Konten dari Pengguna

Media Sosial sebagai Sarana Personal Branding atau Pencitraan?

Angela Aulie
Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Saya memiliki minat dan kesenangan dalam menulis.
23 Juni 2022 13:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angela Aulie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berkembangnya teknologi informasi pada era globalisasi ini memudahkan kehidupan manusia dengan bantuan internet. Semua orang dapat mengakses informasi dan berita dari penjuru dunia, mencari hiburan, dan berkomunikasi dengan mudah berkat kecanggihan internet. Manfaat internet sebagai sarana berbagi informasi, mencari hiburan, dan komunikasi semakin dipermudah dengan bantuan media jejaring sosial atau yang biasa disebut media sosial. Namun, semakin bertambahnya zaman, pengguna media sosial memanfaatkan teknik pemasaran dan periklanan dengan maksud untuk menyusun citra dan reputasi diri melalui peran media sosial. Berbagai unggahan dan aktivitas yang bertebaran di media sosial seakan-akan merupakan hasil manipulasi yang bertujuan untuk mengindahkan citra dan reputasi diri.
Ilustrasi Media Sosial. Foto: shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Media Sosial. Foto: shutterstock.com
Berbagai platform media sosial memang dirancang untuk menarik perhatian penggunanya dengan membagikan berbagai aktivitas ekspresi diri yang ditujukan hanya untuk memperlihatkan sisi terbaik. Tak hanya itu, saat ini media sosial juga menjadi platform ajang pamer topeng dan pencitraan diri yang dikemas untuk membentuk persepsi masyarakat terhadap dirinya. Tanpa disadari dunia maya menunjukkan kehidupan yang penuh akan tipu daya dan seakan-akan menutupi realitas kehidupan yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, saat ini media sosial juga menjadi sarana pemenuhan kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan eksistensi diri. Banyak orang mengharapkan umpan balik yang berlimpah dari orang-orang yang belum tentu dikenal dengan patokan jumlah followers, like, dan komentar sehingga dapat menimbulkan pribadi yang berbeda di media sosial dan realita.
Lalu, apakah membangun citra diri di media sosial salah?
Tidak ada yang salah dalam usaha membangun citra dan reputasi diri melalui media sosial. Media sosial sebagai new media memang menjadi sarana yang tepat dan efektif bagi banyak orang untuk menunjukkan diri yang baik di depan banyak orang. Membangun citra diri yang positif di media sosial merupakan salah satu bentuk personal branding, di mana diperlukan untuk memberikan gambaran akan kualitas diri yang berguna bagi kehidupan. Namun, membangun personal branding dan pencitraan merupakan dua hal yang berbanding terbalik.
ADVERTISEMENT
Membangun personal branding memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai atau citra diri dengan menunjukkan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki untuk membangun persepsi positif kepada publik. Maka dari itu, personal branding didasari oleh kejujuran dengan menunjukkan diri yang sebenarnya sehingga mendapatkan umpan balik yang positif pula dari publik. Lain halnya dengan pencitraan yang menekankan pada membentuk citra diri sesuai keinginan atau harapan publik demi mendapatkan simpati. Usaha pencitraan ini sering kali digunakan untuk menutupi hal-hal buruk yang ada pada dirinya sehingga didasari oleh kebohongan.
Sering kali banyak orang menyalahartikan pencitraan sebagai bentuk personal branding. Mengunggah postingan kehidupan yang dilebih-lebihkan yang tidak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya karena terjebak dalam realitas palsu demi memenuhi gengsi. Oleh karena itu, banyak dari orang yang menunjukkan citra diri di media sosial berdasarkan kebohongan memiliki kepribadian yang berbeda di dunia nyata sehingga mengakibatkan umpan balik yang negatif pula dari publik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kebiasaan membagikan kebohongan di media sosial juga membawa dampak negatif bagi diri sendiri, seperti menyebabkan gangguan kesehatan mental. Seseorang bisa menjadi ketergantungan dengan media sosial, mengalami kecemasan, rendahnya kepuasan pada diri, keterampilan sosial yang menurun, dan merasa kesepian.
Membangun personal branding di media sosial juga harus diikuti dengan tindakan yang konkret di dunia nyata, tidak hanya sekedar ingin terlihat eksis dan populer serta mengharapkan pujian dari banyak orang di media sosial. Tentu saja ketika kita menunjukkan diri yang berbeda antara dunia maya dan dunia nyata dapat mengakibatkan penilaian diri yang buruk pula dari banyak orang.