Konten dari Pengguna

Bencana Nuklir Fukushima Daiichi

Auliya Dwi Kurniasari
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang, Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu Budaya
12 Oktober 2024 13:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Auliya Dwi Kurniasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meledaknya reaktor nuklir Fukushima Daiichi akibat terjangan gelombang tsunami di Jepang pada tahun 2011. (Foto : Reuters/ Kyodo)
zoom-in-whitePerbesar
Meledaknya reaktor nuklir Fukushima Daiichi akibat terjangan gelombang tsunami di Jepang pada tahun 2011. (Foto : Reuters/ Kyodo)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki letak wilayah cukup strategis. Jepang berada di kawasan "Cincin Api Pasifik" (Pacific Ring of Fire) yang merupakan wilayah dengan aktivitas tektonik dan vulkanik yang tinggi. Kondisi geografis tersebut membuat Jepang rawan terhadap bencana alam. Selain itu, bencana alam yang melanda Jepang ternyata dapat memicu timbulnya bencana baru yakni bencana nuklir pembangkit listrik Fukushima Daiichi yang menyebarkan zat radioaktif ke lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 3 Maret 2011, wilayah pantai selatan Jepang dilanda gempa dengan kekuatan 8,9 skala richter. Gempa tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami yang melanda daratan Jepang. Akibat adanya gempa dan tsunami yang datang pada waktu yang bersamaan, sehingga memicu terjadinya kecelakaan reaktor nuklir Fukushima Daiichi. Reaktor tersebut dibangun pada akhir tahun 1960-an dan beroperasi pada awal tahun 1970-an (McCurry 2016). Penahan terjangan tsunami yang di bangun dengan tinggi 6 meter tidak sanggup menghadang terjangan gelombang tsunami terhadap PLTN Fukushima, akibatnya gelombang tsunami menabrak reaktor nuklir sehingga menyebabkan meledaknya reaktor-reaktor nuklir terebut dan menyebarnya unsur radioaktif ke lingkungan sekitar. Kerusakan PLTN tersebut memicu munculnya bencana baru di Jepang yaitu bencana nuklir yang menyebarkan zat radioaktif pembangkit listrik Fukushima Daiichi. Zat radioaktif yang menyebar melebihi batas aman akan berbahaya pada kesehatan manusia karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat serius. Diantaranya yang berbahaya yaitu dapat menimbulkan penyakit kanker hingga dapat menyebabkan kematian. Kejadian tersebut tentu juga berdampak pada perekonomian Jepang. Gempa bumi, tsunami, dan bencana nuklir yang terjadi merusak sarana industri, perkantoran, dan tempat-tempat aktivitas ekonomi lainnya di Jepang.
ADVERTISEMENT
Terjadinya bencana alam dan bencana teknologi yang datang secara bersamaan ini merupakan bencana terbesar yang pernah ada di dalam sejarah Jepang. Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki manajemen bencana yang handal dan menjadi salah satu model pengelolaan bencana di dunia. Namun, kali ini Pemerintah Jepang tidak siap dalam menghadapi terjadinya bencana yang datang secara bersamaan. Ketidaksiapan Pemerintah Jepang dalam menghadapi bencana tersebut terlihat dari kurang adanya koordinasi antar lembaga pemerintah dan perusahaan operator reaktor nuklir dalam menangani bencana nuklir Fukushima Daiichi. Selain itu, Pemerintah Jepang mengalami kesulitan dalam memprediksi dampak kecelakaan reaktor nuklir yang ditimbulkan.
Dampak Paparan Radiasi Nuklir :
1. Dampak Terhadap Bahan Pangan
Makanan dan minuman merupakan suatu kebutuhan pokok bagi keberlangsungan hidup manusia. Terkontaminasinya makanan di beberapa daerah yang dekat dengan reaktor nuklir Fukushima tidak hanya mencemaskan penduduk lokal, namun juga penduduk di daerah lain. Paparan radiasi menyebabkan terganggunya distribusi makanan di Jepang secara nasional. Fukushima Prefecture menjadi pemasok keempat terbesar produk pertanian ke Tokyo dan wilayah lainnya sehingga hasil pertanian dari daerah tersebut dikhawatirkan terkontaminasi zat radioaktif. Bencana Fukushima juga berdampak besar terhadap sektor perikanan di Jepang. Penelitian yang dilakukan oleh Fisheries Agency terhadap 14.773 sampel produk perikanan dari Fukushima Prefecture, dan 24.360 sampel dari laut menunjukkan 53 persen dari sampel yang ditangkap pada periode Maret-Juni 2011 mengandung radioaktif lebih dari 100 Bq/kg (Yoshida, 2013).
ADVERTISEMENT
2. Dampak Terhadap Kesehatan
Zat radioaktif yang terkena tubuh akan ditandai dengan gejala seperti mual, muntah, diare, kelelahan ekstrem, serta kerusakan organ tubuh yang lain. Zat radioaktif juga dapat menyebabkan luka bakar yang sulit sembuh hingga menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh dengan merusak sumsum tulang yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu, zat radioaktif juga dapat menimbulkan risiko penyakit kanker, leukemia, serta kanker paru-paru. Zat radioaktif juga dapat merusak DNA, serta gangguan reproduksi seperti peningkatan risiko keguguran.
Dampak radiasi nuklir terhadap kesehatan tidak lepas dari perdebatan para ahli. Seorang ahli medis, Prof. Yamashita Shunichi, telah melakukan survei tentang dampak radiasi terhadap kesehatan di Fukushima Prefecture. Dari survei yang telah dilakukan, tidak diperoleh sampel yang terpapar radiasi dalam dosis tinggi sehingga disimpulkan bahwa bahwa radiasi nuklir Fukushima hanya berdampak kecil pada kesehatan manusia. Menurut Yamashita hasil survei tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukannya pasca bencana nuklir Chernobyl (Wataru et.al., 2012).
ADVERTISEMENT
3. Dampak Psikologis dan Sosial
Selain dampak fisik, paparan radiasi nuklir juga menimbulkan trauma psikologis bagi orang yang terpapar, seperti kecemasan, depresi, dan trauma berkepanjangan. Orang-orang yang selamat dari bencana nuklir sering mengalami stigma sosial, seperti hibakusha (sebutan bagi para korban selamat yang terdampak efek bom atom Hiroshima dan Nagasaki). Oleh karena itu, penanganan terhadap dampak radiasi nuklir memerlukan langkah mitigasi, pencegahan, dan rehabilitasi yang serius untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari konsekuensi jangka panjang yang ditimbulkan.
Bencana nuklir Fukushima Daiichi menimbulkan berbagai macam kerusakan baik yang meliputi kehidupan manusia maupun kehidupan lingkungan. Terjadinya bencana nuklir Fukushima Daiichi yang diluar prediksi, menyebabkan situasi yang tidak pasti. Ketidakpastian informasi yang diberikan oleh berbagai pihak sebagai penanggung jawab dari reaktor nuklir milik Tokyo Electric Power Company (TEPCO) dan para ilmuwan, membuat masyarakat gelisah. Selain itu, kurangnya koordinasi antara pemerintah dan TEPCO dalam menangani bencana nuklir Fukushima Daiichi ini menyebabkan tindakan yang kurang efektif. Hal-hal tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan strategi penanggulangan bencana nuklir Fukushima Daiichi secara mandiri, seperti mengungsi ke daerah yang lebih aman, memilih makanan serta minuman dari daerah yang tidak terkontaminasi zat radioaktif, serta mendorong mereka untuk mendeteksi daerah tertentu apakah terkena zat radioaktif atau tidak. Hal tersebut memberikan pemahaman yang baru terhadap masyarakat tentang energi nuklir yang tidak aman digunakan agar dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mendukung kawasan pembangunan yang aman dari paparan radiasi nuklir.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapannya, Jepang memang merupakan salah satu negara dengan manajemen penanggulangan bencana yang sudah terstruktur. Secara Jepang sudah siap apabila akan dihadapkan oleh bencana yang akan datang. Hal tersebut tidak luput dari usaha negara Jepang yang mengajarkan para masyarakatnya untuk mengantisipasi bencana alam bahkan dari usia dini. Meskipun Jepang dianggap sebagai negara yang terbaik dalam sistem kesiapsiagaan dan deteksi dini dalam menghadapi bencana alam, akan tetapi berbeda kasusnya dengan apa yang terjadi pada bencana nuklir yang menimpa daerah Fukushima. Bencana nuklir Fukushima Daiichi telah menyadarkan bahwa sistem kesiapsiagaan dan deteksi dini yang kuat untuk menghadapi bencana belum tentu cukup untuk menanggulangi bencana yang akan terjadi di luar prediksi. Oleh karena itu, sistem kesiapsiagaan dan deteksi dini dalam menghadapi bencana alam perlu diimbangi dengan memperbaiki dan meningkatkan koordinasi dan sistem informasi antar berbagai pihak. Serta perbaikan dalam hal penanggulangan bencana terutama bencana nuklir Fukushima Daiichi beserta dampak yang ditimbulkan nantinya.
ADVERTISEMENT