Konten dari Pengguna

Sastra: Antara Estetika dan Refleksi Kehidupan

Atmo
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin Tangerang
9 Oktober 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atmo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sastra, secara etimologis, berasal dari bahasa Sanskerta "śāstra" yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "ajaran". Namun, dalam pengertian yang lebih luas, sastra mengacu pada karya tulis yang melibatkan ekspresi estetika melalui bahasa yang dipilih dengan cermat untuk menggambarkan pengalaman, pemikiran, dan emosi manusia.
ADVERTISEMENT
Menurut Robert Scholes, sastra adalah kreasi imajinatif yang memiliki makna mendalam, disusun dalam bahasa untuk mengungkapkan pengalaman personal dan sosial. Bagi Scholes, sastra bukan sekadar hiburan, tetapi juga medium untuk memahami kehidupan. Ini mencerminkan bahwa sastra memiliki nilai yang lebih dari sekadar bacaan ringan; ia adalah karya seni dalam bentuk bahasa.
Perbedaan utama antara karya sastra dan non-sastra terletak pada tujuan, gaya bahasa, dan fungsinya. Karya sastra ditulis untuk mengekspresikan emosi, ide, dan estetika dengan bahasa yang kreatif, sedangkan karya non-sastra, seperti artikel berita atau laporan ilmiah, lebih berfokus pada penyampaian informasi faktual dengan gaya bahasa yang jelas dan langsung.
Karya sastra sering kali menggunakan bahasa kiasan, seperti metafora dan simbolisme, untuk menyampaikan pesan yang mendalam dan interpretatif. Sebaliknya, tulisan non-sastra lebih objektif, tidak memerlukan interpretasi yang mendalam, dan berfungsi sebagai sarana penyampaian informasi secara lugas.
ADVERTISEMENT
Contoh karya sastra termasuk puisi, novel, dan drama, sementara karya non-sastra mencakup artikel berita, esai akademik, atau laporan ilmiah.
Sastra tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai refleksi atas kehidupan dan emosi manusia. Dalam bentuk puisi, prosa, atau drama, sastra mengeksplorasi tema-tema mendalam seperti cinta, perjuangan, kemanusiaan, dan harapan. Sastra juga berperan sebagai medium bagi penulis untuk mengungkapkan pandangan mereka terhadap dunia dan kondisi sosial.
Salah satu aspek penting dari karya sastra adalah kemampuannya untuk bertahan melampaui waktu. Karya sastra yang bermutu memiliki "The Truth of Life" atau kebenaran hidup yang membuatnya tetap relevan di berbagai generasi. Sebaliknya, karya non-sastra, seperti hasil penelitian ilmiah, terus berkembang seiring dengan munculnya fakta-fakta dan teori baru.
ADVERTISEMENT
Penelitian terhadap karya sastra memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, penelitian sastra membantu mengungkap pesan dan makna yang terkandung dalam karya tersebut, baik melalui simbolisme, metafora, maupun pesan moral. Selain itu, penelitian sastra juga memungkinkan kita untuk menghargai nilai estetika yang tercermin dalam gaya bahasa dan teknik penulisan pengarang.
Sastra sering kali mencerminkan konteks sejarah dan budaya pada saat karya itu ditulis. Oleh karena itu, penelitian sastra juga berperan dalam mempelajari latar belakang sosial, politik, dan budaya dari suatu periode. Dengan cara ini, karya sastra tidak hanya menjadi sumber hiburan, tetapi juga menjadi dokumen sejarah yang merekam pemikiran dan dinamika sosial pada masanya.
Berbagai teori sastra telah berkembang untuk membantu kita memahami dan menafsirkan karya sastra. Formalisme Rusia, misalnya, berfokus pada analisis bentuk dan struktur teks, sementara Marxisme melihat karya sastra dalam konteks perjuangan kelas dan kondisi sosial. Psikoanalisis, yang dipengaruhi oleh teori Freud, memandang karya sastra sebagai cerminan dari pikiran bawah sadar pengarang dan pembaca.
ADVERTISEMENT
Terry Eagleton berpendapat bahwa teori sastra memungkinkan kita untuk melihat karya sastra tidak hanya sebagai bentuk seni, tetapi juga sebagai produk ideologi yang mencerminkan kepentingan tertentu dalam masyarakat. Teori feminis, seperti yang dikembangkan oleh Elaine Showalter, menyoroti representasi perempuan dalam karya sastra dan menantang dominasi patriarki dalam tradisi sastra.
Sastra adalah cerminan ekspresi manusia melalui bahasa yang kreatif dan artistik. Perbedaannya dengan karya non-sastra terletak pada aspek estetika dan tujuan penulisannya. Penelitian sastra tidak hanya penting untuk menggali makna dan pesan moral, tetapi juga untuk memahami konteks sosial dan budaya yang melatarbelakangi penciptaannya. Dengan menggunakan berbagai teori sastra, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang karya sastra, baik dari segi bentuk maupun relevansinya terhadap kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT

Daftar Pustaka

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah A.R Fachruddin by Atmo Unimar
Isnan, Faisal. 2017. Perbedaan Sastra dengan Nonsastra. Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/immawan.faisal/551aad04a33311ee21b6591d/perbedaan-sastra-dengan-nonsastra. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2024 Pukul 19.39
Wijaya, Kadek. 2024. Pengertian Teori Sastra Menurut Para Ahli: Mengupas Sastra dengan Gaya Santai. tambahpinter.com. https://tambahpinter.com/pengertian-teori-sastra-menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2024 Pukul 19.41