Konten dari Pengguna

The 5 Stages of Grief: Tahap Kedukaan Usai Merasakan Kehilangan

aurelia josephine
Mahasiswi Binus University
23 Januari 2023 15:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aurelia josephine tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Inzmam Khan: https://www.pexels.com/photo/man-in-black-shirt-and-gray-denim-pants-sitting-on-gray-padded-bench-1134204/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Inzmam Khan: https://www.pexels.com/photo/man-in-black-shirt-and-gray-denim-pants-sitting-on-gray-padded-bench-1134204/
ADVERTISEMENT
Kedukaan (grief) merupakan proses yang menyakitkan bagi setiap manusia. Tidak ada satu orang pun yang tidak pernah mengalami perasaan duka usai kehilangan.
ADVERTISEMENT
Setiap kita pasti pernah mengalami perasaan duka di dalam hidup, baik itu disebabkan oleh kehilangan seseorang yang disayangi, kehilangan benda yang berharga hingga kehilangan pekerjaan.
Ketika menghadapi kehilangan, masing-masing kita memiliki respons kedukaan yang berbeda. Sebagian dari kita merasakan rasa sedih yang mendalam, sebagian mencoba untuk menolak kenyataan yang ada, sedangkan sebagian lainnya merasakan kemarahan yang mendalam. Nyatanya, semua perasaan ini valid untuk dialami oleh kita sebagai manusia.
Beragam perasaan duka usai kehilangan ini telah dijelaskan oleh Dr. Elisabeth Kubler-Ross di dalam bukunya yang berjudul “On The Death and Dying (1969)”.
Dalam buku tersebut, Dr. Kubler-Ross menyebutkan bahwasanya setiap manusia menghadapi lima tahapan kedukaan di dalam hidupnya, yang dikenal secara umum dengan sebutan the 5 stages of grief. Tahapan di dalam 5 stages of grief yang dimaksud berupa:
ADVERTISEMENT

1. Penyangkalan (Denial)

Ilustrasi Perempuan Menolak. Foto: Shutter Stock
Ketika dihadapkan dengan kehilangan, seseorang akan kesulitan untuk menerima kenyataan secara ikhlas. Ketidakikhlasan akan kehilangan yang dialaminya, akan mendorong orang tersebut untuk berusaha lari dari kenyataan dengan mempertanyakan ulang kedukaan yang telah terjadi dan menyangkalnya.
Tindakan ini merupakan tahapan pertama dari 5 stages of grief yang disebut sebagai penyangkalan (denial). Penyangkalan muncul dalam beragam rupa, seperti mempertanyakan kenyataan, memendam perasaan, dan perasaan hampa hingga mati rasa. Tahap penyangkalan ini hanya akan bertahan sebentar saja, sebelum akhirnya perasaan duka itu meledak.

2. Kemarahan (Anger)

Ilustrasi Marah-marah. Foto: Shutter Stock
Ketika seseorang melakukan penyangkalan, sejatinya ia sedang memendam sekaligus memupuk perasaan duka yang dirasakan. Namun, pada suatu saat, penyangkalan yang dilakukan secara terus menerus akan membangkitkan kemarahan yang mendalam di dalam diri seorang.
ADVERTISEMENT
Kemarahan merupakan bentuk coping mechanism dari perasaan duka, yaitu ketika seseorang menyembunyikan kesedihan dan perasan sakit yang sedang dialaminya.
Dalam tahapan ini, seseorang mencoba untuk melampiaskan emosinya dengan bersikap agresif dan menyebarkan kebencian terhadap lingkungan atau orang di sekitarnya.

3. Tawar-Menawar (Bargaining)

Ilustrasi stres. Foto: Shutterstock
Fase kemarahan memakan banyak energi dari diri seseorang. Alhasil, diri seseorang akan kelelahan dan berhenti untuk melampiaskan emosinya melalui kemarahan. Selanjutnya, ia akan menghadapi fase tawar-menawar.
Dalam fase ini, kita akan mendapati seseorang berupaya untuk menawar kesedihannya dengan melakukan negosiasi. Bentuk negosiasi ini muncul dalam rupa perandaian, seperti "Seandainya dulu aku bersikap lebih baik kepada dia pada hari terakhirnya”.
Secara tidak langsung, fase tawar-menawar merupakan tindakan membangun realitas palsu, ketika seseorang berandai-andai dan mengimajinasikan dirinya kembali ke masa lalu seakan belum mengalami kehilangan.
ADVERTISEMENT

4. Depresi (Depression)

Ilustrasi Depresi. Foto: Shutter Stock
Setelah beberapa waktu mengalami pasang surut dari berbagai tahapan kedukaan, seseorang akan mencapai suatu titik yang akan menyadarkan dirinya terhadap realitas yang dihadapi. Hal ini disebut sebagai fase depresi, ketika seseorang akhirnya mulai membuka matanya untuk belajar menerima kehilangan serta rasa duka yang ada.
Fase depresi menjadi fase terberat dari keseluruhan tahapan kedukaan yang ada karena melalui tahapan ini, segala ragam dari emosi negatif akan dimunculkan kembali. Emosi-emosi negatif dari fase depresi seperti perasaan hampa yang mendalam, keputusasaan, kehilangan arah tujuan dan keinginan untuk menyakiti diri hingga mengakhiri hidup.

5. Penerimaan (Acceptance)

Ilustrasi tenang. Foto: Shutter Stocks
Segala sesuatu, baik hal yang indah maupun yang buruk, pasti akan memiliki akhir. Penerimaan merupakan tahap terakhir dari 5 stages of grief. Pada fase ini, seseorang tidak semata-mata langsung melupakan segala duka yang telah dihadapi. Kunci dari fase penerimaan hanyalah satu, yaitu ikhlas.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, fase penerimaan ditandai dengan keberhasilan seseorang untuk menerima kehilangan secara ikhlas serta kesadaran untuk tidak lagi terlarut di dalam kedukaan yang terlalu lama. Seseorang yang ikhlas tidak akan melupakan proses duka, sebaliknya ia akan mengingat kedukaan tersebut sebagai suatu kenangan tanpa rasa sakit. Fase penerimaan menjadi penanda bahwa seseorang telah berhasil melewati proses kedukaan yang panjang.
Demikian penjelasan mengenai tahap-tahap kedukaan yang dikemukakan oleh Dr. Kubler-Ross. Perlu diingat bahwa tidak semua orang mengalami seluruh tahapan kedukaan secara berurutan atau sama. Setiap kita menjalani proses kedukaan ini secara personal. Maka dari itu, kenali dan pahami tahapan kedukaan yang sedang kamu alami agar dapat menyembuhkan luka yang ada sedini mungkin.
ADVERTISEMENT