Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menyeimbangkan Keuangan dan Keberlanjutan dalam Desa Wisata
13 April 2025 10:20 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari aurelia melinda nisita wardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gerakan pengembangan desa wisata yang sedang digalakkan oleh pemerintah daerah di berbagai wilayah Indonesia, dengan berbagai inisiatif "Desa Wisata Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera", menawarkan paradigma baru dalam pembangunan ekonomi pedesaan. Namun di balik gemerlap potensi ekonomi yang dijanjikan, terdapat tantangan kompleks dalam menyeimbangkan aspek finansial dengan keberlanjutan jangka panjang.

Redefinisi Nilai Ekonomi dalam Desa Wisata
ADVERTISEMENT
Salah satu pergeseran paradigma penting dalam pengembangan desa wisata adalah bagaimana nilai ekonomi didefinisikan dan diukur. Berbeda dengan model pariwisata konvensional yang mengandalkan volume tinggi dan harga tiket terjangkau, desa wisata yang autentik justru dapat menawarkan nilai ekonomi lebih tinggi melalui pendekatan eksklusif dan mendalam.
Alih-alih mengejar angka kunjungan massal, desa wisata yang mempertahankan keasliannya dapat menetapkan harga premium untuk pengalaman yang langka dan tidak mudah ditemukan di destinasi lain. Paket-paket wisata yang ditawarkan pun tidak lagi didasarkan pada tiket masuk per orang, melainkan pengalaman komprehensif dengan nilai tambah edukasi dan kultural. Satu paket wisata edukasi di desa wisata autentik bisa dibanderol mulai dari Rp500.000 hingga Rp1.000.000 per orang untuk pengalaman penuh, jauh lebih tinggi dibandingkan tiket masuk objek wisata konvensional.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini memungkinkan desa untuk mendapatkan pendapatan optimal tanpa perlu mengorbankan daya dukung lingkungan atau mengubah secara drastis karakter asli desa. Wisata minat khusus (special interest tourism), seperti wisata edukasi, wisata penelitian, atau wisata cultural immersion, membuka peluang bagi desa untuk memberikan nilai tambah tinggi pada aset lokal yang selama ini mungkin dianggap biasa-biasa saja oleh penduduknya.
Pola Investasi yang Selaras dengan Karakteristik Desa
Tantangan finansial lain yang kerap dihadapi dalam pengembangan desa wisata adalah pola investasi. Pola investasi konvensional yang berorientasi pada pembangunan infrastruktur fisik berskala besar seringkali tidak cocok dan bahkan kontraproduktif untuk desa wisata yang ingin mempertahankan keasliannya.
Alih-alih membangun kolam renang, water park, atau amenitas modern lainnya yang tidak selaras dengan karakter desa, investasi seharusnya diarahkan pada:
ADVERTISEMENT
Pola investasi ini mungkin terlihat "kecil" dibandingkan proyek-proyek fisik yang mengubah wajah desa, namun justru lebih berkelanjutan dan memberikan pengembalian jangka panjang yang lebih baik, baik secara ekonomi maupun sosial.
Diversifikasi Sumber Pendapatan
Ketergantungan berlebihan pada pendapatan dari kunjungan wisatawan adalah risiko finansial yang sering dihadapi oleh destinasi wisata, termasuk desa wisata. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa rentannya model bisnis yang bergantung sepenuhnya pada arus wisatawan.
ADVERTISEMENT
Desa wisata yang berkelanjutan secara finansial perlu membangun portofolio pendapatan yang terdiversifikasi, yang bisa mencakup:
Diversifikasi ini tidak hanya menstabilkan arus pendapatan, tetapi juga mengurangi tekanan untuk mengkompensasi penurunan kunjungan dengan pengorbanan kualitas atau autentisitas.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi Finansial dalam Model Pentahelix
Pengembangan desa wisata tidak bisa dan tidak seharusnya menjadi tanggung jawab finansial masyarakat desa semata. Model pentahelix (akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media) yang kerap diadvokasi dalam pengembangan desa wisata juga perlu diterapkan dalam aspek finansialnya.
Akademisi dapat berkontribusi melalui penelitian dan pengembangan yang didanai hibah atau anggaran riset. Sektor bisnis dapat berpartisipasi melalui investasi yang bertanggung jawab atau program CSR. Komunitas dapat memobilisasi sumber daya dan jejaring, sementara pemerintah menyediakan insentif fiskal dan regulasi yang mendukung. Media, melalui pemasaran dan story-telling, dapat membantu meningkatkan nilai merek desa wisata.
Pendekatan kolaboratif ini memungkinkan pembagian risiko finansial dan memastikan bahwa beban pengembangan tidak jatuh seluruhnya pada masyarakat desa yang mungkin memiliki keterbatasan modal.
ADVERTISEMENT
Mengukur Keberhasilan Finansial Secara Holistik
Tantangan mendasar lainnya adalah bagaimana mendefinisikan dan mengukur "keberhasilan finansial" desa wisata. Pengukuran tradisional seperti jumlah kunjungan atau pendapatan kotor seringkali tidak mencerminkan kompleksitas dan dampak jangka panjang dari pengembangan desa wisata.
Pendekatan yang lebih holistik perlu mengintegrasikan berbagai indikator, seperti:
ADVERTISEMENT
Keberhasilan finansial sejati dari desa wisata bukan hanya terlihat dari neraca jangka pendek, tetapi dari kemampuannya menciptakan nilai ekonomi yang berkelanjutan sambil melestarikan, bahkan memperkaya, modal alam dan sosial yang menjadi fondasi keberadaannya.
Kesimpulan: Menuju Keberlanjutan Finansial yang Otentik
Pengembangan desa wisata yang mampu menyeimbangkan aspek ekonomi dengan keberlanjutan jangka panjang memerlukan pergeseran paradigma dalam pengelolaan finansial. Alih-alih mengadopsi model ekonomi pariwisata konvensional yang berorientasi volume, desa wisata perlu mengembangkan pendekatan yang lebih selaras dengan karakteristik uniknya.
Pendekatan ini perlu mengedepankan nilai tambah alih-alih volume, investasi yang selaras dengan karakter desa, diversifikasi sumber pendapatan, kolaborasi pentahelix, dan pengukuran keberhasilan yang holistik. Dengan demikian, desa wisata dapat benar-benar menjadi katalis pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, memberdayakan masyarakat lokal, dan melestarikan warisan alam dan budaya yang menjadi daya tariknya.
ADVERTISEMENT
Keberanian untuk menolak jalan pintas yang mengkompromikan autentisitas demi keuntungan jangka pendek bukan hanya pilihan etis, tetapi juga strategi ekonomi yang lebih cerdas dalam jangka panjang. Inilah esensi dari desa wisata yang sejati – desa wisata yang tidak hanya cerdas, mandiri, dan sejahtera secara ekonomi, tetapi juga secara sosial, budaya, dan ekologis.