Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Keyakinan dan Kebebasan Perjalanan Novel "Atheis"
17 September 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aulia Latifa Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novel Atheis ini merupakan salah satu karya terpenting yang diciptakan oleh Achdiat K. Mihardja, tema dalam novel ini mengandung pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam novel ini menceritakan sebuah kisah seorang laki-laki yang bernama Hasan, ia merupakan seorang yang sholeh dan tinggal di lingkungan keluarga yang taat beribadah kepada Tuhannya, yakni Allah SWT. Ayah dan ibu Hasan selalu memberi tahu hasan bahwa orang yang tidak taat dan patuh akan perintah Allah maka akan dimasukan ke dalam siksa neraka, yakni siksaan terberat dan terpedih yang harus dijalani. Oleh karena itu Hasan selalu takut jika melakukan kesalahan dan teringat akan siksaan api neraka.
Tumbuhlah seorang Hasan dewasa, ia mulai menyukai seorang perempuan yang bernama Rukmini. Namun kisah cinta mereka tidak di restui oleh kedua orang tua mereka, karena Hasan dan Rukmini memiliki kasta yang berbeda. Kasta sangatlah berpengaruh untuk melaksanakan sebuah pernikahan pada saat itu. Hasan bekerja di bawah pemerintahan Jepang dan pergi merantau ke Bandung. Hasan bertemu dengan teman masa lalunya yakni Rusli, Anwar dan Kartini teman Rusli, namun Rusli dan Kartini memeluk keyakinan yang berbeda dengan Hasan, yaitu marxisme, sedangkan Anwar seorang yang tidak percaya Tuhan. Seiring berjalannya waktu, Hasan mulai merasakan tajuh cinta kepada Kartini, tatapi Hasan bertekad ingin mengajak Rusli, Anwar dan Kartini untuk menganut agamanya yakni Islam dan hanya menyembah Allah SWT. Tetapi ternyata rencananya tidak berjalan mulus, pemahaman dan perkataan dari Rusli dan Anwar lah yang mengkasut Hasan untuk berpindah keyakinan, akhirnya benteng iman Hasan perlahan mulai hancur.
ADVERTISEMENT
Hasan mengabari orang tuanya bahwa ia ingin menikahi Kartini, namun orang tua Hasan tidak merestui setelah mengetahui latar belakang keyakinan Kartini. Hasan sangat kecewa dan mengambil keputusan untuk menikahi Kartini secara diam-diam. Namun rumah tangganya berantakan karena pergaulan Kartini yang begitu bebas, bahkan kartini malah menjauh dari Hasan dan lebih sering menemui Anwar, Hasan berpendapat bahwa Kartini telah berselingkuh dengan Anwar. Akhirnya Hasan menceraikan Kartini.
Hasan kembali ke kampung untuk menemui dan meminta maaf kepada orang tuanya, saat sampai di rumah ternyata ayahnya sedang sakit keras, dan menolak untuk memaafkan Hasan. Hasan sangat sedih atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Hasan mempunyai niatan jahat untuk membunuh Anwar karena telah mengkhianati dan selingkuh dengan istrinya, Hasan pergi untuk menemui Anwar dan ingin segera membunuhnya namun suasana mulai ricuh, Hasan meninggal tertembak peluru di paha kirinya.
ADVERTISEMENT
1. Hasan
Hasan adalah seorang yang sholeh dan tinggal di lingkungan keluarga yang taat beribadah kepada Tuhannya. Hasan juga seorang yang tidak memiliki pendirian, mudah terhasut oleh perkataan orang lain, dan seorang yang dibutakan akan cinta kehidupan.
2. Ayah dan Ibu
Ayah dan ibu adalah sosok orang tua Hasan yang taat beribadah kepada Tuhannya.
3. Kartini
Kartini adalah seorang janda dari seorang saudagar arab dengan terpaksa dan menginginkan kebebasan kehidupan, ia seorang yang merubah Hasan, ia seorang yang paham merxisme seperti Rusli dan Anwar.
4. Rusli
Rusli adalah teman masa kecil Hasan, ia seorang yang paham marxisme dan pandai dalam berbicara seperti menghasut orang lain.
5. Anwar
ADVERTISEMENT
Anwar adalah teman baik Rusli, ia seorang yang berpegang teguh atas keyakinannya, ia seorang yang suka mempermainkan perempuan.
Ada banyak nilai dan pesan yang terkandung dalam novel ini, kita harus punya keyakinan dan iman yang kuat dalam menjalani hidup. Kita harus mempunyai pendirian yang kuat, jangan mudah terhasut oleh perkataan orang lain, jangan juga mudah dibutakan oleh cinta dan hawa nafsu. Dengan pendirian dan iman yang kuat akan menjadi pedoman yang kokoh untuk menghadapi kehidupan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Mihardja, Achdiat K. (1949). Atheis. Jakarta: Balai Pustaka