Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Makanan Bergizi sebagai Pembangun Generasi Unggul
20 November 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Attaka Alhafizh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut WHO (2014), stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah dari standar untuk usianya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya gizi secara kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi, tetapi juga faktor kesehatan ibu, akses terhadap layanan kesehatan, dan lingkungan sanitasi yang kurang baik.
ADVERTISEMENT
Anak-anak yang mengalami stunting berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan jangka panjang, termasuk daya tahan tubuh yang lemah, kesulitan belajar, dan keterlambatan perkembangan kognitif. Stunting mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang rendah pada periode pertumbuhan anak, baik secara fisik maupun kognitif, dan akan berdampak besar terhadap produktivitas mereka pada saat dewasa (Windanti, 2016).
Stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan anak tetapi juga mengancam masa depan ekonomi suatu bangsa. Secara global, terdapat sekitar 22% anak di bawah umur lima tahun mengalami stunting, dengan prevalensi tertinggi di Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara. Di Indonesia, angka stunting pada 2023 masih berada di sekitar 21,6%, lebih tinggi dibandingkan target WHO sebesar 20% untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Dampak ekonomi stunting sangat signifikan, mencakup penurunan produktivitas SDM hingga 9% dan potensi kerugian ekonomi mencapai Rp 3.057 hingga Rp 13.758 miliar setiap tahunnya (Renyoet, Martianto, dan Sukandar, 2016). Oleh karena itu, penanganan stunting menjadi prioritas untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dengan SDM yang berkualitas dan berdaya saing tinggi
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan standar WHO yang menyatakan bahwa stunting pada suatu negara harus di bawah 20%, stunting masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, angka prevalensi stunting nasional tercatat sebesar 21,6% pada tahun 2023, mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun sebelumnya.
Menurut WHO (2014), salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting adalah dengan pemberian makanan bergizi. Makanan bergizi merupakan makanan yang didalamnya terkandung zat-zat gizi dalam jumlah serta jenis yang sesuai dengan kebutuhan tubuh seseorang dengan memperhatikan prinsip seperti keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, dan perilaku hidup bersih (Kementrian Kesehatan, 2014).
Makanan bergizi memiliki peran penting untuk mencegah dan mengatasi stunting pada balita. Stunting, atau kondisi pertumbuhan yang terhambat pada anak, terjadi karena kekurangan gizi yang berlangsung lama, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) anak. Pada periode ini, anak membutuhkan asupan gizi yang mencakup karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral penting lainnya agar dapat tumbuh optimal.
ADVERTISEMENT
Penyediaan makanan bergizi, seperti protein yang cukup, terutama dari sumber hewani maupun nabati, membantu pertumbuhan jaringan dan perkembangan organ tubuh. Selain itu, pemenuhan mikronutrien seperti zinc dan zat besi juga sangat esensial untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh, yang berperan dalam mencegah infeksi yang bisa memperburuk kondisi stunting. Beberapa makanan bergizi yang dapat diakses oleh masyarakat antara lain:
Makanan Bergizi
1. Telur : 50 gram telur ayam mengandung sekitar 7,5 gram protein
2. Ikan : Ikan tuna kaya akan omega-3 dan beberapa protein
3. Daging ayam : Dalam 100 gram daging ayam terdapat sekitar 27 gram protein
4. Susu : Dalam 100 gram susu terdapat sekitar 3,4 gram protein
ADVERTISEMENT
5. Tempe : Dalam 100 gram tempe terdapat sekitar 19 gram protein
Namun, akses dan kesadaran masyarakat akan makanan bergizi masih menjadi tantangan di Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Untuk itu, diperlukan intervensi dari pemerintah melalui edukasi gizi, subsidi makanan bergizi, serta peningkatan akses pangan lokal berkualitas yang lebih mudah didapatkan. Dengan begitu, makanan bergizi dapat menjadi solusi efektif dalam upaya menurunkan angka stunting secara nasional.
Daftar Pustaka
World Health Organization. (2014). Global nutrition targets 2025: Stunting policy brief (WHO/NMH/NHD/14.3). Geneva: World Health Organization
Renyoet, B. S., Martianto, D., & Sukandar, D. (2016). Potensi kerugian ekonomi karena stunting pada balita di Indonesia tahun 2013 [Economic losses potential due to stunting in toddlers in Indonesia year 2013]. Jurnal Gizi dan Pangan, 11(3), 247–254. https://doi.org/10.25182/jgp.v11i3.16461
ADVERTISEMENT
Widanti, Y. A. (2016). Prevalensi, faktor risiko, dan dampak stunting pada anak usia sekolah. JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi Dan Industri Pangan UNISRI), 1(1).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023, Januari 25). Prevalensi stunting di Indonesia turun ke 21,6% dari 24,4%. Ayo Sehat. https://ayosehat.kemkes.go.id/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.