Kenaikan Harga BBM, Mobilitas Masyarakat Tetap Tinggi

Aulia Sahila
saya merupakan seorang mahasiswa di Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Ekonomi angkatan tahun 2020
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2022 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Sahila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Antrean SPBU di Kabupaten Kediri. (Sumber: Foto pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Antrean SPBU di Kabupaten Kediri. (Sumber: Foto pribadi)
ADVERTISEMENT
Adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akhir-akhir ini menimbulkan sejumlah gejolak perekonomian di masyarakat. Hal ini juga disebabkan dari adanya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan perekonomian lumpuh. Setelah melewati kondisi pandemi Covid-19 masyarakat justru dihadapi oleh kenaikan harga BBM. Hal inilah menimbulkan gejolak baru di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Salah satunya dapat kita lihat, aksi demo dilakukan oleh sejumlah mahasiswa di beberapa daerah. Demo ini tentunya bertujuan untuk menolak kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah. Namun, di sisi lain kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM ini tentunya tidak semata-mata berdampak negatif. Pemerintah memberlakukan kebijakan menaikkan harga BBM karena adanya anggaran subsidi BBM dan kompensasi energi negara melambung tinggi pada tahun 2022. Luhut sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia mengatakan, kenaikan harga BBM khususnya pada pertalite dan solar ini dikarenakan anggaran subsidi BBM dan kompensasi energi tahun 2022 mengalami pembengkakan hingga Rp502 triliun. Tidak hanya itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi pertalite dan solar membuat 40% kelompok masyarakat kurang mampu mengalami penurunan daya beli sebesar Rp8,1 triliun.
ADVERTISEMENT
Namun, yang terjadi di lapangan dapat kita amati bahwa kenaikan harga BBM ini tidak membuat mobilitas masyarakat mengalami penurunan. Masyarakat tetap membeli BBM walaupun adanya kenaikan harga. Tidak adanya penurunan mobilitas masyarakat ini karena adanya tuntutan aktivitas individu untuk tetap menjalankan aktivitas mereka untuk bekerja maupun menuntut ilmu yang tentunya hal tersebut membutuhkan BBM sebagai kebutuhan mobilitas mereka. Selain itu, alasan masyarakat tetap menjalankan aktivitas mereka tanpa mengurangi konsumsi BBM ini karena adanya kondisi pandemi yang mengharuskan kita untuk membatasi aktivitas di luar rumah.
Setelah melewati kondisi tersebut, masyarakat justru dihadapi oleh kenaikan harga BBM dan tentu akan menambah pengeluaran mereka pada saat melakukan aktivitas. Namun, masyarakat menghiraukan adanya kenaikan harga BBM tersebut. Hal ini dapat kita amati kondisi SPBU yang tetap ramai pembeli meskipun BBM sedang mengalami kenaikan harga. Selain di SPBU, dapat kita amati tempat-tempat wisata tetap ramai pengunjung. Padahal, untuk bepergian ke tempat-tempat wisata tersebut mereka membutuhkan BBM. Namun, masyarakat tidak terlalu memikirkan hal tersebut dikarenakan masyarakat ingin menghilangkan penat setelah dua tahun tidak diperbolehkan untuk bepergian ke tempat wisata.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, dari hasil pengamatan yang terjadi, adanya kenaikan harga BBM tidak berpengaruh pada penurunan mobilitas masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat juga dari daya beli masyarakat untuk konsumsi BBM tidak mengalami penurunan pula. Adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM yang merupakan salah satu faktor harga BBM subsidi naik ini akan berdampak positif untuk stabilitas perekonomian nasional jika benar-benar digunakan dengan tepat dan bijak. Hal ini karena subsidi BBM dapat dialokasikan untuk belanja negara yang lebih penting guna tercapainya pemulihan perekonomian akibat pandemi.