28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Menengok Kampung Ondel-ondel di Kramat Pulo

Aulia Aminda Dhianti
wartawan kumparan
13 November 2017 9:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Aminda Dhianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menengok Kampung Ondel-ondel di Kramat Pulo
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Boneka Ondel-Ondel Terpasang di Sudut Perkampungan
Kampung ondel-ondel, begitulah sebutan khas untuk wilayah ini. Daerah yang terletak di Pasar Gaplok, Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat mayoritas warganya berprofesi sebagai pengrajin ondel-ondel.
ADVERTISEMENT
Tahun 1980-an menjadi awal munculnya ondel-ondel di kampung ini. Penggagasnya adalah Alm. Mamet yang hingga kini masih dikenal warga Kramat Pulo sebagai orang yang pertama membuat kerajinan ondel-ondel.
Ondel-ondel dari berbagi jenis ukuran sengaja dipajang di daerah ini. Dari mulai ondel-ondel berwarna merah dengan hiasan kumis tebal hingga sosok ondel-ondel perempuan dengan wajah putih yang terlihat tersenyum manis.
Ondel-ondel menjadi salah satu maskot budaya Betawi yang hingga kita masih tetap dilestarikan. Meskipun terkadang tampilannya sedikit menyeramkan, ia tidak membuat masyarakat Jakarta menjadi takut.
Ahmad (21) yang aktif di sanggar Betawi Al-Fathir, sanggar yang berperan dalam aktivitas pelestarian kebudayaan Betawi, ini menuturkan kampungnya sering disebut sebagai kampung ondel-ondel.
Menengok Kampung Ondel-ondel di Kramat Pulo (1)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Pengrajin Mengamplas Wajah Ondel-Ondel yang Siap untuk Dicat
ADVERTISEMENT
Hal itu bukan tanpa sebab, karena menurutnya warga di sini tak hanya memproduksi ondel-ondel sebagai mata pencarian, namun ada juga beberapa sanggar kesenian yang dibuat sebagai salah satu wadah untuk lebih mengenal budaya Betawi.
"Salah satu terbesar (sebagai daerah pengrajin ondel-ondel), di sini paling banyak," kata Ahmad.
Ahmad juga mengatakan di kampungnya ada beberapa sanggar kesenian, salah satunya sanggar Betawi Al-Fathir tempatnya belajar. "Ada empat sanggar kalau di sini yang masuk paguyuban," ujarnya.
Kegiatan di sanggar biasa dilakukan menjelang sore hari, itu pun dilakukan jika tidak turun ke jalan. Ahmad dan teman-temannya sering mempertontonkan ondel-ondel hinga ke jalan-jalan.
"Sekali jalan paling setiap orang bisa mengantongi uang Rp 70 ribu. Biasanya ‘kan dalam satu tim ada 8 sampai 9 orang," ujar Ahmad sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Deni (24), pengrajin ondel-ondel lain di kampung tersebut, mengungkapkan arti pentingnya dalam melestarikan ondel-ondel. Warga kampung ondel-ondel tidak ingin kesenian tersebut hilang.
"Kalau bukan kita siapa lagi? Kakek-kakek kita ‘kan sudah pada meninggal, jadi kita yang meneruskan." ujar Deni.
Warga di sini, lanjutnya sehari-hari memang aktif dalam lingkup kesenian. Tak hanya ondel-ondel, musik gambang kromong, silat palang pintu, dan festival-festival lenong merupakan hal yang sering mereka lakukan.
"Kalau ada festival lenong, musik gambang kromong, palang pintu kita ikut," katanya sambil menutup pembicaraan.