Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Dari Luka Ke Lega: Eksplorasi Kematangan Emosi Pada Remaja Broken Home
27 November 2024 16:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aulia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Umumnya, remaja masih mengalami perubahan emosi yang labil, sehingga masa remaja menjadi periode yang sangat penting dalam perkembangan manusia. Dalam proses pencarian jati diri pada remaja, orang tua memainkan peran penting dalam membentuk kematangan emosi ini. Menurut Dinanda (2021, dalam Putri dkk., 2023), orang tua dan suasana keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan identitas dan perkembangan emosi pada remaja.
ADVERTISEMENT
Namun, pernahkan kita membayangkan bahwa remaja yang kehilangan peran tua bisa mencapai kematangan emosional yang baik? Remaja yang menjadi korban broken home biasanya mengalami gangguan dalam perkembangan emosi, kepribadian, dan kehidupan sosial (Tri Wulandari, 2016).
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam bagaimana remaja yang mengalami broken home dapat mengendalikan emosi dan menciptakan kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Yuk disimak!
Individu yang matang secara emosi mampu mengekspresikan cintanya sebagaimana remaja dapat menerima cinta dari orang-orang yang mencintainya (Putri, Asri, dan Pratama, 2023). Dalam situasi ini, mereka mampu menumbuhkan rasa kepedulian dan bersikap baik terhadap orang lain di sekitarnya. Selain itu, dukungan dari orang terdekat seperti anggota keluarga dan sahabat akan memberikan kebahagiaan yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock (1980) dukungan dari keluarga yang berupa penerimaan, perhatian, dan rasa percaya diri terebut akan meningkatkan kebahagiaan dalam remaja. Oleh karena itu, remaja yang merasakan keretakan keluarga mampu membangun hubungan positif, yang saling mendukung demi menumbuhkan kembali kebahagiaan dan kesejahteraan mental.
ADVERTISEMENT
Pengendalian emosi adalah keterampilan penting yang harus dimiliki remaja, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga yang tidak utuh. Remaja yang matang secara emosional tidak akan membiarkan emosi negatif menguasai diri mereka. Mereka lebih memilih pulih dengan cara positif, seperti berpikir positif, mencari suasana baru, dan melakukan aktivitas menyenangkan yang membuat mereka merasa lebih baik. Kemampuan ini juga membekali mereka untuk lebih tenang ketika dihadapkan oleh situasi sulit.
Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan, mereka tidak terjebak dalam kemarahan. Sebaliknya, mereka berusaha menerima takdir dengan lapang dada, berdamai dengan diri sendiri, mengubah rasa kecewa menjadi motivasi, dan menjadikan masa lalu sebagai bagian penting dari perjalanan hidup yang dapat membantu mereka belajar dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Mampu mengatasi stres adalah bukti nyata dari kematangan emosional seseorang. Mereka percaya pada kemampuan dirinya untuk menghadapi masalah dan mengatasi stres dengan cara yang baik. Biasanya mereka cenderung mencari dukungan dari teman atau orang dewasa yang dipercayai untuk berbagi cerita. Hal ini sejalan dengan Hamidah (2022) bahwa adanya dukungan sosial, anak broken home akan merasakan kehadiran orang lain yang dapat menyadarkan mereka bahwa dirinya dicintai, dipedulikan, dan diperhatikan, sehingga memungkinkan mereka lebih semangat menjalani hidup, meski harus menelan kenyataan pahit bahwa keluarga mereka tidak utuh lagi.
Nah! dengan beberapa cara di atas, remaja korban broken home dapat pulih dan menciptakan kembali kebahagiaan untuk dirinya sendiri.
Referensi
ADVERTISEMENT
Putri, D. E., Asri, D. N., & Pratama, B. D. (2023). Kematangan Emosi Remaja Pada Keluarga Broken Home. In SEMINAR NASIONAL SOSIAL, SAINS, PENDIDIKAN, HUMANIORA (SENASSDRA) (Vol. 2, No. 1, pp. 36-42).