Konten dari Pengguna

Hoax: Mulai Merusak Seluruh Generasi di Tiktok

audrey gracias
Mahasiswi Hubungan Internasional di Universitas Kristen Indonesia
7 Desember 2024 23:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari audrey gracias tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir ini, sudah tak asing lagi mendengar aplikasi Tiktok menjadi salah satu aplikasi yang sering kali digunakan oleh semua orang baik dikalangan anak-anak sampai kalangan orang dewasa seperti orangtua atau kakek nenek kita.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Tiktok di Generasi
Sumber: Freepik
Tiktok merupakan salah satu platform media sosial dimana kita bisa membuat video dan membagikan video dengan durasi pendek. Aplikasi ini tidak hanya populer di generasi z atau sekarang bisa kita sebut dengan “Gen z” tetapi juga populer di generasi milenial. Tiktok juga memiliki algoritma yang kuat. Aplikasi ini belajar tentang preferensi pengguna seiring terus menunjukkan video yang mereka suka, sehingga membuat mereka ingin kembali untuk melihat lebih banyak video dengan jenis yang sama.
Menurut data terbaru We Are Social dan Meltwater mengatakan bahwa Indonesia lebih lama menggunakan waktu untuk mengakses Tiktok itu selama 2.495 menit perbulan atau secara spesifiknya itu 41 jam 58 menit perbulan. Tiktok sempat viral di Indonesia pada tahun 2018, pada saat itu Kementerian Komunikasi dan Informatika atau KOMINFO ingin memblokir tiktok karena di duga Tiktok merusak pendidikan.
ADVERTISEMENT
Tiktok berhasil membuat orang-orang kecanduan dalam scroll-scroll video, sehingga itu mengakibatkan orang menjadi gagal focus dalam melakukan suatu hal khususnya penggunaan Tiktok pada anak-anak dibawah umur. Mereka yang sudah candu dengan Tiktok, tidak akan mudah untuk melepaskan handphone dari tangannya. Contohnya seperti salah satu orang marah karena handphonenya di ambil ketika sedang asik scroll Tiktok.
Hoax Menyebar di Tiktok
Sumber: Canva
Penggunaan Tiktok tentu tidak hanya membawa dampak positif saja tetapi juga membawa dampak negatif seperti maraknya berita Hoax. Hoax adalah sebuah informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk menipu dan menyesatkan orang-orang yang awam akan informasi. Beredarnya Hoax di Tiktok membuat masyarakat masih merasa sulit untuk mengidentifikasi bahwa informasi mana yang benar dan mana yang salah. Tentu, hal ini menyebabkan negara semakin merasa terancam.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengguna tiktok, ada peran penting dalam penyebaran Hoax. Mereka lebih sering cenderung untuk membagikan konten yang menarik tanpa memverifikasi kebenarannya terlebih dahulu. Kurangnya pemahaman terhadap cara kerja algoritma dan minimnya literasi media juga berkontribusi pada masalah ini. Banyak pengguna yang tidak menyadari bahwa informasi yang mereka bagikan bisa jadi malah menyesatkan.
Dampak dari berita Hoax sangat merugikan, mulai dari menimbulkan kepanikan publik, mempengaruhi opini masyarakat, hingga merusak reputasi individu atau institusi. Di dalam video youtube “Tiktok sangat BERBAHAYA” milik Raymond Chin, ia salah satu youtuber yang berani untuk membuat konten edukasi tentang Tiktok. Disini, ia mengatakan banyak sekali pengguna tiktok yang memiliki IQ sangat rendah, kenapa mereka bisa mendapatkan IQ yang rendah? Karena mereka sangat mudah untuk dimanipulasi dari konten-konten yang tidak berguna.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan berita Hoax, masyarakat juga gampang sekali kemakan berita Hoax yang lewat di FYP atau For Your Page Tiktok. Salah satu efek dari seringnya menonton video pendek berdampak pada sifat kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (perilaku). Attention span nya menjadi turun dan dengan menurunnya attention span, masyarakat semakin menjadi malas membaca, malas menggunakan pola pikirnya, malas menganalisa, dan malas mencari tentang fakta berita tersebut.
Pendidikan Media dan Literasi Informasi
Mengingat tantangan ini, penting bagi generasi muda untuk memiliki keterampilan media yang baik. Pendidikan media harus menjadi bagian integral dari kurikulum untuk mempelajari analisis dan evaluasi sumber informasi. Memahami cara kerja algoritma media sosial dan bagaimana Hoax menyebar akan membantu generasi TikTok menjadi konsumen informasi yang lebih kritis.
ADVERTISEMENT
Selain itu, platform seperti TikTok juga memiliki tanggung jawab untuk memerangi hoax. Mereka perlu meningkatkan upaya untuk mengidentifikasi dan menandai konten yang berpotensi menyesatkan. Dengan menggunakan teknologi dan kolaborasi dengan organisasi pemeriksa fakta, TikTok dapat membantu mengurangi penyebaran hoax di platform mereka.
Kesimpulan
Generasi TikTok tidak harus menjadi generasi Hoax. Dengan adanya pendekatan yang tepat, mereka dapat menjadi pionir dalam memerangi penyebaran berita Hoax. Penting sekali bagi semua pihak untuk berperan aktif dalam mendidik generasi sekarang tentang betapa pentingnya verifikasi informasi dan berpikir kritis. TikTok, sebagai platform yang sangat berpengaruh, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa penggunanya tidak hanya terhibur, tetapi juga teredukasi. Hanya dengan cara inilah kita dapat berharap membangun lingkungan digital yang lebih sehat dan bermanfaat bagi generasi yang akan mendatang.
ADVERTISEMENT