Konten dari Pengguna

Drama ‘Dear Hyeri’:Menyelami Realitas Gangguan Identitas Disosiatif yang Menarik

Auliya Diva Ramadhoni
Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
12 November 2024 21:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 23 November 2024 15:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Auliya Diva Ramadhoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
www.canva.com
zoom-in-whitePerbesar
www.canva.com
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, drama Korea telah menjadi salah satu fenomena global yang sangat terkenal. Salah satu drama yang menarik perhatian banyak orang adalah ‘Dear Hyeri’. Drama ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga membahas tema yang dalam: gangguan identitas disosiatif (DID). Mari kita lihat bagaimana ‘Dear Hyeri’ menggambarkan gangguan ini dan apa yang bisa kita pelajari dari karakternya.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Gangguan Identitas Disosiatif?
Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu gangguan identitas disosiatif. DID adalah kondisi di mana seseorang memiliki dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda. Setiap identitas ini memiliki cara berpikir, merasakan, dan berperilaku yang unik. Gangguan ini biasanya muncul akibat trauma berat yang dialami, terutama di masa kecil. Dalam drama ini, kita diajak untuk melihat bagaimana trauma bisa membentuk kepribadian seseorang. Menurut penelitian oleh Widyastuti dan Hidayati (2020), trauma masa kecil berperan penting dalam perkembangan DID, sehingga pemahaman tentang hal ini sangat diperlukan.
Kepribadian Ganda, www.canva.com
Karakter Utama dan Perjuangannya
Di ‘Dear Hyeri’, kita mengikuti perjalanan karakter utama yang berjuang dengan DID. Drama ini tidak hanya menunjukkan kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga bagaimana interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya memengaruhi proses penyembuhannya. Setiap kepribadiannya memiliki latar belakang yang berbeda, dan kita bisa merasakan betapa rumitnya perjuangan yang harus dilaluinya. Momen-momen emosional dalam drama ini membuat kita lebih memahami apa yang dialami oleh orang-orang dengan kondisi serupa.
ADVERTISEMENT
Pendekatan yang Sensitif
Salah satu hal yang membuat drama ‘Dear Hyeri’ istimewa adalah cara drama ini menangani isu kesehatan mental dengan sangat hati-hati. Alih-alih memperkuat stigma yang sering melekat pada gangguan mental, drama ini berusaha memberikan edukasi kepada penonton. Kita diajak untuk melihat perjalanan karakter dalam menghadapi ketakutan dan kebingungan, serta usaha mereka untuk menemukan jati diri. Ini adalah penggambaran yang sangat penting, karena dapat membantu mengubah cara kita memandang orang-orang yang mengalami gangguan mental. Studi oleh Prabowo dan Santosa (2021) menunjukkan bahwa representasi yang akurat dalam media dapat membantu mengurangi stigma terhadap individu dengan gangguan mental.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Melalui cerita yang kuat, ‘Dear Hyeri’ menyampaikan beberapa pelajaran berharga:
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
‘Dear Hyeri’ bukan hanya drama yang menghibur, tetapi juga sebuah karya yang mengangkat kesadaran tentang isu kesehatan mental yang sering terabaikan. Dengan menggali realitas gangguan identitas disosiatif, drama ini membantu kita memahami kompleksitas manusia dan pentingnya empati dalam menghadapi perbedaan.
ADVERTISEMENT
Semoga dengan banyaknya karya seperti ini yang berani mengangkat tema-tema sensitif, kita bisa menciptakan dunia yang lebih inklusif dan memahami bagi semua individu, terlepas dari kondisi mental yang mereka hadapi. Drama ini bukan hanya tontonan, tetapi juga ajakan untuk merenung dan memahami. Mari kita dukung karya-karya yang mendidik dan membuka ruang untuk diskusi tentang kesehatan mental, karena setiap cerita memiliki nilai dan pelajaran yang berharga.
Referensi:
Widyastuti, S., & Hidayati, N. (2020). Peran Trauma Masa Kecil dalam Perkembangan Gangguan Identitas Disosiatif. Jurnal Psikologi Indonesia, 17(2), 101-110.
Prabowo, A., & Santosa, R. (2021). Representasi Kesehatan Mental dalam Media: Mengurangi Stigma dan Meningkatkan Pemahaman. Jurnal Kesehatan Mental.