Kesehatan Mental Dapat Dipengaruhi oleh Pandemi

Aura Balqis
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Konten dari Pengguna
21 Desember 2021 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aura Balqis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi, foto dari perempuan yang sedang menangis dan mencoba untuk mengontrol emosinya sendiri. (https://www.pexels.com/photo/grayscale-photography-of-crying-woman-568027/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi, foto dari perempuan yang sedang menangis dan mencoba untuk mengontrol emosinya sendiri. (https://www.pexels.com/photo/grayscale-photography-of-crying-woman-568027/)
ADVERTISEMENT
Apa yang kamu ketahui tentang kesehatan mental? Pada tahun 2020 kasus kesehatan jiwa di Indonesia mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kasus sebanyak 277 ribu kasus yang tercatat dari awal hadirnya pandemi COVID-19 hingga bulan Juni lalu. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA yaitu Siti Khalimah mengatakan alasan meningkatnya kasus ini dikarenakan sulitnya akses serta permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu sehingga mereka mengalami depresi. Mereka mencari cara yang mudah yaitu untuk memasung orang yang terkena sakit jiwa tersebut. Dampak dari pandemi ini tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi saja, melainkan dapat kena juga dengan kesehatan mental yang dimiliki oleh masyarakat. Mereka menghadapi tekanan mental dalam menjalani permasalahan hidupnya sehari-hari. (Susanto, 2020)
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah saya paparkan di atas, banyaknya masalah kesehatan mental di Indonesia ini tentunya memiliki banyak faktor. Salah satunya yaitu masyarakat Indonesia masih menganggap permasalahan kesehatan mental ini dianggap tabu. Tak jarang dari mereka pun menganggap bahwa orang yang mempunyai masalah kesehatan mental adalah orang yang tidak mempunyai kedekatan dengan Tuhan. Padahal perlu diketahui sekali lagi bahwa adanya gangguan kejiwaan merupakan sebuah kondisi secara medis dalam otak. Hal ini tentunya membuat para penderita gangguan jiwa merasa terasingkan, hingga tidak berani untuk mengatakan mereka membutuhkan bantuan. Karena stigma yang ada di Indonesia ini membuat penyelesaian kasus gangguan kesehatan mental ini terhambat.
Kondisi yang baik dan dimiliki oleh masing-masing individu ketika ia bisa menjalani kehidupannya dan mampu untuk melakukan penyesuaian terhadap masalah yang pasti akan ia temui disepanjang hidupnya. Dikutip dari WHO, kesehatan mental ini adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari oleh individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif, dan menghasilkan, serta berperan penting bagi komunitasnya. Definisi menurut UU No. 3 tahun 1966 mengatakan bahwa kesehatan jiwa ini keadaan di mana suatu kondisi yang memungkinkah perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain. Santrock mengatakan bahwa masalah kelainan dalam mental ini bisa disebabkan oleh faktor psikologi di mana seseorang dengan pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai perilaku, kebiasaan, dan sifatnya di masa yang akan datang. (Putri, Wibhawa, & Gutama, 2014)
ADVERTISEMENT
Contoh kasus kesehatan mental yang terjadi kepada salah satu artis korea yaitu Sulli. Beliau merupakan idol K-pop yang berasal dari grup f(x). Ia telah ditemukan bunuh giri dengan cara menggantungkan dirinya di lantai 2 rumahnya. Manajer dari Sulli menemukannya pada hari Senin, 14 Oktober 2019 tepat pada pukul 15.12. Aksinya ini dimulai ketika ia mendapatkan hujatan yang dilakukan melalui akun sosial medianya. Hal ini disebabkan karena Sulli mulai mengunggah konten yang tidak disukai oleh para penggemarnya. Sehingga, Sulli yang awalnya memiliki sifat yang ceria dan ramah, berubah menjadi pendiam dan takut untuk mengucapkan segala sesuatu yang keluar dari mulutnya itu.
Tentunya kamu harus mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya penyakit mental pada seorang individu. Jika melihat dari faktor biologisnya (gangguan mental organik) beberapa faktornya yaitu : a) adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, b) infeksi yang diakibatkan oleh Streptococcus, c) kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan, d) penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang, dan lain-lainnya. Kemudian yang kedua bisa karena adanya faktor psikologis, salah satunya yaitu : a) peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual, b) perasaan rendah diri, tidak mampu, marah hingga kesepian, c) kurang mampu bergaul dengan orang lain dan lain-lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengatakan bahwa pandemi bisa menjadi faktor pemicu bagi datangnya stres yang tentunya membuat orang lebih rentan untuk mengalami gangguan mental. Gangguan mental ini tidak hanya melulu soal depresi. Karena penyakit skizofrenia, gangguan kecemasan, bipolar hingga tidur pun merupakan salah satunya.
ADVERTISEMENT
Pencegahan yang dapat kita lakukan yaitu dengan cara melakukan olahraga rutin, makan secara teratur, serta kelola stres dengan baik. Yang kedua, bisa dengan cara mengikuti aktivitas yang disukai, contohnya mengikuti perkumpulan komunitas yang akan membuat kita bersosialisasi dengan satu sama lain. Yang ketiga, bisa dengan melatih diri untuk menenangkan pikiran dan melakukan relaksasi, contohnya dengan kita melakukan meditasi dan yoga. Yang terakhir dengan cara membatasi diri dari minuman yang beralkohol dan minuman yang mengandung kafein. Tak lupa, untuk mencegah gangguan mental ini bisa dimulai dari kita sendiri, dengan cara selalu memperhatikan keadaan orang lain. Serta mengedukasi lingkungan disekitar bahwa penyakit ini bukanlah aib yang harus ditutup-tutupi.
Saya pikir untuk menjaga kesehatan mental dikala pandemi ini sangat sulit. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk keluar rumah dengan ketakutan virus serta sudah lamanya kita tidak berkomunikasi dengan orang lain membuat kita terkesan kaku. Padahal, bersosialisasi itu penting. Terkadang, kita merasa bahwa kita tidak dihargai keberadaannya hanya karena tidak ada orang yang menanyakan kondisi kita pada saat ini. Kesepian itu dibuat oleh diri sendiri, apabila kita ingin diperhatikan tentunya kita juga harus menampilkan eksistensi diri kepada orang banyak. Buktikan bahwa kita ada dengan melakukan bersosialisasi. Saran saya, jangan terlalu bergantung pada ekspetasi yang kamu buat sendiri. Karena itu hanya akan menambah beban pikiran saja.
ADVERTISEMENT
Referensi