Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Ketakutan Luar Biasa Akan Ditinggalkan: Fear of Abandonment
4 Desember 2022 10:24 WIB
Tulisan dari AUDIRA HANIFA RASISONIA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian menemui orang yang takut kehilangan atau takut ditinggal orang terdekatnya hingga overwhelming? Ternyata, di dalam psikologi ada sebutannya, loh! Kondisi ini dinamakan fear of abandonment yang ada kaitannya sebagai gejala dari BPD atau Borderline Personality Disorder. Baca lebih lanjut, yuk!
Apa itu Fear of Abandonment?
ADVERTISEMENT
Fear of abandonment adalah suatu kondisi kecemasan dan takut ditinggalkan oleh orang-orang terdekat. Ketakutan yang dimiliki bukan terjadi dalam intensitas yang biasa saja, namun rasa takut ini sangatlah luar biasa, baik itu takut kehilangan keluarga, teman ataupun pasangan. Terkadang, fear of abandonment ditunjukkan melalui ancaman menyakiti dirinya sendiri jika ada seseorang yang akan meninggalkannya.
Hubungan Fear of Abandonment dengan Borderline Personality Disorder
Borderline Personality Disorder (BPD) adalah gangguan mental yang memengaruhi bagaimana cara berpikir dan apa yang dirasakan penderitanya terhadap orang lain. BPD dan fear of abandonment dapat dikatakan berjalan beriringan, sebab fear of abandonment merupakan salah satu gejala umum BPD. Gejala fear of abandonment dalam BPD dapat ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, suasana hati, serta perilaku terhadap penolakan dan pengabaian. Tidak mudah bagi mereka untuk mempertahankan hubungan yang stabil.
ADVERTISEMENT
Faktor Penyebab
1. Genetik
Seorang pakar gangguan kepribadian, Dr. Jeff Riggenbach, PhD, mengatakan bahwa studi menunjukkan 49-65% perkembangan BPD bersifat genetik. “Pengasuhan pasti berkontribusi, tetapi dasar genetik lebih kuat daripada yang disadari orang-orang,” kata Dr. Riggenbach.
2. Karakteristik dan fungsi otak
Tak dapat dimungkiri bahwa otak bertanggung jawab dalam pengaturan suasana hati dan emosi. Orang dengan BPD memiliki masalah di neurotransmitter, bahan kimia pengirim sinyal antar sel otak, terutama dalam serotonin. Serotonin adalah hormon yang berperan dalam memperbaiki suasana hati menjadi lebih baik. Tingkat serotonin yang tidak normal dapat berpengaruh terhadap agresi dan kesulitan pengendalian dorongan destruktif.
Selain itu, melalui pemindaian MRI, peneliti menemukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara otak orang dengan BPD dengan otak manusia pada umumnya.
a. Amigdala
ADVERTISEMENT
Seorang dengan BPD memiliki ukuran amigdala yang lebih kecil, hal ini disebabkan oleh berkurangnya massa otot karena terjadi penyusutan yang disebut atrofi. Ketika seseorang dengan BPD mengalami emosi, mereka akan menjadi lebih intens merasakan emosi tersebut daripada orang pada umumnya. Periode "pendinginan" pun memakan waktu lebih lama.
b. Hipokampus
Bagi orang dengan BPD, hipokampus berada dalam keadaan tidak terkoordinasi dan disfungsi. Hal ini menyebabkan salah pengertian dan penyampaian pesan ke amigdala.
c. Sumbu hipotalamus-hipofisis adrenal
Bagian ini bertanggung jawab atas produksi kortisol (bahan kimia yang dilepaskan selama masa stres). Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan BPD memiliki kadar kortisol yang terlalu banyak dalam aliran darahnya. Artinya, tingkat stres, perasaan cemas, dan gelisah yang dialaminya terlalu berlebihan.
ADVERTISEMENT
d. Korteks prefrontal
Korteks prefrontal bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, nalar, dan rasionalitas. Terkadang, orang dengan BPD bersifat impulsif, hal ini ternyata disebabkan oleh korteks prefrontal yang dimilikinya kurang aktif dan tidak efisien.
Sebuah studi oleh King-Casas, et al (2008) menemukan bahwa orang dengan BPD kurang menunjukkan kepercayaan dan kerja sama saat bermain game dengan orang tanpa BPD. Amigdala penderita BPD merespons rasa takutnya menjadi terlalu aktif, sedangkan lobus frontal yang mengontrol penilaian kurang aktif .
3. Pengalaman trauma
Seseorang mungkin pernah mengalami kejadian traumatis pada masa lalu yang dapat menyebabkan fear of abandonment, antara lain :
ADVERTISEMENT
Charles A. Nelson, seorang ahli saraf perkembangan kognitif menjelaskan bahwa arsitektur dasar otak memang ditetapkan secara genetis sebelum lahir, namun pengalaman individu setelah lahir membentuk apa yang terjadi pada sirkuit otak kita.
John Bowlby (1988) mengatakan bahwa sejak bayi kita memiliki naluri untuk membentuk keterikatan dengan pengasuh. Persepsi bayi mengenai rasa aman dan dicintai terbentuk dari kedekatan dan ketanggapan pengasuh, sehingga kekurangan dalam pengasuhan dapat mengganggu kebutuhan dan proses perkembangan. Hal ini mempunyai keterkaitan dengan pengalaman pengabaian dan jarak emosional dengan orang tua.
Apa yang Dirasakan oleh Orang dengan Fear of Abandonment?
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Membantu Orang dengan Fear of Abandonment?
Seseorang memerlukan kenyamanan dasar seperti kasih sayang, hubungan emosional, dan keamanan untuk bisa memercayai orang lain. Kondisi fear of abandonment dapat memberikan sinyal adanya gangguan perilaku lainnya, sehingga dukungan profesional diperlukan untuk merawat individu dengan gejala ini. Nah, dari penjelasan di atas, sebisa mungkin rangkul orang terdekatmu untuk tidak menghakimi dirinya sendiri dan menjalin hubungan dengan rasa percaya.
Referensi
Palihawadana, V., Broadbear, J.H., & Rao, S. (2019). Reviewing the clinical significance of 'fear of abandonment' in borderline personality disorder. Australas Psychiatry, 27(1), 60-63. https://doi.org/10.1177/103985621881015
ADVERTISEMENT
Nunes, P.M., Wenzel, A., Borges, K.T., Porto, C.R., Caminha, R.M., & de Oliveira, I.R. (2009). Volumes of the hippocampus and amygdala in patients with borderline personality disorder: a meta-analysis. J Pers Disord, 23(4), 333-45. https://doi.org/10.1521/pedi.2009.23.4.333
King-Casas, B., Sharp, C., Lomax-Bream, L., Lohrenz, T., Fonagy, P., & Montague, P.R. (2008). The rupture and repair of cooperation in borderline personality disorder. Science, 321(5890), 806-810. https://doi.org/10.1126/science.1156902
Anupama, V., Bhola, P., Thirthalli, J., & Mehta, U.M. (2018). Pattern of social cognition deficits in individuals with borderline personality disorder. Asian Journal of Psychiatry, 33, 105-112. https://doi.org/10.1016/j.ajp.2018.03.010.
Rausch, J., Gäbel, A., Nagy, K., Kleindienst, N., Herpertz, S.C., & Bertsch, K. (2015). Increased testosterone levels and cortisol awakening responses in patients with borderline personality disorder: gender and trait aggressiveness matter. Psychoneuroendocrinology, 55, 116-127. https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2015.02.002
ADVERTISEMENT
Harvard Medical School. Abandonment and the brain. Diakses pada 2 Desember 2022, dari https://neuro.hms.harvard.edu/centers-and-initiatives/harvard-mahoney-neuroscience-institute/about-hmni/archive-brain-4
Planet Neurodivergen. (2021, May 15) Brain Scanning Technology Reveals Neurological Functioning in Borderline Personality Disorder. Diakses pada 2 Desember 2022, dari https://www.planetneurodivergent.com/brain-scanning-technology-reveals-neurological-functioning-in-borderline-personality-disorder/