Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menstrual Cup, Tren Baru yang Bantu Jaga Kesehatan Lingkungan
18 Januari 2022 22:47 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Aurelia Debora Angelica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah menjadi masalah serius yang di hadapi Indonesia, tercatat bahwa Indonesia sebagai negara penyumbang sampah terbesar kedua di dunia. Setiap hari terdapat ribuan ton sampah diproduksi masyarakat yang menimbulkan pencemaran lingkungan. Sampah – sampah tersebut terdiri dari sisa pembuangan limbah pabrik ataupun limbah rumah tangga, baik bersifat organik dan juga anorganik. Sampah organik seperti sampah sayuran, sisa makanan, kayu, dan lain lain yang masih dapat di daur ulang akan berhenti di tempat pembuangan akhir ( TPA ).
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan sampah anorganik?
Dengan kemajuan teknologi, muncul berbagai produk praktis sekali pakai yang digunakan masyarakat untuk mempermudah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal produk sekali pakai dapat merusak lingkungan karena termasuk jenis sampah anorganik atau tidak mudah untuk di daur ulang.
Cara yang tepat untuk menanggulangi jenis sampah ini adalah dengan pengunaan barang – barang alternatif ramah lingkungan. Berbagai inovasi telah diciptakan untuk mendukung upaya mengurangi sampah lingkungan ini, salah satunya Menstrual cup.
Meskipun kesadaran masyarakat terhadap bahaya serta buruknya sampah sudah ada, namun kesadaran tersebut belum ada upaya baik serta tindakan sehingga menurut penulis penggunaan Menstrual cup sebagai pengganti pembalut sekali pakai harus dimanfaatkan perempuan Indonesia untuk mengurangi sampah lingkungan.
Menstrual cup adalah produk pengganti pembalut sekali pakai yang terbuat dari karet atau silikon fleksibel berbentuk corong yang berfungsi untuk menampung darah menstruasi dan dapat digunakan berulang kali. Saat ini, penggunaan menstrual cup masih asing digunakan oleh perempuan Indonesia karena beberapa hal seperti, adanya rasa takut saat menggunakan, cara penggunaannya yang sulit, serta adanya sugesti bahwa penggunaan menstrual cup membuat hilangnya keperawanan.
ADVERTISEMENT
Padahal penggunaan menstrual cup sangat mempengaruhi jumlah sampah yang diproduksi. Siklus menstruasi dialami perempuan yang telah puber selama 3 sampai 7 hari, jika dalam satu hari ada 5 pembalut yang terpakai dan menurut hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2020 jumlah penduduk perempuan mulai dari kelompok 10 tahun berjumlah 115 juta penduduk maka akan menumpuk 4,25 miliar sampah pembalut setiap bulannya.
Sampah pembalut sekali pakai yang menumpuk itu dapat menimbulkan gas metana yang merupakan salah satu faktor efek rumah kaca sehingga terjadinya pemanasan global.
Dengan persentase 42%, bahan dari pembuatan pembalut sekali pakai diyakini berasal dari superabsorbent yang hanya bisa terurai setelah ratusan tahun. Penggunaan bahan superabsorbent ini senilai dengan penggunaan 4 kantong plastik sekali pakai loh! Apalagi ditambah dengan kebiasaan beberapa masyarakat yang membuang pembalut ke kloset bahkan sampai berakhir di laut, hal ini dapat berbahaya bagi hewan – hewan yang tinggal di sekitarnya dan mencemari lingkungan laut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembalut sekali pakai juga mengandung zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan. Yang pertama adalah gas klorin, gas ini menghasilkan zat dioksin yang memiliki sifat karsinogenik, yaitu memicu pertumbuhan kanker. Zat kimia berberbahaya lainnya adalah pestisida, pembalut yang mengandung pestisida dapat membahayakan kesehatan vagina karena dapat menyebabkan reaksi alergi berupa gatal, kemerahan, nyeri, hingga mengalami pembengkakan .
Kerena itu mengapa kita tidak beralih ke alternatif ramah lingkungan?
Faktanya Menstrual cup tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan lingkungan tetapi juga kesehatan penggunanya. Penggunaan menstrual cup dapat menurunkan terjadinya risiko lecet yang terkadang muncul saat menggunakan pembalut sekali pakai.
Keseimbangan pH dan bakteri di vagina lebih terjamin karena fungsi dari menstrual cup hanya menambung darah, tidak seperti pembalut sekali pakai yang menyerap darah juga cairan di vagina. Namun seperti yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya, masih banyak orang yang menganggap bahwa penggunaan menstrual cup dapat menghilangkan keperawanan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari halodoc.com menjelaskan bahwa seorang perempuan dilahirkan dengan hymen atau selaput dara dengan kelenturan yang berbeda. Biasanya selaput dara dapat robek ketika jika jatuh dari sepeda, olahraga yang ekstrem dan saat berhubungan intim. Sehingga bisa dikatakan bahwa, selaput dara yang robek tidak untuk melihat apakah seorang perempuan perawan atau tidak.
Menurut penulis, edukasi kepada masyarakat seharusnya tidak hanya tentang bahaya sampah tetapi juga diperlukannya edukasi tentang pengenalan produk alternatif lingkungan ramah lingkungan. Pengenalan menstrual cup kepada perempuan Indonesia sebagai salah satu produk alternatif sudah mulai mengalami kemajuan. Terbukti bahwa adanya pengenalan melalui Influencer di media daring.
Video yang telah ditonton 1,4 juta tersebut telah berhasil memberikan pengenalan produk menstrual Cup dengan baik. Dengan jumlah penonton yang banyak tersebut, menurut penulis rasa penasaran masyarakat terhadap produk ini sudahlah ada meskipun beberapa orang masih menganggap tabu dan sulit diterima. Namun, menurut penulis ini merupakan cara yang cukup efektif sebagai langkah awal dengan target pasar kelompok usia remaja.
ADVERTISEMENT
Tetapi itu saja tidak cukup, diperlukan juga edukasi – edukasi tentang cara yang tepat tentang penggunaan menstrual cup oleh para ahli seperti dokter, perawat, dan staff medis lainnya. Ketersediaan menstrual cup dipasar juga haru ditingkatkan karena saat ini menstrual cup hanya dapat dibeli melalui platform – platform online sehingga tidak semua orang dapat membeli produk tersebut.
Referensi :
Ningsih, W. L. (2021, Mei 19). Jumlah Penduduk Indonesia 2020 Berdasarkan Komposisi Usia. Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/19/123946879/jumlah-penduduk-indonesia-2020-berdasarkan-komposisi-usia
Pane, d. M. (2019, Juli 3). Kenali Bahan-Bahan pada Pembalut Berbahaya. Retrieved from alodocter.com: https://www.alodokter.com/selain-klorin-ini-fakta-pembalut-berbahaya-yang-perlu-anda-ketahui
Zakiah, N. (2020, Juli 29). 5 Fakta Miris Seputar Sampah Pembalut, Bahaya bagi Lingkungan. Retrieved from idntimes.com: https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah/5-fakta-miris-seputar-sampah-pembalut-bahaya-bagi-lingkungan-c1c2/5