Deromantisasi Body Image Bersama Mindfulness

Aurelia Serena
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
12 Desember 2023 13:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurelia Serena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi meromantisasi body image (edited in canva pro)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi meromantisasi body image (edited in canva pro)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gemar meromantisasi hal hal yang tergambar dengan indah merupakan ciri khas dari manusia. Dengan kemampuan otak yang dimilikinya, manusia kebanyakan suka menambahkan bumbu pemanis pada realita agar tampak menjadi lebih menarik daripada aslinya. Begitu pula pada citra tubuh yang merepresentasikan dirinya, manusia akan mengagung-agungkan apa yang ideal baginya. Mayoritas bahkan menyematkan role model yang ia sebut “standar ideal” untuk kemudian ia gambarkan pada dirinya sendiri. Sambil harap harap cemas, saat menghadap cermin indra manusia sibuk meniti apa kurangnya tubuh yang dia miliki saat ini.
ADVERTISEMENT
“Bagian mana yang perlu saya perbaiki?”
“Sisi mana yang harus saya tutupi”
“Mengapa model ini begitu indah, sedang saya buruk rupa?”
Gumaman kecil itulah yang terus menciptakan tekanan tidak sehat bagi banyak orang agar mencapai citra tubuh yang sempurna. Romantisme dari body image yang dibentuk oleh paparan standar kecantikan di lingkungan sosial dan media massa, menuntut manusia saling berlomba untuk tidak merasa cukup dengan apa yang dimiliki oleh citra tubuhnya. Nah, lantas dalam menghadapi tekanan ini, praktik mindfulness ada sebagai alat yang dapat berpotensi membantu diri kita melihat lebih realistis mengenai citra tubuh kita saat ini, sehingga diri kita mampu membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri kita sendiri nantinya. Tapi sebelumnya, mari kita bahas satu per satu bagian menariknya!
ADVERTISEMENT
Body Image
Cash dan Pruzinsky (2002) mendefinisikan body image sebagai sikap individu akan tubuhnya, yang mencakup penilaian positif dan negatif tergantung dari cara individu tersebut menanggapinya. Sikap dalam body image ini melibatkan penilaian subjektif terhadap penampilan fisik individu. Jika individu memiliki penilaian yang positif akan tubuhnya, maka body image nya dianggap positif. Sebaliknya, jika individu memiliki penilaian negatif terhadap tubuhnya, maka body image nya dapat dianggap negatif. Dalam konteks ini, Marshall dan Lengyell (2012) menyajikan bahwa apabila tingkat kepuasan body image individu tinggi, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki body satisfaction. Sebaliknya, jika tingkat kepuasan body image individu rendah, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mengalami body dissatisfaction.
ADVERTISEMENT
Sembari sibuk menilik citra tubuh yang kita miliki, dan mempertanyakan seberapa puas diri kita dengan tubuh ini, sebenarnya apa sih efek yang terjadi apabila kita selalu merasa tidak puas dengan body image yang kita buat?
Body Dissatisfaction beserta Dampaknya
Body dissatisfaction merujuk pada penilaian negatif seseorang terhadap bentuk fisiknya, yang dipicu oleh ketidakpuasan hasil dari perbedaan persepsi antara bentuk tubuh yang dianggap ideal dengan bentuk tubuh aktual yang dimiliki.
Sejcova (2008) menyoroti bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tidak hanya merugikan kepercayaan diri, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif pada harga diri dan penilaian pribadi seseorang. Lebih lanjut, Ogden (2010) menegaskan bahwa efek dari ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tidak sebatas pada tingkat kecemasan, depresi, dan gangguan makan, melainkan dapat mengakibatkan konsekuensi serius hingga mencapai tingkat kematian.
ADVERTISEMENT
Dampak yang cukup mengerikan tersebut mulanya hanya berawal dari framing body image yang dibuat buat oleh manusia, hingga timbul ketidakpuasan dan pada akhirnya menggaet dampak yang lebih besar lagi. Dengan begini masih perlukah kita meromantisasi body image dan terus menentukan standar ideal bagi body image tersebut?
Deromantisasi Body Image Bersama Mindfulness
Ilustrasi deromantisasi body image bersama mindfulness (edited in canva pro)
Mindfulness berarti kesengajaan untuk memberi perhatian penuh dan sadar akan momen yang terjadi saat ini, tanpa bereaksi atau menghakimi pengalaman tersebut (Kabat-Zinn, 2003). Silarus (2015) menyederhanakan kata mindfulness menjadi sadar penuh, hadir utuh. Dimana mindfulness merupakan sebuah aktivitas yang membuat kita sadar akan kondisi diri kita pada saat ini. Mindfulness mengajarkan kepada kita untuk melihat realitas sebagaimana adanya tanpa menilai ataupun memberi bumbu agar realita terdengar menarik dan indah.
ADVERTISEMENT
Praktik mindfulness dalam konteks body image adalah dengan mendeskripsikan dan memperhatikan pemikiran yang dimiliki oleh individu mengenai citra tubuhnya (Pearson, Macera, & Follete, 2010). Pearson, Macera, dan Follete, 2010 menambahkan dalam mendeskripsikan pemikiran, mindfulness meminta individu untuk memahami secara jujur apa yang sebenarnya dipikirkan oleh individu mengenai tubuh mereka. Kemudian individu diajak untuk merasakan bagaimana tubuh mereka merespon ketika sedang memperhatikan citra tubuh mereka sendiri. Dengan menyadari sensasi fisik, individu dapat lebih terhubung dengan tubuh mereka saat ini daripada terfokus pada anggapan body image yang masih menjadi angan angan belaka. Perlu diingat bahwa praktik mindfulness mengajarkan individu untuk memperhatikan pemikiran dan sensasi tanpa menilai atau menghakimi, jadi individu hanya perlu fokus pada kondisi saat ini saja.
ADVERTISEMENT
Melalui praktik mindfulness, kita menjadi mampu berteman dengan segala sisi dari tubuh kita, tanpa perlu bingung mencari kepuasan dari penilaian subjektif diri kita sendiri. Dengan begitu, kita dapat memaksimalkan apa yang tubuh kita miliki dengan baik tanpa mencari cela dan nistanya tubuh yang kita miliki saat ini ataupun terlalu berbangga diri pada realitas yang sifatnya sementara.
Daftar Pustaka
Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body Image: A handbook of theory, research, and clinical practice. Guilford Publication.
Kabat-Zinn, J. (2003). "Mindfulness-based interventions in context: Past, present, and future." Clinical Psychology: Science and Practice, 10(2), 144-156.
Marshall C, Lengyel C, Utioh A. (2012). Body dissatisfaction among middle-aged and older women. Can J Diet Pract Res. 73(2). doi: 10.3148/73.2.2012.e241.
ADVERTISEMENT
Ogden, J. (2010). The psychology of eating: From healthy to disordered behavior (2nd ed.). Wiley-Blackwell.
Pearson, A., Macera, M. H., & Follette, V. (2010). Acceptance and commitment therapy for body image dissatisfaction: A practitioner's guide to using mindfulness, acceptance, and values-based behavior change strategies. New Harbinger Publications.
Sejcova, L (2008). Body dissatisfaction. Human affairs, 18,171-182.
Silarus, A. (2015). Sadar penuh, hadir utuh. TransMedia Pustaka.