Konten dari Pengguna

Menggali Kematangan Perspektif Behavioristik dan Humanistik dalam Pembelajaran

Aulia Latifa Zahra
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Angkatan 2023
26 September 2024 13:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulia Latifa Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels
ADVERTISEMENT
Konsep kematangan merupakan sebuah teori dalam psikologi perkembangan yang menjelaskan tentang bagaimana individu melalui beberapa tahap hingga menggapai kematangan dalam aspek fisik, emosional, dan pikiran. Kematangan bukan hanya dipengaruhi oleh usia biologis, tetapi juga oleh pengalaman serta lingkungan. 
ADVERTISEMENT
Dalam bidang pendidikan, pemahaman mengenai kematangan memungkinkan seorang guru menyesuaikan metode pengajaran dan materi yang selaras dengan perkembangan siswa.
Teori behavioristik memandang pembelajaran sebagai perubahan perilaku yang bisa diamati secara langsung. Tokoh-tokoh seperti Thorndike, Pavlov, dan Skinner mengajukan bahwa perilaku belajar didasarkan pada hubungan antara stimulus dan respons, yang diperkuat melalui pengulangan atau penguatan.
Behaviorisme berfokus pada reaksi fisik terhadap rangsangan lingkungan, tanpa melibatkan aspek mental seperti emosi atau pemikiran. Dalam pandangan ini, pembelajaran dianggap sebagai proses pengembangan kebiasaan melalui pelatihan refleks fisik yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan.
Teori humanistik dalam pendidikan menekankan pada pencapaian aktualisasi diri dan pengembangan potensi penuh individu. Penganut aliran ini berpendapat bahwa proses belajar bermula pada diri manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Benjamin Bloom dan Krathwohl, menyatakan bahwa taksonomi ini mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dalam berbagai level, dari pengetahuan dasar hingga pemikiran kritis dan evaluasi. Teori ini juga memiliki beberapa yang dipelajari siswa seperti aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan afektif.
Taksonomi Bloom merupakan sebuah kerangka kerja pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom dan rekan-rekannya pada tahun 1956. Taksonomi ini digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam urutan yang meningkat.