Konten dari Pengguna

Self-Love di Era Digital: Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Persona Diri?

Audri Aviarizki Adriansjah
Mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Marketing Communication.
11 Januari 2025 14:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Audri Aviarizki Adriansjah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Media Sosial. Foto: Audri Aviarizki
zoom-in-whitePerbesar
Media Sosial. Foto: Audri Aviarizki
ADVERTISEMENT
Di era digital yang terus berkembang ini, sosial media telah berhasil mengambil peran yang besar di dalam hidup kita. Tanpa kita sadari, media sosial telah menjadi tempat berbagi momen berharga, tempat mencari inspirasi, serta alat untuk dapat menghubungkan individu, kelompok atau komunitas dari seluruh dunia. Namun, media sosial tidak hanya datang untuk menawarkan manfaat. Media sosial juga datang dengan berbagai tantangan, khususnya tantangan dalam pembentukan persona diri untuk mengembangkan self-love.
ADVERTISEMENT
Media sosial dan Ekspektasi yang tidak realistis!
Seperti yang kita ketahui, media sosial memang banyak digunakan sebagai tempat untuk berbagi momen berharga dalam hidup para penggunanya. Selain itu, media sosial juga digunakan untuk menciptakan self branding yang diharapkan dapat membangun persona seseorang untuk dapat dilihat dari seluruh penjuru dunia. Akan tetapi hal tersebut juga ternyata membawa tantangan yang cukup besar. Banyak sekali postingan di media sosial yang menunjukkan hidup yang “sempurna”. Dari mulai tubuh yang ideal, kehidupan yang glamor, yang tanpa disadari membangun standar kehidupan yang baru di era digital ini.
Postingan semacam itu ternyata tidak selalu dapat dibuktikan keasliannya. Banyak postingan yang ternyata di edit, atau bahkan diambil secara sengaja dari laman pengguna lain. Akan tetapi, standar yang telah terbentuk di era digital ini, telah membuat rasa percaya diri kita terkikis. Mulai muncul pertanyaan “Kok hidup dia enak banget ya?”, sehingga timbul rasa iri tanpa mencari tahu keasliannya terlebih dahulu. Hal ini tentu menjadi tantangan besar yang saat ini cukup sulit untuk diatasi.
ADVERTISEMENT
Fenomena “Like” sebagai bentuk validasi eksternal!
Jumlah “like”, komentar positif, dan pengikut pada media sosial seseorang seringkali menjadi tolak ukur popularitas seseorang di sosial media. Hal ini dapat membuat seseorang menjadi ketergantungan pada validasi eksternal, di mana harga diri seseorang di nilai melalui seberapa banyak respon yang diterima pada akun media sosial mereka. Ketika jumlah like, komentar positif, dan pengikut yang diterima tidak sesuai dengan harapan kita, seringkali kita merasa bahwa hidup kita tidak cukup dan kurang baik.
Hal ini tentu menjadi hambatan besar dalam pengembangan self-love pada diri kita sendiri. Dengan standar kehidupan yang ada saat ini, kita justru lebih fokus pada kehidupan orang lain yang terlihat lebih sempurna. Hingga kita lupa untuk menyadari bahwa seharusnya kita lebih fokus pada kehidupan kita sendiri yang seharusnya dicintai dan disyukuri tanpa syarat.
ADVERTISEMENT
Cara mengembangkan self-love di era digital!
Meski media sosial memiliki pengaruh besar yang dapat meruntuhkan semangat kita untuk menciptakan self-love pada diri kita sendiri, terdapat banyak cara sehat untuk mengatasinya:
Kurasi konten yang anda konsumsi
Mulailah mengkurasi konten yang kita konsumsi, dari mulai siapa akun yang akan kita ikuti, dan jenis konten seperti apa yang ingin kita konsumsi. Hindari konten yang membuat anda mulai meragukan kualitas diri anda dan mulailah mengikuti konten yang membawa pengaruh positif dan inspiratif bagi diri anda sendiri.
Mulai untuk mempraktikkan kesadaran digital
Luangkan waktu untuk mengamati bagaimana media sosial mempengaruhi emosi anda. Pertimbangkan untuk memberikan jeda pada diri anda apabila scrolling sudah mulai membuat anda merasa tertekan.
ADVERTISEMENT
Fokus pada prestasi pribadi
Berikan diri anda apresiasi pada segala hal kecil yang telah anda capai. Hargai setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi pada diri anda.
Mengubah media sosial menjadi platform yang lebih baik!
Cobalah untuk memahami bahwa media sosial adalah sebuah teknologi buatan. Bahwa segala hal yang diposting adalah hal-hal yang dapat dirubah melalui proses editing, dan tidak sepenuhnya nyata. Sadari juga bahwa media sosial adalah tempat dimana seseorang tidak selalu menunjukkan perjalanan kehidupan mereka sepenuhnya.
Di lain sisi, sebagai pengguna, kita dapat menjadikan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan pesan yang positif. Kita dapat memulai menyebarkan cerita inspiratif, yang dapat menjadi dorongan bagi pengguna lain untuk memiliki semangat yang lebih besar dalam mengembangkan self-love dan jadilah komunitas yang saling mendukung.
ADVERTISEMENT