Analisis Cerita Pendek "Tak bisa Dipisahkan"

Audi Alya Zuhry
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2021 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2022 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Audi Alya Zuhry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
A. Unsur Kognitif
Di dalam cerita pendek ini terdapat unsur kognitif, yang terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsiknya terdiri dari tema, tokoh/penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Tema yang terdapat pada cerita pendek ini, yaitu tentang sepasang kekasih yang tidak dapat dipisahkan dalam segala situasi. Tokoh/penokohan pada cerita pendek ini, terdiri dari Putri Anjar (berperan sebagai anak Raja Wangsa yang sangat mencintai kekasihnya dengan tulus dan setia), Raja Wangsa (berperan sebagai Ayah Putri Anjar yang begitu kejam dan tidak adil), Pangeran Eka (berperan sebagai tawanan Raja Wangsa sekaligus berperan sebagai kekasih Putri Anjar yang sangat tulus dan setia), Panglima (berperan sebagai pasukan yang baik hati kepada Pangeran Eka dan Putri Anjar), Bala Tentara (berperan membantu Raja Wangsa dalam mencari dan memanah Pangeran Eka dan Putri Anjar), tukang kebun (berperan menjadi salah satu pekerja di Kerajaan yang memiliki sikap patuh pada Raja).
ADVERTISEMENT
Alur pada cerita pendek ini adalah maju. Latar yang digunakan, yaitu Kerajaan, hutan, kebun, gubuk, dan kali. Sudut pandang yang digunakan, yaitu orang ketiga. Gaya bahasa yang digunakan, yaitu majas parabel yang berisi moral atau suatu kebenaran umum dengan menggunakan ibarat, serta menggunakan majas hiperbola seperti pada kalimat “suara mereka jadi gemetar dan mata mereka seakan-akan memancarkan cahaya api”. Amanat yang dapat disampaikan pada cerita pendek ini adalah jangan mencoba menghancurkan kebahagiaan orang lain, jika cinta itu sudah tumbuh lahir dan batin siapapun tidak dapat memisahkannya, sekalipun maut.
Edit by canva
Jika bahagia kita tidak diganggu, maka jangan pula kita mengganggu kebahagiaan orang lain.
Pada cerita pendek ini juga terdapat unsur ekstrinsik, yaitu latar belakang penulis. Cerpen ini ditulis oleh Dr. (H.C.) Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A. atau dikenal sebagai W.S. Rendra. Beliau adalah seorang penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 7 November 1935 di Solo dan wafat pada tanggal 6 Agustus 2009 di Depok. Beliau adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Pernikahannya dengan Sunarti Suwandi dan Sitoresmi Prabuningrat berakhir dengan perceraian, dan terakhir beliau menikahi Ken Zuraida yang juga seniman teater. Dari ketiga istrinya, beliau dikaruniai sebelas orang anak.
ADVERTISEMENT
W. S. Rendra memiliki beberapa penghargaan yang pernah di dapat antara lain, yaitu Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta (1954), Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956), dan lain-lain. Adapun beberapa karyanya yang pertama drama, yaitu (Orang-orang di Tikungan Jalan (1954), Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) – 1967, SEKDA (1977), Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 6 kali), Mastodon dan Burung Kondor (1972). Dan beberapa kumpulan sajak/puisi, yaitu Ballada Orang-orang Tercinta (Kumpulan sajak), Blues untuk Bonnie, Empat Kumpulan Sajak, dan lain-lain.
B. Unsur Emotif
Saat membaca cerita ini, pembaca dapat merasakan kebahagiaan sekaligus kesakitan yang dirasakan oleh Putri Anjar dan Pangeran Eka. Begitu tulus dan setianya cinta mereka sampai akhir hayatnya. Perjuangannya dari seorang Putri dan Pangeran, menjadi 2 ekor burung merpati, lalu menjadi 2 tangkai bunga mawar, dan yang terakhir menjadi debu yang terbang bersama angin.
ADVERTISEMENT
C. Unsur Evaluatif
Cerita ini sangatlah bagus. Dari segi penulisan dan bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami. Salah satu pesan moral yang dapat diambil adalah saling jagalah cinta dari pasanganmu dengan tulus dan setia, agar cinta itu dapat tumbuh sampai maut memisahkan. Kalimat indah yang dapat dipetik salah satunya adalah “Cinta itu kudus. Wisnu melindungi percintaanmu. Percintaanmu berdua tak akan bisa dipisahkan lagi. Tak akan bisa dipisahkan oleh kematian, tak akan dipisahkan oleh kiamat, tak akan bisa dipisahkan oleh kejahatan. Bila terhalang di dunia, akan subur di Surga”.
Opini saya mengenai cerita pendek ini, yaitu bagi saya yang belum terlalu mendalami bahasa sastra, terdapat beberapa kata yang tidak saya mengerti, namun hal tersebut tidak menyulitkan saya untuk terus membaca.
ADVERTISEMENT