Konten dari Pengguna

Kantong Plastik VS Kantong Alternatif, Lebih Unggul yang Mana?

Aureliz Dinarayoga
Siswi SMA Citra Berkat Tangerang
19 Januari 2023 17:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aureliz Dinarayoga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber: pexels.com
ADVERTISEMENT
Setiap kali kita berbelanja, kita pasti akan ditanyai oleh kasir sebuah pertanyaan: “Pakai kantong plastik, ga?” Tidak peduli seberapa banyak atau seberapa kecil barang yang dibeli, pertanyaan tersebut sudah menjadi bagian krusial dari interaksi antara pelanggan dengan penjual. Kalau kita menjawab "Iya", sudah pasti kita harus membayar sejumlah biaya tambahan, entah 500 perak atau bahkan lebih mahal, untuk 1 lembar kantong plastik. Lho, kenapa harus bayar?
ADVERTISEMENT
Penggunaan kantong berbayar sudah berlaku sejak keluarnya Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 pada 2016. Bahkan pada tahun 2019 lalu, dikeluarkan kebijakan untuk melarang penggunaan kantong plastik di kawasan DKI Jakarta. Tujuan diberlakukan aturan tersebut tentunya untuk mengurangi limbah plastik yang menumpuk akibat bahannya yang sulit terurai oleh alam. Salah satu solusi yang dikemukakan untuk menghadapi masalah tersebut adalah mendorong penggunaan kantong alami, contohnya cassava bag atau kantong dari bahan singkong. Adapun juga penggunaan kantong yang bisa dipakai berulang kali seperti tote bag dan eco bag.
Pada akhirnya usaha dalam menanggulangi penumpukan limbah plastik berada pada tangan masing-masing pengguna. Jika diberi pilihan, kantong jenis apa yang akan Anda pilih?
ADVERTISEMENT
Keunikan Bahan Plastik
Kenyataannya, manusia belum bisa lepas dari penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Buktinya beberapa peralatan yang tidak jauh dari jangkauan kita memanfaatkan bahan yang berdasarkan plastik, bahkan ponsel yang Anda gunakan sekarang juga termasuk. Plastik merupakan polimer yang terdiri dari komponen-komponen seperti karbon, belerang, nitrogen, oksigen, dan terkadang silikon.
Polimer plastik bisa berupa rantai berdasar karbon saja (homopolimer) atau bisa juga diselingi oleh berbagai macam unsur lain (kopolimer). Sebab adanya perbedaan pada rantai, plastik memiliki sifat-sifat yang menguntungkan, seperti lentur, mudah diolah, anti-air, anti-karat, dan secara prakteknya, plastik bisa didapatkan di mana saja dalam harga terjangkau. Produksi plastik dilakukan dengan cara mengolah minyak dan gas bumi, di mana prosesnya menghasilkan berbagai limbah berbahaya bagi lingkungan. Ditambah dengan materialnya yang tidak dapat diperbaharui, plastik memberikan dampak buruk seiring dengan manfaatnya terhadap masyarakat.
ADVERTISEMENT
Inovasi Singkong untuk Kantong Alami
Memanfaatkan bahan-bahan alami seperti umbi-umbian merupakan cara efektif untuk menanggulangi penumpukan sampah plastik. Cassava bag atau tas singkong berbahan dasarkan polimer alami berupa selulosa yang aman bagi lingkungan sebab memiliki sifat mudah terurai dan tidak menyisakan limbah berbahaya. Namun, dengan sifat itulah juga membangun kekurangan pada penggunaan kantong alami.
Pertama, tas singkong tidak bertahan lama layaknya polimer plastik pada umumnya. Kedua kantong memiliki kemiripan apabila dilihat sekilas, akan tetapi daya tahan dari tas singkong tidak sebaik kantong plastik. Faktor-faktor luar seperti dekomposisi oleh bakteri, kelembaban, dan suhu dapat merusak bentuk kantong lebih cepat sehingga tidak bertahan lama.
Kedua, pembuatan polimer selulosa tidak semudah produksi plastik. Teknologi yang kita punya sekarang mungkin sudah memadai, tetapi belum cukup untuk memproduksi kantong alami dalam jumlah besar. Hal ini berujung kepada harga tas singkong yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan kantong plastik.
ADVERTISEMENT
Tas Pribadi Praktis
Kantong berbahan keras seperti kain, wol, dan rajut menjadi pilihan bagi orang-orang yang ingin membawa satu wadah saja untuk menampung keperluannya ke mana pun mereka pergi. Cara ini efektif untuk menghindari biaya tambahan saat berbelanja, dan dengan bahannya yang awet, kantong atau tas bisa dilipat dan digunakan kembali untuk kegiatan berbelanja selanjutnya. Seringkali pemahaman bahwa membawa kantong sendiri berarti tidak akan membawa dampak buruk bagi lingkungan, akan tetapi hal itu hanya berlaku apabila kita konsisten dalam membawa dan menjaga tas belanjaan sehingga tidak merugikan diri sendiri dengan membeli pengganti kantong atau tas lain.
Pilih yang Mana?
Jika kita bandingkan ketiga jenis kantong pilihan sehari-hari, kita bisa memutuskan penggunaan kantong yang sesuai berdasarkan fungsi dan jangka waktu penggunaannya. Kantong plastik tentunya harus dibatasi dan hanya diperlukan untuk situasi yang memang membutuhkan pemanfaatan plastik berdaya tahan kuat. Tas singkong yang mudah terurai cocok sebagai pemanfaatan wadah sekali pakai, contohnya saat kita berbelanja ke pasar untuk membeli bahan makanan dan dapur. Tas berbahan seperti tote bag bisa digunakan untuk hampir segala keperluan asalkan cukup dalam ukuran dan daya tahan mengangkut barang bawaan.
ADVERTISEMENT
Apa pun yang kita pilih sebagai kantong untuk mengangkut barang belanjaan kita nanti tidak akan lepas dari konsekuensinya. Segala usaha yang kita lakukan mungkin tidak berdampak sekarang, tetapi generasi setelah kita tentu akan merasakan hasilnya di beberapa tahun mendatang.