Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bagaimana Teknologi Mengubah Kesehatan Mental Kita? Ini Dampak dan Solusinya.
19 Oktober 2024 13:12 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Aulia Rahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober lalu mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan kesejahteraan mental di tengah peningkatan stres, kecemasan, dan depresi di masyarakat. Di era digital saat ini, teknologi telah mempermudah interaksi, namun juga membawa dampak negatif yang tidak diharapkan. Dampak negatif perkembangan teknologi terhadap kesehatan mental semakin nyata dilihat dalam kehidupan, terutama setelah pandemi COVID-19 yang melanda di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Mengenal Digital Fatigue
Digital fatigue atau kelelahan digital adalah masalah kesehatan mental yang muncul sejak era digital akibat paparan layar secara berlebihan. Menurut Tara Herschend, Kelelahan digital, yang juga dikenal sebagai kelelahan teknologi, ini merupakan bentuk kelelahan mental yang muncul sebagai akibat dari paparan layar yang berlebihan. Coba bayangkan, Anda menghabiskan waktu untuk bermain gadget berjam-jam sambil berbaring atau duduk tanpa adanya aktivitas fisik, bisa menyebabkan tubuh terasa lelah karena kurang bergerak. Kelelahan digital tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kesehatan mental kita. Menurut ahli medis, ketika tubuh kurang bergerak, otak bisa mengalami penumpukan beban sehingga dapat menyebabkan stres.
Menurut Laporan State of Mobile 2024 dari Data.ai menunjukkan bahwa durasi masyarakat Indonesia menggunakan gadget melampaui rata-rata 6 jam per hari, dan tertinggi di dunia pada tahun 2023. Penggunaan gadget yang berlebihan ini harus diwaspadai karena dapat mengganggu produktivitas, konsentrasi, serta kualitas tidur seseorang, yang berdampak buruk pada kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Media Sosial dan Perbandingan Sosial yang Tidak Realistis
Media sosial, seperti Instagram dan TikTok, sering memicu perbandingan sosial yang tidak sehat. Pengguna cenderung merasa iri dengan kehidupan yang terlihat sempurna di layar gadget, sehingga menjadi tidak puas atau kurang percaya diri dengan diri sendiri.
Sebuah penelitian oleh Royal Society for Public Health di Inggris menemukan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan pada remaja. Menurut data dari bbc.com, ada sekitar 90% anak muda menggunakan media sosial, sehingga mereka sangat rentan terhadap dampak negatifnya. Di Indonesia, menurut survei yang dilakukan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.
ADVERTISEMENT
Citra hidup "sempurna" yang sering dipamerkan melalui media sosial menciptakan tekanan psikologis bagi beberapa orang, terutama pada generasi muda yang sedang membangun identitas diri mereka. Perasaan tidak mampu mencapai standar yang tidak realistis ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Penggunaan media sosial yang berlebihan memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental, di antaranya:
1. FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan informasi membuat kita merasa harus terus-menerus membuka media sosial. Menurut Lawrence Robinson dan Melinda Smith, Pendapat bahwa Anda kehilangan hal-hal tertentu dapat memengaruhi harga diri Anda, memicu kecemasan, dan memicu penggunaan media sosial yang lebih besar, sehingga menyebabkan kecanduan.
2. Perasaan Tidak Mampu sering kali muncul karena media sosial selalu menampilkan pencitraan kesuksesan dan kebahagiaan yang berlebihan, sehingga membuat banyak orang merasa tidak cukup baik atau tidak berharga. Menurut Sanjiv Nichani dan Antonio F. Corno, melihat kehidupan yang tampak sempurna di media sosial dapat menyebabkan perasaantidak mampu, cemas, dan rasa kehilangan, yang berpotensi memicu gangguan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
3. Perbandingan Diri di media sosial adalah salah satu penyebab utama masalah kesehatan mental. Sipa Aryanti menegaskan bahwa jika tidak digunakan dengan bijak, media sosial dapat berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk mental. Pengguna sering membandingkan pencapaian, gaya hidup, atau penampilan mereka dengan orang lain, yang memicu perasaan tidak percaya diri, iri, depresi, dan kecemasan.
Ketergantungan pada Teknologi dan Dampaknya pada Interaksi Sosial
Ketergantungan berlebihan pada teknologi digital sering kali menggantikan interaksi sosial langsung, sehingga meningkatkan rasa kesepian dan keterasingan, yang dapat memicu masalah kesehatan mental seperti depresi. Studi yang diterbitkan di regiscollage.edu menunjukkan bahwa orang yang sering menggunakan media sosial lebih memiliki kemungkinan lebih dari tiga kali lipat untuk merasa terasingkan secara sosial dibandingkan dengan mereka yang jarang menggunakannya. Seperti dalam penelitian juga menunjukkan bahwa mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu mengurangi rasa kesepian di kalangan dewasa muda usia 18-22 tahun.
ADVERTISEMENT
Apakah Teknologi Hanya Memberikan Dampak Negatif?
Beberapa pihak mungkin berpendapat bahwa teknologi justru memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental. Misalnya, aplikasi kesehatan mental, terapi daring, dukungan sosial, dan platform diskusi telah membantu banyak orang memberikan rasa kebersamaan dan dukungan bagi orang-orang yang mengalami gangguan mental yang serupa sehingga orang lain yang memiliki pengalaman serupa, dapat berbagi pikiran dan perasaan serta menerima dorongan dan saran.
Memang, teknologi bisa menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak. Namun, ketergantungan berlebihan pada teknologi tanpa adanya upaya menciptakan keseimbangan, justru akan memperburuk masalah kesehatan mental. Maka, kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta bahwa pengguna teknologi, terutama anak-anak dan remaja, masih rentan terhadap pengaruh buruknya.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
Dampak negatif teknologi digital sering kali membuat kita merasa kelelahan, cemas, dan terganggu. Pertanyaannya adalah: bagaimana kita bisa mengatasinya? Apa yang bisa dilakukan? Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak buruk teknologi digital terhadap kesehatan mental di antaranya:
1. Membatasi Waktu Penggunaan Gadget: Tetapkan batasan waktu harian untuk menggunakan gadget agar mencegah kelelahan digital.
2. Mengambil Istirahat Secara Berkala: Luangkan waktu untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik tanpa melibatkan teknologi.
3. Menjaga Keseimbangan Antara Kehidupan Online dan Offline: Jaga keseimbangan antara interaksi digital dan tatap muka, dengan memperkuat hubungan langsung dengan keluarga dan teman.
4. Mempraktikkan Literasi Digital: Mempelajari tentang penggunaan teknologi yang sehat. Literasi digital yang baik akan membantu pengguna lebih bijaksana dalam memilih platform dan konten yang dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Teknologi digital membawa banyak manfaat, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, ia juga dampak negatif pada kesehatan mental kita. Dari digital fatigue hingga perbandingan sosial yang tidak sehat, serta ketergantungan pada teknologi. Untuk menjaga kesehatan mental, kita perlu menyeimbangkan kehidupan online dan offline dalam menghadapi era digital.
Moment Hari Kesehatan mental Sedunia ini, mari kita mulai merefleksikan tentang bagaimana teknologi memengaruhi hidup kita. Sudahkah kita memanfaatkan teknologi dengan sehat? Atau justru, tanpa kita sadari kita telah menjadi korban dari dunia digital yang terus berkembang? Sudah saatnya kita memikirkan ulang cara kita menggunakan teknologi dengan bijak dan mengupayakan keseimbangan yang lebih baik untuk kesehatan mental kita.