Konten dari Pengguna

Menyelami Makna di Balik Seragam

Andi Wijaya Rivai
Doctor of criminology, University of Indonesia. Berbisik ke bumi, langit kan mendengar.
5 Desember 2024 12:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andi Wijaya Rivai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber; dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber; dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Membaca buku “Di Balik Seragam” seperti sedang menyelami latar kehidupan dan pemikiran Komjen Pol. Drs. Agus Andrianto, S.H., M.H., sebagai tokoh utama dalam buku ini. Kehidupan yang diselimuti perjuangan yang tidak mudah bahkan sejak masih dalam masa kandungan. Pun kehidupan setelahnya, masa anak-anak, remaja, dan dewasa, hingga masa pengabdiannya sebagai anggota Polri. Latar kehidupan ini pula yang sepertinya melahirkan pemikiran dan prinsip-prinsip hidup yang dia pegang kokoh. Dalam pandangan Fahri Hamzah, yang ditulisnya untuk mengantar peluncuran buku ini, menyebut jika sikap dan kepribadian Agus Andrianto sebagai pribadi yang rendah hati dan sederhana yang bersumber dari mata air prinsip dan pengetahuan yang berakar pada agama, spiritualitas, dan khasanah kebudayaan bangsa.
ADVERTISEMENT
Buku setebal 164 halaman yang ditulis oleh Agus Sukoco, dengan penerbit Kompas tahun 2024 ini mengupas prinsip-prinsip hidup melalui cerita inspiratif dan reflektif yang mendalam. Cerita yang terangkum dalam anak-anak judul buku, seperti “Ada yang Terlihat dan Tak Terlihat”, “Tugas Polisi adalah Salat”, “Semua Bukan Milik Kita”, Setiap manusia Menjalani Takdirnya Masing-Masing”, “Bersyukur Masih Dipercaya Menjadi Selokan”, “Ingat! Ada Saat Dunia Berpaling Dari Kita”, “Mengaji”, “Belajar Merasa Rendah dan Hina, “Belajar kepada Tukang Parkir”, dan beberapa anak judul berikutnya yang kesemuanya sarat makna kehidupan.
Cerita-cerita penuh makna yang disajikan dalam buku ini sesungguhnya diharapkan oleh Agus Andrianto dapat mengetuk dan membangunkan mereka yang mungkin sedang tertidur, yang terkadang mereka tidak menyadari jika mereka tengah tertidur, yakni tidur pikiran, tidur mental, dan tidur batin. Bangunlah, karena sesungguhnya manusia mengemban misi agung yang disematkan oleh Tuhan; misi untuk menegakkan nilai-nilai kebajikan. Bangunlah, untuk dapat menunaikan tanggung jawab yang telah disematkan oleh Tuhan. Tanggung jawab untuk mengabdikan diri pada masyarakat, bangsa, dan negara. Bangun untuk mencapai kesadaran tentang keberadaan diri.
Sumber; dokumen pribadi
Kesadaran kita untuk memahami eksistensi keberadaan akan melahirkan pemahaman akan tugas dan tanggung jawab yang harus ditunaikan. Bahwa apa yang melekat pada diri kita adalah ‘titipan’ yang nantinya akan dipertanggungjawabkan. Pangkat dan jabatan yang kita sandang adalah titipan, oleh karenanya harus digunakan untuk kemaslahatan umat. Tarekat terbaik yang harus dilakukan adalah dengan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara professional.
ADVERTISEMENT
Apapun profesi atau status sosialnya, maka jalani dan syukuri. Setiap diri kita menjalani takdirnya masing-masing, maka terima dan jalankan takdir hidup kita dengan baik dan penuh rasa syukur. Kesanggupan kita untuk bersyukur akan menghadirkan kebahagiaan dan penghargaan yang tinggi atas hidup yang tengah dijalani. Setiap orang perlu untuk melakukan yang terbaik, bukan tentang hasil, tetapi perihal menikmati perjalanan untuk bertumbuh.
Perjalanan hidup kita adalah tentang bertumbuh, untuk mengalirkan kebermanfaatan bagi orang lain. Bahkan jika pun kita harus menjadi ‘selokan’ maka syukurilah, karena dengan itu kita bisa menjadi perantara untuk mengalirkan sesuatu pada yang lain. Dalam hukum kesemestaan, segala sesuatu bergerak, bergeser, dan berubah. Kita hanya menjadi perantara atas apa yang diberikan Tuhan. Alirkan apa yang kita miliki untuk kebermanfaatan sesama. Karena sesungguhnya, setiap kebaikan yang kita perbuat akan berbalik menghampiri kita.
ADVERTISEMENT
Setiap kita sudah semestinya mampu untuk meningkatkan nilai diri, mengolah potensi yang dimiliki. Kita ingin menjadi manusia yang dibutuhkan keberadaannya, diharapkan kehadirannya karena ada manfaat yang diberikan. Dan kita tentu tidak ingin menjadi manusia haram, yang kehadirannya tidak memberikan manfaat, bahkan cenderung merusak.
Sumber; dokumen pribadi
Itulah beberapa pemikiran dan prinsip hidup yang tertuang dalam buku ‘Di Balik Seragam’ yang terjabarkan dalam 26 anak judul. Pemikiran yang ditulis dalam anak judul “Ingat! Ada Saat Dunia Berpaling dari Kita” bukanlah anak judul terakhir dari buku tersebut. Tapi ijinkan saya untuk mengungkapkan pemikiran tersebut dalam akhir tulisan singkat ini. Dalam anak judul ini mengingatkan kepada kita bahwa fase tertinggi kehidupan kita adalah saat kita mampu menjalani kehidupan yang penuh dengan derma, mengabdikan diri untuk kemanfaatan orang lain dengan penuh cinta kasih. Dengan menjalani kehidupan dengan baik, maka itu akan menjadi sumbangan kebaikan yang akan dikenang oleh masyarakat. Setiap kita yang memiliki deposit kebaikan, sesungguhnya tidak sedang dipalingi, dipunggungi, dan dipungkuri dunia, tetapi ia yang memalingi, memunggungi, dan memungkuri dunia karena perjalanan hidup memang harus berlanjut menunju megatruh, yaitu tua dan mati.
ADVERTISEMENT
Buku ini memang lebih banyak mengambil latar profesi polisi. Hal ini tidak lepas dari sosok Agus Andrianto yang merupakan Wakil Kepala Polri saat buku ini diluncurkan. Namun demikian, pemikirian dan prinsip hidup yang dia pegang kokoh dan dituangkan dalam buku ini sejatinya dapat dikaji dan diadopsi oleh siapapun tanpa melihat latar belakang profesi ataupun pakaian seragam yang dikenakan. Selamat membaca.
Terima kasih
Purwokerto, 05-12-2024