Konten dari Pengguna

Klasifikasi dan Diagnosis Hipertensi pada Lansia

atiqa putri nafisa anugera
Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga
7 November 2024 12:02 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari atiqa putri nafisa anugera tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber dari p2ptm.kemkes.go.id
zoom-in-whitePerbesar
sumber dari p2ptm.kemkes.go.id
Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA), klasifikasi hipertensi pada lansia sama dengan klasifikasi umum, yaitu:
ADVERTISEMENT
• Normal: Tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg.
• Elevated: Tekanan darah sistolik 120-129 mmHg dan diastolik <80 mmHg.
• Hipertensi Stage 1: Tekanan darah sistolik 130-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg.
• Hipertensi Stage 2: Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg.
Pada lansia, tekanan darah sistolik cenderung meningkat karena kekakuan arteri akibat penuaan. Oleh karena itu, banyak lansia yang memiliki Isolated Systolic Hypertension (hipertensi sistolik saja), yaitu kondisi di mana tekanan darah sistolik tinggi tetapi tekanan diastolik tetap normal.
Proses Diagnosis Hipertensi pada Lansia
Diagnosis hipertensi pada lansia memerlukan pendekatan yang teliti. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara berulang, baik di klinik maupun di rumah menggunakan Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM) atau Home Blood Pressure Monitoring (HBPM) untuk mendapatkan gambaran tekanan darah yang akurat. Lansia juga sering kali mengalami White Coat Hypertension (hipertensi saat di klinik) atau Masked Hypertension (tekanan darah normal di klinik, tetapi tinggi di rumah). Oleh karena itu, pemantauan tekanan darah di luar klinik sangat penting.
ADVERTISEMENT
Tantangan Diagnosis Hipertensi pada Lansia
sumber dari kesmas-ID.com
Penanganan Hipertensi pada Lansia
Pendekatan pengobatan hipertensi pada lansia perlu hati-hati karena mereka lebih rentan terhadap efek samping obat. Pengelolaan gaya hidup sehat seperti diet rendah garam, aktivitas fisik yang sesuai, dan pengelolaan stres harus diutamakan. Terapi farmakologis dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap, serta pemantauan tekanan darah secara berkala untuk menghindari efek samping.
Ringkasan:
Artikel ini membahas klasifikasi dan diagnosis hipertensi pada lansia, dengan mempertimbangkan tantangan yang dihadapi dalam proses pengukuran dan manajemen kondisi ini. Lansia cenderung mengalami hipertensi sistolik terisolasi akibat kekakuan arteri yang meningkat. Diagnosis yang akurat memerlukan pengukuran tekanan darah berulang, baik di klinik maupun di luar klinik, untuk menghindari White Coat Hypertension dan Masked Hypertension. Pengelolaan hipertensi pada lansia memerlukan pendekatan khusus, termasuk modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologis dengan dosis yang hati-hati.
ADVERTISEMENT