Yuk Intip Keseruan BEM UISI Mengabdi di Pulau Giliraja Sumenep

Aulia Hapsari
Aulia adalah anak dari seorang petani sederhana di Kabupaten Grobogan. Terbisa dengan hidup yang keras, seorang Aulia menyukai tantangan dan pengalaman baru dalam hidupnya. Mencintai dunia tulis menulis, desain grafis, dan public speaking tentunya.
Konten dari Pengguna
22 Februari 2023 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Hapsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Potret salah satu anggota BEM UISI saat memimpin senam ceria di RA, KB, dan MI Nurul Ulum
zoom-in-whitePerbesar
Potret salah satu anggota BEM UISI saat memimpin senam ceria di RA, KB, dan MI Nurul Ulum
Kamis, 29 Desember 2022 sampai dengan Minggu, 5 Januari 2023 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Internasional Semen Indonesia mengadakan Pengabdian Masyarakat di Pulau Giliraja tepatnya di Desa Banmaleng Kec. Giligenting Kab. Sumenep. Kegiatan ini bertemakan pendidikan dengan judul Sistem Pendidikan Cakrawala Berwawasan Global dengan Metode Lokal pada Siswa dan Masyarakat Desa Banmaleng. Tim tersebut terdiri dari Nurul Jannah, Aulia Hapsari, Diah Frismawati, Teo Arya, Dhimas Ardhianto, Afiifah Durrotul, Pipin Ervina, Uais Irshab Risanorio, Dwina, serta Akbar Alfaiz dengan didampingi Presiden BEM UISI Ardha Bintang Rivanda.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini yakni untuk memberikan pencerahan terhadap masyarakat setempat, bahwa pentingnya konsep pendidikan yang berkembang pada setiap aspek kehidupan. BEM UISI mengadakan beberapa kegiatan yang seru dan menyenangkan. Beberapa diantaranya yakni Pengetahuan seputar food waste dan pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik, dasar parenting, kebersihan dan kesehatan pada ibu-ibu setempat, asah kreativitas siswa melalui pelatihan membuat kerajinan dan tape singkong, penjelajahan pramuka untuk siswa sekolah dasar sampai dengan menengah atas, pembelajaran eco-enzym, tarian tradisional dari berbagai daerah dan masih banyak lagi.
"Tentu saja. Masyarakat disana sangat ramah dan menyambut kedatangan kami. Semua pihak baik kepada desa, jajarannya, kepala yayasan tempat kami mengajar juga sangat kooperatif. Pengalaman lain kami dapatkan saat proses belajar mengajar berlangsung. Mungkin selama ini kita punya banyak ilmu terkait basic kesehatan, ecoenzym, foodwaste, pengelolaan sampah, pengetahuan dan keterampilan budaya daerah, namun saat ilmu yang kita miliki tersebut kita bagikan dan bermanfaat tentu menjadi pengalaman yang sangat berharga. Kami melakukan kegiatan secara bersama-sama dan tiap anggota saling membantu satu sama lain. Antusiasme peserta didik juga sangat tinggi, mereka seperti menganggap kami sebagai keluarga atau kakak sendiri", ucap Afiifah salah satu anggota pengabdian masyarakat.
ADVERTISEMENT
Beberapa kendala juga ditemui tim pengabdian masyarakat BEM UISI seperti jaringan internet yang sulit dan terbatas satu satu atau dua provider saja serta akses listrik dari PLN yang hanya menyala pada pukul 18.00 WIB sampai dengan 00.00 WIB dan selebihnya menggunakan genset atau pembangkit mandiri, sehingga kami harus benar-benar menghemat penggunaan ponsel dan laptop yang kami bawa. Selain itu, kendala lain yakni pada segi bahasa, dimana umumnya masyarakat menggunakan logat dan Bahasa Madura dalam bercengkerama sehari-hari, namun mayoritas warga setempat sudah mampu menggunakan Bahasa Indonesia. Justru dengan hal ini tim pengabdian masyarakat BEM UISI menjadi belajar beberapa kosa kata baru dalam Bahasa Madura baik dari anak-anak maupun bapak ibu masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Output yang diharapkan dari BEM UISI sendiri yakni para siswa dan masyarakat setempat dapat mengimplementasikan ilmu yang sudah diajarkan setelah BEM UISI tidak lagi mengabdi disana. Meskipun saat ini pengabdian masyarakat sudah berakhir, namun masyarakat setempat masih sering berlatih tari tradisional yang kami ajarkan dan kembali mengajarkan teman yang lainnya lagi sehingga ilmu tersebut semakin tersalurkan. Hal sama juga terjadi pada pengelolaan limbah plastik menjadi kerajinan serta praktik fermentasi singkong menjadi tape. Mereka juga melakukan hal tersebut selepas pengabdian kami selesai.