Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Menikmati Istimewanya Pemandangan di Kota Wali Bersama Senyum Ibu
6 Februari 2023 18:00 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari aulia dewi anggreini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Januari akhir, ketika saat itu hujan masih membersamai cemas yang terlalu dingin. Ya, aku perempuan yang baru saja menginjak usia 22 tahun, berkutat menerima kejadian dan pelajaran, menghabiskan seluruh hidup, lahir-batin bersama Ibu—perempuan luar biasa meskipun telah kehilangan belahan jiwanya Bapak, dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dulu saat masih ada bapak sering sekali healing di tempat-tempat yang sekarang hanya bisa kukunjungi sendiri. Cukup berat tanpa didampingi sosok Bapak.
Sedikit membingkis kenangan paling sahaja sepanjang perjalanan hidup, dua minggu sebelum Januari usia tepatnya tanggal 19 Januari pagi hari di mana self healing kala itu, jalan-jalan bersama Ibu.
Terlihat sepele namun bagiku segala hal tentang Ibu itu segalanya. Aku dan Ibu menikmati pemandangan sejuk halaman kota Demak yang biasa mempunyai julukan Kota Wali. Istimewa bukan?
Seperti biasa jarak tempuh desaku ke kota hampir 20 menit. Suara sepeda motor masih samar-samar karena ternyata masih terlalu pagi. Sepatu lucu yang dikenakan Ibu membuat gelak tawa ini berpacu.
Jalan-jalan dengan santai, sembari mencari tempat duduk di antara taman yang sedang riuh oleh angin, bercerita dengan Ibu bagiku adalah self healing terbaik menjaga kewarasan.
ADVERTISEMENT
Tak luput dengan camilan dan makanan, aku tak bisa sembarangan karena untuk kestabilan kesehatan Ibu. Yang menemani berbincangan hangat aku dan Ibu adalah bubur kacang hijau. Hehe...
Entah kenapa, selalu ada langkah kaki yang lemah. Tapi senyum Ibu berhasil menguatkan. Setelah hampir cukup lama aktivitas Ibu terhambat karena salah satu diagnosa dokter yang cukup membuat dada ini setiap kali selalu gemetar. Tapi tetap, aku hanya manusia yang tak henti merengkuh doa-doa.
Sepanjang jalan-jalan santai dengan Ibu, aku mendapati pemandangan yang membuatku memeluk sadar, seorang keluarga kecil yang masih lengkap oleh kedua orang tuanya hidup sederhana di tengah kota kecil yang juga keras.
Apapun keadaannya, kesehatan selalu membuatku tak henti-hetinya bersyukur bahwa ternyata masih ada kehidupan yang mungkin kurang beruntung namun masih mampu untuk bersyukur.
ADVERTISEMENT