Konten dari Pengguna

Pareidolia, Ketika Imajinasi Mencari Makna dalam Keacakan

Atthalia Fakhira
Mahasiswi prodi manajemen Universitas Pembangunan Jaya
7 Agustus 2023 6:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atthalia Fakhira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi berpikir Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi berpikir Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda melihat wajah di awan atau menemukan bentuk hewan di pola kayu? Atau mungkin Anda merasa ada makna dalam suatu bentuk bintik-bintik di langit malam?
ADVERTISEMENT
Fenomena ini dikenal sebagai pareidolia, dan merupakan contoh menarik bagaimana otak manusia cenderung mencari pola dan makna dalam objek atau rangkaian acak yang sebenarnya tidak memiliki hubungan.
Kita akan membahas asal usul pareidolia, mekanisme di balik fenomena ini, peran budaya dan lingkungan dalam mengembangkan pareidolia, serta dampaknya dalam seni, agama, dan budaya populer.

Asal Usul dan Mekanisme Pareidolia

Ilustrasi awan lentikular / lenticular clou. Foto: Michael Dorogovich/Shutterstock
Pareidolia berasal dari bahasa Yunani "para" (bersama) dan "eidos" (wujud), dan mengacu pada kecenderungan otak manusia untuk mengenali bentuk yang dikenal, seperti wajah atau objek terkenal, dalam objek atau pola acak.
Pareidolia terjadi karena koneksi yang kuat antara daerah otak yang mengendalikan pengenalan bentuk dan indera yang berbeda-beda. Ketika kita melihat atau mendengar sesuatu, otak kita secara otomatis mencoba mencocokkan bentuk atau pola yang kita kenali dengan pengalaman sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pareidolia dapat ditemukan dalam berbagai objek sehari-hari. Beberapa orang melihat wajah dalam bentuk awan, pola kayu, atau wajah di bulan purnama. Bentuk awan yang mirip hewan, atau wajah yang tampak dalam benda-benda sehari-hari, adalah contoh umum dari fenomena ini.
Budaya dan lingkungan tempat seseorang dibesarkan dapat memengaruhi tingkat pareidolia. Lingkungan alam atau urban, cerita rakyat, dan keyakinan budaya dapat membentuk persepsi pareidolia. Beberapa budaya mungkin lebih cenderung mencari makna dalam objek karena pengaruh mitologi atau tradisi simbolis.

Dampak Pareidolia dalam Seni, Agama, dan Budaya Populer

Ilustrasi melihat pameran seni bersama pasangan. Foto: New Africa/Shutterstock
Pareidolia mencerminkan elastisitas otak manusia dalam mencari makna dalam dunia yang kompleks. Meskipun kadang-kadang dianggap sebagai ilusi atau kebetulan, pareidolia memiliki dampak dalam seni, agama, dan budaya populer.
ADVERTISEMENT
Banyak seniman menggunakan pareidolia sebagai sumber kreativitas untuk menciptakan karya seni yang unik. Dalam agama, beberapa orang melihat pareidolia sebagai tanda atau pesan spiritual dalam objek atau fenomena alam.
Pareidolia adalah fenomena menarik yang menggambarkan kecenderungan manusia untuk mencari pola dan makna dalam objek atau rangkaian acak. Meskipun terkadang dianggap sebagai ilusi, pareidolia mencerminkan elastisitas otak manusia dalam mencari makna dalam dunia yang kompleks.
Fenomena ini memiliki dampak dalam seni, agama, dan budaya populer, serta memberikan wawasan tentang kemampuan otak manusia untuk menciptakan asosiasi yang bermakna.