam tahun yang tiba-tiba ditemukan di tengah ladang dalam keadaan bingung. Dari penuturannya, diketahui bahwa telah dilakukan semacam pemeriksaan medis kepadanya dan dirinya sempat ditawari makanan.
Kejadian itu jelas membuat warga lokal resah, yang kemudian kabar itu sampai ke Kepala Kepolisian Alor kala itu, Alwi Alnadad. Didorong oleh laporan penculikan, Alnadad lalu mengumpulkan sejumlah personel polisi untuk diberangkatkan ke lokasi yang disinyalir jadi tempat para orang asing itu pada malam hari. Alnadad dan anak buahnya juga dipersenjatai dengan senapan jenis Bren, Garrand, dan Thompson.
Benarlah, polisi bertemu dengan yang dimaksud sebagai pendatang asing itu. Berjarak 13 meter, hujan peluru ditembakkan secara serentak. Keanehan kembali muncul, yang tertembak seolah tak terkena efek apa pun, tak ada setetes darah pun di lokasi tersebut, hanya ada lubang-lubang peluru pada pohon-pohon di sana.
ADVERTISEMENT
Konfrontasi itu tak terjadi lama, yang dicari Alnadad dan kawanan polisi sudah menghilang. Hanya tersisa jejak kaki sejauh lima meter dari sana, sedangkan selebihnya tidak ada lagi tapak kaki apa pun.
Cerita tentang makhluk asing di pulau Alor ini dirahasiakan oleh Alnadad, kemungkinan karena khawatir akan terjadi kepanikan massal. 17 tahun setelah masa purnanya, dirinya baru berani untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada seseorang.

Terlalu Sempurna untuk Jadi Fakta Sejarah?

Kisah alien di pulau Alor ini kemudian dicatat oleh seorang tokoh Angkatan Udara dan salah seorang pendiri LAPAN itu sendiri, Raden Jacob Salatun. Dalam buku berjudul “UFO: Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini”, kisah ini tercatat pada salah satu bagian halaman dan dikatakan sebagai penuturan langsung dari Alwi Alnadad kepada Salatun.
ADVERTISEMENT
Bila kita membaca latar belakang Salatun, rasanya sulit bila langsung memberi cap “palsu” pada kisah alien di pulau Alor ini. Kanal Youtube seperti Guru Gembul yang pernah membahas hal ini pun mendapat sejumlah komentar yang mengaku sebagai orang Alor (atau setidaknya keturunan) yang pernah mendapat cerita serupa dari orang tua mereka.
Namun, cerita ini sendiri terdengar terlalu sempurna, too good to be true. Tidak ada catatan tambahan soalnya, satu-satunya bukti hanya pada laporan Alnadad yang ditulis oleh seorang R.J Salatun. Betul bahwa beliau akrab di lingkungan akademisi, bahkan di buku beliau berjudul “Menjingkap Rahasia Piring Terbang”, ada kesan bahwa Salatun adalah seorang yang hati-hati dan terbuka untuk segala bentuk sanggahan.
ADVERTISEMENT
Namun, kemungkinan bias dalam mengumpulkan informasi dapat saja terjadi mengingat latar belakangnya yang memang merupakan seorang penggemar piring terbang dan sumber yang dia punya pun hanya berdasar tutur kata Alwi Alnadad.
Kisah-kisah yang cenderung bombastis seperti ini juga beberapa di antaranya memiliki histori yang buruk. Sebutlah cerita Frank Abagnale Jr, si penipu ulung yang diceritakan merepotkan FBI untuk waktu yang lama, ternyata banyak dilebih-lebihkan. Atau kisah penampakan yang terkait alien dan UFO pun beberapa kali ternyata merupakan sebuah hoaks semata.
Saya rasa perlu dilakukan semacam investigasi lanjutan atas kebenaran peristiwa ini. Kisahnya yang terjadi sudah puluhan tahun lamanya seharusnya tak jadi penghalang yang mustahil untuk dilompati. Toh, tipu-tipu kisah catch me if you can milik Abagnale Jr itu saja baru dibongkar baru-baru ini setelah terjadi sekian tahun lamanya, bahkan hingga melewati satu adaptasi film.
ADVERTISEMENT
Apabila hasil yang ditemukan juga mendukung kisah yang diceritakan Salatun, hal ini juga tak jadi catatan negatif. Apabila yang ditemukan itu memang benar-benar membuktikan adanya suatu entitas asing tak terjelaskan, kita pun akan punya fakta sejarah alien di Indonesia yang teruji dan mungkin jadi salah satu pengetahuan sejarah yang sempurna (atau setidaknya cukup terbukti) tentang alien itu sendiri.
Ditambah, atensi soal alien di Indonesia sebetulnya belum mati. Masih ada komunitas seperti UFONESIA atau Indonesia UFO Network yang cukup aktif hingga sekarang. Artinya, sumber daya dan kemauan untuk investigasi lebih lanjut itu bisa saja dilakukan.
Di sisi masyarakat umum, penceritaan soal piring terbang juga masih punya potensi untuk diterima lebih banyak. Kita tentu masih ingat dengan dokumenter kopi Mirna ataupun kasus pertambangan di Indonesia yang bisa menjadi perhatian publik nasional kala itu.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri antusias apabila topik ini bisa kembali populer dan jadi spektrum baru pada diskusi masyarakat. Meski kebenaran masih abu-abu, tapi pendekatannya yang cenderung mencari bukti secara saintifik dan berbasis penelitian jelas bisa menumbuhkan pengetahuan di masyarakat, dibanding membahas soal setan-setanan melulu yang hanya akan sampai pada kesimpulan mitos dan gaib.
Toh kalau alien populer lagi, tren media sosial kita tidak harus bahas soal cek khodam terus-menerus. Bisa saja nanti diganti dengan cek leluhur makhluk asing atau pesawat antariksa. Saya sih pengennya dapat Death Star.