Konten dari Pengguna

Prabowo Tidak Kosisten dalam Menyediakan Anggaran Makan Bergizi Gratis

Aulia Marchzenda Putri
Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara
2 Desember 2024 15:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Marchzenda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Prabowo Tidak Kosisten dalam Menyediakan Anggaran Makan Bergizi Gratis oleh Aulia Marchzenda Putri
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Prabowo Tidak Kosisten dalam Menyediakan Anggaran Makan Bergizi Gratis oleh Aulia Marchzenda Putri
ADVERTISEMENT
Presiden ke 8 RI, Prabowo pencetus program makan siang gratis untuk anak sekolah dan ibu hamil, menurunkan anggaran makan bergizi gratis menjadi Rp.10.000 . Program tersebut awalnya dianggarkan sebesar Rp.15.000 . Penyebab turunnya anggaran tersebut karena terbatasnya anggaran pemerintah. Keputusan tersebut menuai banyak pro dan kontra dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Turunnya anggaran ini dapat memperluas penerima program. Yang awalnya dianggarkan Rp.15.000 hanya untuk 1 juta orang sedangkan dengan anggaran Rp.10.000 dapat meningkat untuk 1,5 juta orang. Dengan jangkauan penerima yang lebih banyak berarti distribusi program ini merata dapat dirasakan manfaatnya oleh lebih banyak orang wilayah terpencil sekalipun. Penyedia program tersebut dapat melakukan kerja sama dengan petani lokal untuk mengurangi biaya distribusi. Sehingga tidak hanya untuk menghemat anggaran tetapi juga memberikan keuntungan bagi petani lokal. Program ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatasi stunting dan kekurangan gizi, yang merupakan salah satu tantangan saat ini. Meskipun terdapat penurunan anggaran, program ini tetap memberikan manfaat bagi banyak orang. Program ini dapat mengubah pola makan sehari-hari mereka menjadi lebih baik. Serta banyak yang mengatakan bahwa lebih baik memulai langkah kecil dengan keterbatasan daripada tidak ada tindakan sama sekali. Dihadapkan oleh situasi keterbatasan dana, langkah ini dianggap realistis untuk dijalankan tanpa meningkatkan alokasi anggaran.
ADVERTISEMENT
Serta banyak pula masyarakat yang kontra terhadap keputusan tersebut. Dengan dana yang terbatas masyarakat beranggapan bahwa penyedia akan kesulitan memenuhi kebutuhan makanan bergizi. Bahan makanan seperti ayam, daging, ikan seringkali memiliki harga yang tidak terjangkau. Serta dikhawatirkan akan digantikan dengan makanan olahan yang kurang bergizi. Seperti sosis, nugget dan sejenisnya yang memiliki harga lebih terjangkau dan memiliki masa simpan yang lama. Dengan anggaran yang berkurang dapat menyulitkan penyedia untuk memenuhi standar tanpa mengurangi kualitas.
Terjadi ketimpangan dalam pelaksanaannya, harga bahan makanan setiap daerah berbeda. Dengan harga yang sama, penyedia makanan di daerah tepencil hanya dapat menyediakan porsi lebih sedikit dan kualitas bahan yang lebih rendah. Dikarenakan terdapat tantangan seperti akses jalan yang rusak, jauh, dan transportasi yang terbatas. Hal tersebut membuat biaya distribusi menjadi lebih tinggi. Sedangkan di daerah perkotaan akses distributor makanan yang dapat memungkinkan menyediakan makanan bergizi dengan biaya lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Program yang menyediakan makanan bergizi dengan anggaran yang terbatas berdampak pada hasil yang kurang maksimal. Anggaran yang terbatas, memaksa penyedia makanan untuk hanya menyediakan menu yang kurang bergizi, lebih banyak karbohidrat dan sedikit protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Tanpa perubahan pola makan yang berkelanjutan, masyarakat tidak akan memperoleh kebiasaan makan sehat yang dapat mendukung kesehatan jangka panjang mereka.
Anggaran yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini. Inflasi menyebabkan kenaikan harga bahan makanan. Untuk menyediakan menu yang bergizi dan seimbang perlu makanan yang bervariasi terdiri dari protein (daging, ayam, ikan dan telur), karbohidrat serta sayur dan buah. Banyak masyarakat berpendapat bahwa harga ayam atau ikan saja bisa mencapai lebih dari Rp.10.000 per porsi belum jika ditambah sayur dan buah. Sehingga dengan anggaran Rp10.000, sulit untuk memberikan makanan yang memenuhi standar gizi yang sehat bagi penerima manfaat.
ADVERTISEMENT
Masyarakat beranggarapan bahwa pemerintah tidak memprioritaskan program ini. Dikarenakan adanya peningkatan anggaran untuk sektor-sektor lain yang tidak berdapak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Banyak yang mempertanyakan apakah anggaran negara benar-benar digunakan secara efisien dan adil. Dengan memotong anggaran program makan siang gratis, pemerintah mungkin justru mengorbankan prioritas kesehatan masyarakat demi kepentingan lainnya. Masyarakat merasa pemerintah tidak memiliki komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan anak dan ibu hamil. Pengurangan anggaran ini menyebabkan ketidakpuasan yang meluas di kalangan masyarakat, yang menyebar melalui media sosial. Ketidakpuasan ini dapat memperburuk citra pemerintah di mata publik, memicu lebih banyak kritik terhadap kebijakan pemerintah secara keseluruhan. Pemerintah diharapkan dapat mempertimbangkan kembali anggaran program makan siang gratis dengan lebih cermat. Sehingga anggaran yang tersedia cukup untuk menyediakan makanan bergizi yang seimbang bagi anak sekolah dan ibu hamil.
ADVERTISEMENT