Konten dari Pengguna

Kita Hidup di Lautan Energi yang Tak Ada Habisnya

AUDIRA HANIFA RASISONIA
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
29 Mei 2024 8:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari AUDIRA HANIFA RASISONIA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian berpikir, apakah suatu hari nanti dunia yang kita tinggali ini akan kehabisan energi? Apakah energi yang mungkin terlihat melimpah bisa sewaktu-waktu mencapai batasnya? Baca lebih lanjut untuk tahu jawabannya, yuk!
Source: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Source: Freepik
Sebelum membahas lebih jauh terkait ketersediaan jumlah energi, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana sejarah dalam revolusi konversi energi. Ribuan tahun jauh sebelum Revolusi Industri, manusia telah mengerti cara memanfaatkan berbagai sumber energi, seperti menggunakan aliran sungai untuk menggiling biji-bijian dan menggunakan tenaga angin untuk kapal layar. Namun, pemanfaatan sumber energi tersebut tentunya memiliki batasan tempat dan waktu. Aliran air hanya bisa digunakan apabila kita tinggal di dekat sungai saja, begitupun angin yang tidak selalu bertiup kencang di saat kita membutuhkannya. Namun, satu hal yang menjadi permasalahan pada zaman itu ialah manusia masih belum mengetahui cara mengubah satu jenis energi menjadi jenis energi yang lainnya. Manusia belum bisa mengolah potensi dari energi yang dapat diubah menjadi berbagai energi lain yang mampu menjadi penunjang aktivitas manusia.
Source: iStock
Oleh karenanya, aktivitas manusia saat itu hanya didukung oleh kekuatan otot. Ya, manusia hanya mengandalkan satu mesin yang mampu melakukan trik konversi energi, yaitu tubuh. Tidak lain dan tidak bukan, tubuh mendapatkan sumber energi dari makanan atau tumbuhan. Dimana tumbuhan ini telah menangkap energi matahari sebagai peran penting dalam proses fotosintesis. Kemudian, tubuh akan memproses makanan sebagai bahan bakar organik dan mengubah energi yang dilepaskan menjadi pergerakan otot. Sehingga siklus pertumbuhan tanaman dan siklus perubahan energi matahari menjadi dua kunci yang kedudukannya sangat penting bagi sejarah manusia.
Source: Freepik
Waktu terus berlalu hingga sekitar tahun 1700 an, terciptalah mesin uap pertama di Inggris. Hal itulah yang menjadi awal mula pertanda Revolusi Industri dimana akhirnya manusia dapat menemukan mesin yang dapat memanfaatkan panas untuk menggerakkan benda. Terciptanya mesin uap ini diikuti dengan penemuan-penemuan mesin lainnya, diantaranya, penemuan mesin pemompa air, mesin tenun tekstil, dan kereta api pada abad ke-18. Penemuan mesin-mesin tersebut mengawali ide dan obsesi manusia bahwasanya keberadaan mesin dapat mengubah satu jenis energi menjadi jenis energi yang lainnya. Dari situlah pula manusia menjadi sadar bahwa energi apapun dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan apapun apabila dapat menemukan mesin yang tepat.
ADVERTISEMENT
Do we live in an ocean of energy?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai berbagai kendaraan dengan jenis dan model yang berbeda-beda. Tak sedikit pula dari kita yang menggunakan kendaraan tersebut untuk menjadi bagian dari penunjang aktivitas sehari-hari. Terciptanya produk-produk kendaraan ini bermula pada tahun 1700-an, mulai dari gerobak dorong, kereta api, mobil, hingga pesawat ulang-alik. Artinya, industri kendaraan ini telah berkembang dan menciptakan miliaran produk selama 300 tahun terakhir. Maka muncul pertanyaan, apakah produksi tersebut membuat sumber energi dan bahan mentah menjadi habis?
Nyatanya, yang terjadi justru sebaliknya. Beruntung para kapitalis telah banyak berinvestasi pada penelitian dan juga teknologi. Hal inilah yang membuat para ilmuwan tidak kehabisan upaya menemukan berbagai cara yang efisien dalam memanfaatkan sumber daya serta menghasilkan jenis energi dan material yang baru. Maka dari itu, jumlah energi yang tersedia untuk dieksploitasi justru akan terus meningkat meskipun energi ini telah dipergunakan berabad-abad lamanya.
Source: Freepik
Revolusi Industri membuat manusia tersadar bahwa sebenarnya manusia hidup di tengah lautan energi yang sangat besar. Aktivitas manusia memakan sekitar 500 exajoule per tahunnya, jumlah ini setara dengan banyaknya energi yang diterima bumi dari matahari selama 90 menit. Jadi, sungguh begitu besarnya jumlah energi yang disalurkan matahari hingga tersimpan miliaran exajoule potensi energi di dalamnya. Dalam hal ini, upaya yang dapat kita lakukan ialah mensyukuri nikmat energi yang bisa kita dapatkan setiap harinya secara gratis dan tentunya memanfaatkan pemberian tersebut sebaik mungkin.
ADVERTISEMENT
Kalimat tersebut mencerminkan bahwa dunia yang kita tinggali ini tidak akan kekurangan energi. Satu-satunya yang menjadi kekurangan hanyalah pengetahuan kita untuk bisa memanfaatkan energi tersebut sesuai kebutuhan. Dengan demikian, jumlah energi di dunia itu tidak ada batasnya. Dua hal yang menjadi batasan ialah ketidaksadaran dan ketidaktahuan manusia akan potensi-potensi lain dalam pengolahan energi. Seiring dengan perkembangan zaman, tentunya permintaan dan kebutuhan akan inovasi mesin konversi energi akan semakin meningkat. Maka dari itu, diharapkan kemajuan teknologi dan informasi dapat dimaksimalkan dalam upaya menciptakan berbagai alternatif baru dalam memanfaatkan dan mengubah energi secara efektif.
ADVERTISEMENT
Referensi
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A brief history of humankind. Random House.