Konten dari Pengguna

Sistem Nyata Neokolonialisme di Indonesia

Aurellia Amanda
Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Kristen Indonesia
11 Januari 2025 18:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurellia Amanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem Neokolonialisme (sumber : dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sistem Neokolonialisme (sumber : dokumen pribadi)
Neokolonialisme merupakan suatu konsep yang mengacu pada bentuk-bentuk penjajahan yang tidak lagi bersifat langsung atau fisik, melainkan melalui pengaruh politik, ekonomi, dan budaya yang masih mengendalikan negara yang merdeka, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai praktik neokolonialisme masih beroperasi di tanah air. Sistem neokolonialisme di Indonesia terlihat jelas dalam berbagai sektor, mulai dari ekonomi, politik, hingga budaya, yang sebagian besar dikendalikan oleh kekuatan asing atau elite domestik yang bekerja sama dengan kepentingan luar. Dalam opini ini, akan dibahas tentang sistem nyata neokolonialisme yang masih ada di Indonesia, yang tercermin dalam dominasi ekonomi, ketergantungan pada pinjaman luar negeri, serta pengaruh budaya asing.
ADVERTISEMENT
Dominasi Sistem Ekonomi dan Penguasaan Sumber Daya Alam
Salah satu aspek paling jelas dari neokolonialisme di Indonesia adalah dominasi ekonomi yang terus menguntungkan pihak asing. Sejak masa penjajahan Belanda hingga saat ini, Indonesia selalu menjadi sasaran bagi perusahaan-perusahaan besar global yang menguasai sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia yang kaya seperti minyak, gas, mineral, dan hutan tropis, telah lama menjadi komoditas yang dieksploitasi oleh pihak asing. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah tidak selalu berpihak pada rakyat Indonesia.
Contohnya adalah dalam sektor pertambangan, di mana banyak perusahaan asing yang memperoleh izin untuk menambang di Indonesia dengan sistem yang tidak memberikan manfaat maksimal bagi negara. Pemerintah Indonesia sering kali terjebak dalam hubungan yang tidak setara, di mana perusahaan-perusahaan besar ini menguasai banyak saham, sementara Indonesia hanya memperoleh sedikit keuntungan dari hasil sumber daya alamnya. Keadaan ini mirip dengan praktik penjajahan, di mana kekayaan alam Indonesia dieksploitasi tanpa memberikan keuntungan yang cukup bagi masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penguasaan sektor ekonomi oleh perusahaan asing juga tercermin dalam berbagai industri seperti perkebunan, perikanan, dan energi. Perusahaan-perusahaan besar yang berasal dari negara-negara maju sering kali memiliki kontrol yang lebih besar atas pasar Indonesia dibandingkan dengan perusahaan domestik. Hal ini menciptakan ketimpangan ekonomi, di mana sebagian besar keuntungan dari sektor-sektor vital tersebut mengalir ke luar negeri, sementara rakyat Indonesia tetap hidup dalam kemiskinan.
Ketergantungan pada Pinjaman Luar Negeri
Neokolonialisme juga sangat terkait dengan ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri yang datang dari lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, dan negara-negara donor besar lainnya. Indonesia, meskipun memiliki potensi ekonomi yang besar, sering kali terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk diputus. Pinjaman luar negeri yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk pembangunan sering kali datang dengan syarat-syarat yang merugikan negara dan rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pemberian pinjaman ini sering kali disertai dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan negara pemberi pinjaman dan perusahaan-perusahaan multinasional yang berafiliasi dengan lembaga tersebut. Dalam banyak kasus, pinjaman luar negeri yang diterima Indonesia digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang tidak mendukung pembangunan berkelanjutan, tetapi lebih sering digunakan untuk kepentingan investasi asing yang menguntungkan mereka. Dengan demikian, Indonesia terjebak dalam utang yang harus dilunasi dengan sumber daya alam atau pembayaran bunga yang terus meningkat, yang pada akhirnya hanya menguntungkan pihak luar, sementara rakyat Indonesia tetap terperangkap dalam kemiskinan.
Pengaruh Budaya Asing
Selain aspek ekonomi dan politik, neokolonialisme juga terlihat dalam pengaruh budaya asing yang terus mendominasi masyarakat Indonesia. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan budaya-budaya dari negara-negara besar, terutama dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat, untuk merasuki kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Media sosial, film, musik, dan produk-produk budaya lainnya yang berasal dari luar negeri mendominasi konsumsi budaya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, masyarakat Indonesia sering kali terjebak dalam pola pikir yang mengagungkan budaya asing dan meremehkan nilai-nilai lokal. Hal ini berpotensi mengikis identitas budaya Indonesia dan mengarah pada kehilangan jati diri bangsa. Para pengusaha dan pengambil kebijakan yang terpengaruh oleh budaya asing ini sering kali lebih cenderung untuk mempromosikan produk-produk luar negeri daripada mendukung produk dalam negeri. Akibatnya, masyarakat Indonesia semakin bergantung pada produk-produk asing, yang memperburuk ketergantungan ekonomi Indonesia pada negara-negara luar.
Meskipun Indonesia telah merdeka secara politik, namun sistem nyata neokolonialisme masih terus berlangsung. Dominasi ekonomi oleh perusahaan-perusahaan asing, ketergantungan pada pinjaman luar negeri, dan pengaruh budaya asing adalah beberapa contoh bagaimana Indonesia masih terperangkap dalam sistem yang menguntungkan pihak luar. Untuk mengatasi neokolonialisme ini, dibutuhkan kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat Indonesia, seperti memperkuat industri dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, dan melestarikan budaya lokal dari pengaruh asing yang merusak. Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai kedaulatan sejati dan meraih kemajuan yang lebih adil dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT