Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berpendidikan Tinggi Tidak Menjamin Menghilangkan Perilaku Tidak Terdidik
12 Desember 2021 11:48 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Aulia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini banyak sekali tindakan yang memalukan di negeri Indonesia
karena kurangnya didikan dalam hal budi pekerti tidak banyak diajarkan, padahal budi pekertilah akan membuat orang menjadi terdidik. Kurangnya ilmu budi pekerti inilah yang memicu orang-orang pintar terkesan tidak terdidik, sehingga banyak sekali orang pintar melakukan tindakan yang memalukan karena kondisi pendidikan sangat memprihatinkan, pendidikan hanya menghasilkan orang pintar bukan orang terdidik.
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan bekal yang paling utama dalam sebuah kehidupan setiap orang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas masyarakat di Indonesia lebih mengandalkan nilai akademik akan tetapi tidak diseimbangi dengan nilai budi pekerti yang diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Bagaimana masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang baik dan berbudi pekerti yang baik jika tidak menanamkannya sedari dini.
Pola pendidikan formal yang selama ini mengedepankan pengajaran dengan prestasi sebagai ukuran patut dikaji ulang karena negara ini memiliki masyarakat terbanyak ke empat di dunia. Dari sekian banyaknya masyarakat di Indonesia, pasti tidak sedikit yang memiliki kecerdasan atau kepintaran di atas rata-rata. Mereka yang memiliki kecerdasan dan kepintaran di atas rata-rata, apakah memiliki budi pekerti yang baik pula atau hanya mengandalkan hasil dari selembar kertas saja?
ADVERTISEMENT
Lalu untuk apa sekolah tinggi bergelar dokter ataupun profesor akan tetapi pada nyatanya mereka belum tentu mengubah perilaku orang tersebut. Sehingga banyak sekali orang pintar yang mayoritas dari mereka memiliki gelar yang cukup tinggi. Melakukan tindakan yang memalukan atau melanggar hukum seperti korupsi, atau melakukan tindak kriminal yang kerap terjadi di lingkungan sekitar bahkan di lingkungan kampus. Di bujuk dengan nilai yang bagus mereka bisa saja melakukan hal yang tidak di inginkan. Dari situlah mengapa di Indonesia ini banyak sekali orang yang pintar tapi memiliki budi pekerti atau bisa disebut tidak terdidik.
Kita tahu bahwa dosen di Indonesia itu bukanlah orang-orang bodoh yang memiliki pendidikan rendah, namun kebanyakan dari mereka adalah akademis alias orang-orang yang sukses dari sisi akademik namun tidak dengan budi pekertinya. Seharusnya dosen mengajarkan hal baik, karena mereka sebagai tenaga pengajar yang semestinya di contoh oleh pelajar-pelajarnya, bukan dengan mencontoh hal buruk yang bisa mengakibatkan hal buruk juga bagi pelajarnya.
ADVERTISEMENT
Akibat hal tersebut orang pintar akan menjadi orang jahat, menindas kaum lemah. Padahal semestinya mereka menjadi orang yang memberi pertolongan dan pemimpin yang baik untuk menciptakan manfaat bagi orang lain. Jika Indonesia mampu mengubah sistem pendidikannya, maka bukan tidak mungkin jika Indonesia akan dapat menjadi lebih baik lagi dari segi pendidikannya. Saatnya semua pihak berjuang dan mewujudkan Indonesia bersih melalui bidang pendidikan. Pendidikan bisa dimulai dari usia dini di rumah, orang tua di rumah harusnya juga berusaha menciptakan calon orang terdidik bukan hanya orang pintar.
Sebelumnya kita semua dihebohkan dengan beredarnya curahan hati seorang mahasiswi Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang, Sumatera Selatan, yang mengaku menjadi korban kasus kekerasan seksual mahasiswi Unsri (Universitas Sriwijaya) yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Karena dia ingin melanjutkan skripsi yang sempat tertunda satu semester. Mahasiswi itu mengaku menjadi korban pelecehan dosen tersebut, kejadian ini berlangsung pada hari sabtu (25/08/2021).
ADVERTISEMENT
Menurut saya setelah melihat fenomena tersebut, seperti ada yang tidak benar dengan pola pendidikan formal di Indonesia ini yang semestinya sudah harus dikaji ulang. Pola pendidikan formal saat ini hanya mengajarkan mengenai ilmu akademis dan teknologi tidak disandingi dengan budi pekerti, sehingga hanya menghasilkan orang pintar tetapi sayangnya tidak terdidik dan tidak mempunyai budi pekerti yang baik.
Maka dari itu marilah kita sama-sama mendidik giliran dan hati kita dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan juga budi pekerti agar tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan kita orang pintar namun harus memiliki budi pekerti agar dapat berbuat dan melakukan hal dengan tujuan lebih baik. Jika demikian gambaran yang terjadi, maka apakah memang harus ada pemisahan antara upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan perbaikan akhlak atau budi. Memang seharusnya orang yang berilmu adalah sekaligus berbudi atau berakhlak mulia.
ADVERTISEMENT