Konten dari Pengguna

Kota Naran, Pakistan: Kisah Perjalanan dan Pesona Indah Danau Saiful Malook

Auliyaur Rachman
Mahasiswa Pascasarjana Kajian Timur Tengah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Alumni International Islamic University of Islamabad, Pakistan.
18 November 2024 13:19 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Auliyaur Rachman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Lembah Naran/ Foto: Ridwan Miftahurrochman
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Lembah Naran/ Foto: Ridwan Miftahurrochman
ADVERTISEMENT
Naran adalah sebuah kota kecil dan merupakan tempat tujuan wisata yang sangat populer di kawasan Lembah Kaghan, Distrik Mansehra, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Kota ini sering dijuluki sebagai tanah bidadari karena keindahan alamnya yang memukau dan pesonanya yang luar biasa. Naran berada pada ketinggian 2,409 meter di atas permukaan laut, menawarkan pemandangan pegunungan yang menakjubkan di sekitarnya. Jarak kota Naran dari ibu kota Islamabad adalah sekitar 253 kilometer, yang dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih 8 jam. Selama perjalanan, para wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan berbagai daya tarik yang ada di sepanjang jalan menuju Naran.
ADVERTISEMENT
Dengan pesona alamnya yang sangat menakjubkan dan memikat, seperti keindahan Danau Saiful Malook yang berkilauan, sungai yang mengalir jernih seperti Sungai Kunhar, keindahan menakjubkan Lalazar Babusar Top, serta Lembah Noori yang menghijau dan Purbi Loire yang menawan. Setiap tahunnya, kota Naran berhasil menarik perhatian banyak kalangan wisatawan, pendaki yang mencari tantangan, fotografer yang ingin menangkap keindahan alam, serta pecinta alam yang ingin menjelajahi keindahan yang ditawarkan. Baik pengunjung lokal dari berbagai penjuru Pakistan maupun wisatawan asing dari berbagai negara, mereka semua tertarik untuk mengunjungi Naran dan menikmati semua daya tarik yang ada di sana.
Kota Naran biasanya mengalami penutupan selama musim dingin bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi tempat tersebut. Hal ini terjadi karena terdapat potensi besar dari jalan-jalan yang bisa tertutup salju sehingga bisa membahayakan kendaraan yang melintasinya. Keadaan ini membuat akses menuju Kota Naran menjadi sulit dan berisiko, sehingga pihak pengelola memutuskan untuk tidak membuka area wisata tersebut. Namun, setelah musim dingin berakhir, kota tersebut akan kembali dibuka untuk para pelancong saat memasuki musim semi dan musim panas. Periode pembukaan ini berlangsung antara bulan Maret hingga September, waktu di mana keindahan alam Naran benar-benar muncul. Selama periode ini, pengunjung dapat menikmati panorama alam yang hijau dan segar, ditambah dengan cuaca yang sejuk dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT

Perjalanan Menuju Kota Naran

Suasana Pagi di Balakot/ Foto: Auliyaur Rachman
Penulis mendapat kesempatan untuk menjadi tour guide Ikatan Pengusaha Muda Indonesia (IPMI) Lampung, yang sedang mengikuti program Jama'ah Tabligh di Pakistan selama 4 bulan. Kami pun berkesempatan untuk mengunjungi Naran pada bulan Oktober, yang kebetulan merupakan waktu musim gugur. Meskipun terdapat sejumlah risiko yang harus dihadapi akibat cuaca yang mulai terasa dingin, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan semangat.
Kami berangkat dari Islamabad sekitar pukul 16.00, setelah terlebih dahulu mengisi perut di sebuah rumah makan yang menyajikan hidangan halal dengan nuansa Chinese. Suasana makan yang hangat dan makanan yang lezat membuat kami merasa siap untuk memulai perjalanan yang panjang ke tempat tujuan. Dalam perjalanan, kami melewati beberapa kota yang menarik seperti Haripur, yang dikenal dengan keindahan alamnya, kemudian Abboutabad yang dikelilingi pegunungan, dan akhirnya menuju Manshera sebelum malam tiba. Kami memilih untuk bermalam di Kota Balakot, karena kondisi jalan yang gelap tanpa lampu dan berbahaya, tidak memungkinkan kami untuk melanjutkan perjalanan. Setelah beristirahat, keesokan harinya setelah melaksanakan shalat Subuh, rombongan pun melanjutkan perjalanan menuju Naran.
ADVERTISEMENT
Cuaca yang cukup menusuk tulang, membuat kami mengenakan jaket tebal untuk menjaga kehangatan tubuh. Namun, suasana indah dan mempesona kota Balakot menghibur kami dan membuat perjalanan ini semakin berkesan. Dalam perjalanan menuju Naran, mata kami dimanjakan oleh pemandangan yang luar biasa, khas Pegunungan Himalaya, dengan cairan gletser yang mengaliri Sungai Kunhar. Keindahan alam ini menghiasi sepanjang jalan menuju District Shogran dan Kaghan, sebelum akhirnya sampai di Kota Naran. Setiap sudut pegunungan yang kami lewati meningkatkan rasa kagum dan takjub kami terhadap keindahan alam yang ada di sekitar.
Pada pukul 10.00, kami pun tiba di Kota Naran, yang ternyata cukup sepi pengunjung pada musim gugur. Sepanjang perjalanan menuju Naran dari Balakot, kami menemukan bahwa akses menjadi jauh lebih mudah dan nyaman. Hal ini terjadi karena jumlah pengunjung yang datang tidak sebanyak pada musim semi atau panas, di mana tempat tersebut biasanya dipadati oleh wisatawan yang membawa kendaraan. Dengan demikian, kami merasa lebih leluasa untuk menikmati keindahan alam dan suasana yang tenang di sana.
ADVERTISEMENT

Keindahan Danau Saiful Malook

Danau Saiful Malook/ Foto: Auliyaur Rachman
Setelah tiba di Kota Naran yang terlihat cukup sepi dan tenang, rombongan kami mulai mencari tempat untuk menikmati nasyta, istilah dalam bahasa Urdu yang berarti sarapan, sebelum melanjutkan perjalanan yang cukup menantang menuju Danau Saiful Malook. Danau ini terletak di puncak yang tinggi di Kota Naran dan dikenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Perjalanan menuju Saiful Malook memerlukan waktu sekitar 2 jam menggunakan kendaraan Jeep yang telah disediakan. Setelah sekitar 15 menit menjalani perjalanan, kami dikejutkan oleh pemandangan salju yang sudah memenuhi area jalan. Keberadaan salju ini membawa suasana yang berbeda, namun juga membawa tantangan tersendiri. Kami merasakan penurunan oksigen yang cukup signifikan, sehingga membuat kami kesulitan untuk bernafas dengan normal. Situasi ini menambah kesulitan dalam pendakian, namun sekaligus meningkatkan rasa petualangan yang kami rasakan di tempat yang indah ini.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati perjalanan yang melelahkan di jalan yang terjal dan licin karena salju yang menutupi, rombongan kami akhirnya tiba di tepian Danau Saiful Malook. Suara sorakan gembira dari sebagian anggota kami menggema saat melihat keindahan salju, terutama karena di antara kami ada yang baru pertama kali menyaksikan salju secara langsung. Cuaca di puncak gunung memang sangat dingin, suhu mencapai sekitar -4 derajat Celsius, yang membuat kami semua menggigil kedinginan. Rasa dingin ini semakin parah dengan tipisnya kandungan oksigen di udara yang membuat kami merasa kesulitan untuk bernafas. Meskipun demikian, pemandangan yang menakjubkan dan keindahan alam di sekitar danau ini seolah membayar semua rasa lelah dan kesulitan yang kami alami sepanjang perjalanan. Melihat salju yang membentang luas dan pegunungan yang menjulang tinggi, semua rasa letih seolah sirna dalam sekejap.
ADVERTISEMENT
Pemberian nama Danau Saiful Malook sendiri, terinspirasi dari kisah dongeng Seribu Satu Malam yang melegenda tentang seorang pangeran Mesir, bernama Saiful Malook, yang jatuh cinta kepada putri peri bernama Badrul Jamal. Cerita tersebut kemudian diadopsi ke dalam syair Punjabi oleh penyair dan mistikus abad ke-19, Mian Muhammad Bakhsh. Dalam cerita tersebut, pangeran bermimpi melihat sebuah danau dan seorang peri, bernama Badrul Jamal dan bersedia menghadapi berbagai rintangan, petualangan, dan tantangan demi cintanya. Kisah ini melibatkan elemen cinta, sihir, penderitaan, dan pengkhianatan, menciptakan narasi kaya dan menarik yang menginspirasi penamaan danau tersebut.
Karena terlalu asik bermain salju yang begitu menyenangkan, tak terasa waktu berlalu dengan cepat dan matahari pun tak lagi berada tepat di atas kepala kami. Ini adalah pertanda bahwa waktu sore akan segera berakhir. Dengan kesadaran bahwa hari mulai gelap, kami pun segera berkemas untuk kembali ke Islamabad. Sebelum meninggalkan tempat indah ini, kami semua mengabadikan momen berharga dengan berfoto bersama. Kami berlomba-lomba untuk mengambil pose terbaik dan saling tersenyum, seolah ingin merangkul kenangan ini agar tetap teringat selamanya.
ADVERTISEMENT
Itulah sepenggal kisah perjalanan kami mengenai Naran yang memukau, para jamaah yang ceria, dan musim gugur yang dingin. Semoga di lain waktu, terdapat kesempatan yang baik untuk kembali mengunjungi Naran yang indah. Kami sangat ingin menikmati lagi pesona alam negeri ini yang masih banyak orang belum ketahui. Karena dalam bahasa Persi, Pakistan berarti tanah yang murni atau suci, negeri yang selalu diberkahi dengan keindahan alam yang luar biasa. Maka, sangat disayangkan jika kita tidak menjelajahi lebih jauh keajaiban alam yang ditawarkan oleh negara yang menakjubkan ini. Kami yakin bahwa ada banyak tempat lain yang belum terjamah, dan kami berharap bisa kembali untuk menjelajahinya.
Menikmati Pesona Naran. Foto: Auliyaur Rachman