Broken Home isn't Broken Dream

Aufa D Bagas
Mahasiswa DIII Manajemen SDM Politeknik Ketenagakerjaan
Konten dari Pengguna
9 Februari 2021 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aufa D Bagas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Broken Home
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Broken Home
ADVERTISEMENT
Broken Home. Apa yang terlintas di dalam pikiran ketika mendengar kata broken home? Kurang kasih sayang? Hidup berantakan? Keluarga tidak harmonis? Hidup menderita? Tidak pernah bahagia? YA. Semua itu benar. Perspektif awam memang seperti itu. Mungkin memang sebagian benar bahkan bisa saja semuanya benar.
ADVERTISEMENT
Terkadang rumah menjadi tempat terasing bagi sebagian orang, mereka memiliki rumah tetapi mereka tidak dapat kembali.
Ilustrasi Menangis
Apa yang harus dilakukan? Menangislah. Tidak ada alasan untuk berpura-pura kuat. Menangis karena dunia ini terlalu keras dan kejam untuk kalian yang berhati lembut. Kita tidak akan pernah bisa mengubah mindset dan perspektif orang lain. Yang bisa kita lakukan hanya menutup kedua telinga dengan tangan kita. Kita tidak cukup tenaga untuk membungkam semua cemoohan itu.
Menangislah ketika itu memang diperlukan. Tetapi ingat, dunia terlalu singkat apabila hanya dihabiskan untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Berhenti menangis. Bangun. Bangkit. Dunia ini butuh manusia berhati lembut dan bermental baja seperti kita. Lakukan yang memang seharusnya kita lakukan. Gunakan semua waktu dan energi untuk mengejar apa yang seharusnya kita kejar. Kita Bisa!
Ilustrasi Melangkah
Melangkah untuk terus maju hiraukan masa lalu jika itu membuat sendu. Masih ada banyak cara untuk bahagia meskipun kita kehilangan salah satu anggota keluarga yang kita sayangi. Tidak semua kehilangan berarti kesedihan. Terkadang kehilangan mengajarkan kita untuk lebih kuat dalam menghadapi hidup ini.
ADVERTISEMENT
Balas dendam terbaik adalah bahagia. Bahagia ketika berhasil menggapai semua impian yang tertanam di hati kecil kita. Mimpi dapat kita gapai, setinggi apa pun mimpi itu. Semua orang berhak bermimpi, broken home tidak menjadi alasan untuk kita tidak dapat menggapai mimpi-mimpi kita. Seorang pemimpi memiki jiwa yang kuat sama halnya dengan kita. Kita berhak bermimpi dan menggapai mimpi kita. Lakukan.
Ilustrasi anak sedih, anak stres, anak jadi korban bully. Foto: Shutterstock