Konten dari Pengguna

Kamera Analog vs Digital: Mengapa Generasi Muda Memilih yang Klasik

Aurelia Salsabilla
Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Andalas
25 Februari 2025 16:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurelia Salsabilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto: dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto: dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebelum era digital, film photography menjadi satu-satunya cara mengabadikan momen berharga. Prosesnya memang tidak seefisien sekarang—memotret, mencuci di ruang gelap dengan larutan kimia khusus, mengeringkan, lalu mencetak—dengan keterbatasan hanya 32 atau 36 frame per roll. Berbanding terbalik dengan kemudahan smartphone saat ini yang menampilkan hasil foto dalam hitungan detik.
Perjalanan film photography bermula dari Kodak, merek yang mendominasi pasar berkat ciri khas foto tajam dengan tone menawan. Namun, Nikon kemudian muncul sebagai pesaing tangguh hingga akhirnya mengungguli Kodak dalam penjualan. Puncaknya, Kodak dinyatakan bangkrut pada 2012, bersamaan dengan meningkatnya popularitas fotografi digital.
Tahun 2018 menandai kebangkitan film photography, terutama di kalangan anak muda. Kodak pun mulai bangkit dan memperkenalkan produk-produk terbarunya. Fenomena ini mengundang pertanyaan mengingat kepraktisan fotografi digital yang sudah mapan. Para pengguna beralasan estetika film analog memiliki "aura" tersendiri yang sulit ditiru kamera digital. Trend retro ini membuktikan bahwa selera klasik bisa kembali menjadi incaran pasar modern.
ADVERTISEMENT
Menariknya, film photography lebih diminati generasi muda dibandingkan kalangan dewasa dan lansia. Hal ini karena generasi tua telah mengalami masa peralihan dari analog ke digital, sementara generasi muda justru penasaran dengan pengalaman memotret menggunakan kamera analog yang belum pernah mereka rasakan.
Keunggulan kamera analog terletak pada daya tahan dan kualitas yang tidak pernah ketinggalan zaman. Misalnya, Nikon FM2 berusia 30 tahun masih menghasilkan foto berkualitas jika lensa dan scannernya terawat. Bandingkan dengan Nikon D1 keluaran dua dekade lalu dengan sensor 2,7 megapixel yang kini terlihat buram dibanding kamera digital terbaru.
Hasil cetak fisik menjadi nilai tambah film photography. Meski harus melalui proses panjang dan biaya tinggi, wujud nyata foto analog memberikan kepuasan tersendiri dibandingkan file digital yang hanya tersimpan di hard drive dan berisiko hilang atau terformat sewaktu-waktu.
sumber foto: dokumentasi pribadi
Aspek edukatif film photography juga patut diapresiasi. Keterbatasan jumlah frame mendorong fotografer menjadi lebih peka terhadap lingkungan, terutama cahaya. Mereka dituntut berkonsentrasi penuh dan cermat memotret momen yang tepat, tidak asal jepret. Berbeda dengan era digital yang menawarkan kesempatan tak terbatas dan fitur otomatis, sehingga seringkali mengabaikan dasar-dasar fotografi yang esensial.
ADVERTISEMENT